12

43 2 0
                                    

Asyifa

Aku bangun di pagi hari dengan perasaan yang sama, dengan sedikit rasa kesal dan lainnya.

Saat akan ke kampus tiba-tiba HP ku berbunyi pertanda ada panggilan.

"Assalamualaikum abah"

"......."

"alhamdulillah syifa baik"

"......."

"abah mau mengatakan apa?"

"......"

"apa? Tapi kenapa syifa harus memikirkan nya? Abah pasti taulah syifa akan menjawab apa"

"........"

"baiklah,  assalamualaikum "

Seketika mood benar-benar hancur berkeping-keping mendengar perkataan abah tadi.

Sudahlah lupakan saja. Kata ku dan mulai meninggalkan kos menuju kampus.

Saat ini aku berada di taman belakang kampus, mata kuliah kosong hari ini,  dan aku terlalu lelah untuk ke cafe.

Dan tanpa sadar air mata ku jatuh, aku tidak ingin menikah selain dengan 'dia'.
Abah pun tahu tapi kenapa ia seolah benar-benar meninginkan aku menerima lamaran ini?.

Terus ku coba untuk menenangkan diri ku, dan benar saja menangis bisa sedikit mengurangi beban seseorang.

"syifa" panggil seseorang.

Deg.

Aku kenal suara ini,
Seketika sekelabat kenangan tentangnya berputar di kepala ku,  bukan sebuah kebahagian melainkan kebencian yang amat besar.

Aku menoleh kearah nya sejenak, kulihat Aisyah berada tepat di belakang nya.

'kenapa Aisyah ada disini!?'  fikirku.
Namun, tidak ku hiraukan meski ada rasa penasaran yang aku rasakan saat ini.

"kenapa?" tanya ku tanpa menoleh ke arahnya.

"aku sudah kembali, dan malam ini aku akan ke rumahmu menemui abahmu" kata nya.

Aku hanya tersenyum miring mendengar perkataan nya.

"jangan pernah mencoba,  karena aku tidak akan menerimanya sampai kapan pun" jawab ku berang.

"tapi, kenapa?  Bukan kah itu yang dulu kau inginkan?"

"ya dulu aku memang menginginkan nya tapi tidak lagi, semenjak hari itu rasa kagum ku padamu di gantikan dengan rasa benci,  dan rasa benci itu bahkan melebihi rasa kagum dan suka ku dulu" jawab ku dengan sedikit berteriak, sambil berlalu namun ia dengan sigap menarik pergelangan tangan ku.

Plak.

Tangan ku kini mendarat mulus di pipinya.

"jangan melakukan kesalahan yang sama dengan menyentuhku" teriakku amarah ku benar-benar memuncak sekarang.

Kurasakan tangan ku berdenyut karna tamparan tadi.

"kenapa kau menampar ku?  Dan apa maksudmu melakukan kesalahan yang sama? " tanya nya.

"oh,  jadi kau tidak mengingatnya? Mau aku ingatkan?" tanya ku.

"kau pernah menyentuh pipi ku dengan tangan kotor mu itu, kau bahkan tak bisa melihat kemarahan ku saat itu,  dan aku benar-benar bodoh kenapa baru sekarang aku menamparmu?  Kenapa tidak dari dulu saja?"

"bukankah saat itu kau tersenyum? " tanyanya.

Plak.

Satu tamparan kini mendarat di pipinya.

"jangan pernah mengatakan itu,  karena hanya aku yang tau bagaimana rasa benci ku pada mu saat itu, pergi dari sini" teriakku,

Aku benar-benar tak peduli dengan sekitar ku sekarang.
Namun ia tetap enggan untuk pergi,  ia masih berdiri di hadapan ku.

Tiba-tiba handphon ku berbunyi pertanda pesan masuk.

"dia orang yang melamar mu semalam"

Kini senyum kecil mengembang di Wajah ku. Rasa kesal dan Amarah yang ku rasa tadi menguap begitu saja setelah melihat foto siapa yang dikirim abah.

Dia orang yang sama.

Segera ku cari nomor abahku.

"assalamualaikum abah"

"......."

"iya,  syifa menerimanya tapi pernikahannya harus di laksanakan 2 minggu dari sekarang"

"......."

"tidak abah,  syifa sangat yakin"

"....."

"waalaikumsalam".

"kau, aku mengundang mu ke resepsi pernikahan ku 2 minggu ke depan,  saya berharap anda bisa datang" ucap ku sinis dan berlalu meninggalkannya.

Aku benar-benar puas rasa benci yang tekah ku pendam selama ini akhirnya bisa terlampiaskan pada orang yang tepat.

"Aisyah ayo pergi,  ada sesuatu hal yang ingin ku beritahukan pada mu" ucap ku langsung menarik tangan Aisyah.

"aisyah aku akan menikah" kata ku dengan sangat antusias.

"jadi kau menerima lamaran itu?" tanya nya yang tak kalah antusias.

"jadi,  kau sudah mengetahui tentang lamaran ini?"

"tentu saja,  bagaimana aku tidak akan tahu, karena yang melamar mu adalah kakak ku syifa" jawabnya.

"aaa..., kita akan jadi saudara syifa" teriaknya kegirangan.

"tapi kenapa kau menerima lamaran ini? Bukankah kau tidak akan menikah selain dengan pria yang di mimpi mu itu?, atau apa kau menerima lamaran ini karena kau ingin memberi pelajaran pada pria tadi? " tanya nya.

"bagaimana aku tidak akan menerima nya,  jika laki-laki yang di mimpi ku telah melamar ku Aisyah"

"jadi yang kau mimpikan selama ini kak fatih?" tanya nya.

"nama nya juga fatih?"

"iya nama kakak ku fatih"

Aku benar-benar tak percaya sekarang, fatih yang dimimpi ku benar-benar datang melamar ku.

"baiklah, syifa aku akan pulang dan memberitahukan semuanya kepada orang rumah" katanya dengan sangat bersemangat.

"Baiklah aku juga harus ke cafe sekarang, sudah saatnya bekerja" ucap ku pada diri sendiri dan segwra bergegas menuju cafe.

Setelah sampai di cafe aku masih saja terus tersenyum hingga Anisa datang menghampiri ku dan bertanya.

"syifa,  kamu kenapa? Aku perhatikan kamu sedari tadi senyum-senyum sendiri? Ada apa? " tanya nya.

"aku akan cerita tapi kamu harus berjanji tidak akan memberi tahukan kepada orang lain"

"baiklah"

"semalam seseorang datang melamar ku dan ternyata dia orang yang sama dengan orang yang aku suka nisa" jawab ku kegirangan.

"wow,  siapa orang itu? "

"pak Fatih, anak ibu Fatimah" jawabku.

Seketika raut wajah Anisa berubah yang tadinya terlihat begitu bahagia tapi kini berubah menjadi tegang entah karena apa.

"Nisa kamu kenapa tegang gitu? " tanya ku.

"ah,  tidak syifa tidak apa-apa,  selamat ya.  Aku akan melanjutkan pekerjaan ku sekarang" kata nya sambil berlalu.

Aku pun kembali melanjutkan pekerjaan ku.
Yang sedari tadi belum selesai karena tak bisa fokus.

*****

Bersambung....

Stuck In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang