23

37 2 0
                                    


Asyifa bangun setelah jam 9 namun tak menemukan Ilham di mana pun.

'aku akan menelfon nya saja'gumam nya.

Namun, suara deringan telfon Ilham memenuhi ruangan itu.
'dia meninggalkan handphonnya'

Ia kembali mencoba namun bukan untuk menelfon Ilham,tetapi ia akan menelfon Aisyah.

"assalamualaikum Aisyah, apa pak Ilham ada di rumah sekarang?" tanya nya dengan nada khawatir.

"......."

"syukurlah, tidak apa-apa terimakasih " jawabnya dan langsung mematikan sambungan telfonnya.

Setelah 1 jam berlalu, Asyifa mendengar suara motor Ilham dari luar, ia segera keluar kamar dan menemui suaminya.

"pak Ilham, apa bapak butuh sesuatu? " tanya Asyifa.

"tidak, terimakasih" jawab nya sambil berlalu.

Asyifa segera menyusul Ilham ke kamar, ia tak tahan jika suaminya terus-menerus bersikap seperti itu meski selama seminggu ini, mereka seolah menjaga jarak namun tidak pernah seperti ini.

Saat ini, lebih kepada menakutkan.

Ia menghentikan Ilham saat akan berbaring di kasur.
"pak Ilham, Syifa minta maaf karena melupakan janji makan siang kita, bapak bisa memberikan hukuman apa pun kepada Syifa, tapi syifa mohon jangan seperti ini" kata nya dengan suara yang bergetar dan menunduk.

"Tidak apa-apa Asyifa, tidak perlu meminta maaf karena siang ini pun aku tidak ke cafe" jawabnya berbohong.

"benarkah? Lalu kenapa bapak bersikap seperti ini?" tanya nya lagi.

"maaf tapi saya sangat lelah" kata Ilham yang telah berbaring dengan posisi memunggungi Asyifa.

Asyifa, masih terus memandangi punggung suaminya, ia merasa bersalah meski Ilham juga tak ke cafe. Tapi tak seharusnya ia menjenguk Fatih tanpa Izin dari suaminya.

**

Ilham

Setelah melaksanakan sholat subuh, aku langsung membuat kan nasi goreng untuk Asyifa.

Meski masih ada rasa kesal terhadap sikapnya yang seolah lebih memilih fatih dari pada menemui ku di cafe kemarin. Tapi aku tidak bisa mengabaikan keinginan ku untuk membuatkan nya nasi goreng sebelum ke kampus.

Setelah membuatkannya nasi goreng, aku kembali ke kamar dan terlihat ia masih tertidur.

Aku mendekati nya dan sejenak memandang wajah polosnya saat sedang tertidur.

Yang di katakan Aisyah memang benar, ia tak pernah memakai make up kecuali saat pernikahan kami.
Tapi sungguh ia masih tetap cantik tanpa make up.

Setelah puas memandangi wajahnya, aku langsung bergegas ke kamar mandi dan bersiap untuk ke kampus.
Aku berniat ke kampus sebelum ia bangun.

Namun, setelah keluar dari kamar mandi, aku sudah tak melihatnya di kamar.

'dia kemana?' tanya ku pada diri sendiri.

Aku keluar untuk mencarinya, dan ternyata ia sedang sarapan.

"kau sarapan sebelum mandi?" tanya ku.
Ia hanya mengangguk sebagai jawaban.
Ia bahkan belum merapikan rambut nya, sangat berantakan.

Tapi ia masih tetap terlihat.
Manis.

"maaf, saat bangun Syifa sangat lapar karena itulah, syifa langsung makan" jawabnya.

"baiklah, tapi setelah makan Syifa langsung mandi, dan bersiap ke kampus" ucap ku yang di angguki olehnya.

Aku tersenyum tipis melihat nya.
Ia sangat penurut.

Aku memutuskan untuk kembali bersiap, setelah beberapa menit ia sudah berada dalam kamar, lalu ia segera ke kamar mandi.

Aku sudah akan berangkat, namun langkah ku terhenti.
'seperti nya ada yang ketinggalan'

"syifa, apa kau melihat kos kaki ku?" tanya ku.
"masih di tempat yang sama,"teriaknya dari dalam kamar mandi.

Aku kembali tersenyum, dan segera bergegas ke kampus.

*
Aku berjalan menuju ruangan ku, aku memutuskan untuk tidak langsung pulang hari ini, aku akan pergi ke suatu tempat.

Mencari ketenangan.

Setelah menyelesaikan pekerjaan ku, aku putuskan untuk ke pantai saja.

Setelah sampai, rasa tenang kini benar-benar aku rasakan, seolah semua beban hilang di tiup oleh angin.

Karena terlalu Asik menikmati ke indahan di depan ku,hingga tak sadar bahwa Fikri dan Jasmine juga ada disini. Mereka benar-benar yang sangat cocok, mereka selalu terlihat bersama.

Seandainya aku dan Asyifa bisa seperti halnya mereka.

"Ilham, kau juga disini? Dimana Asyifa?" tanya Fikri.

"aku disini sejak siang tadi, dan soal Asyifa aku tidak tahu" jawab ku.

"pak Ilham, saya ingin memberitahu sesuatu tentang Asyifa kepada bapak" kata Jasmine.

"Asyifa? Dia kenapa?" tanya ku.

"saya fikir bapak salah paham kepada Asyifa, dia sangat mencintai pak Ilham. Dan masalah tentang dia yang tanpa sengaja menyebut nama Fatih itu karena ia sudah terbiasa dengan Nama itu" jelasnya.

"apa maksud mu?" tanyaku.

"3 tahun terakhir Asyifa sering memimpikan Pak Ilham, tapi dengan nama Fatih, karena itulah ia sering memanggil bapak dengan sebutan Fatih" lanjutnya.

"dan jika masalah yang kemarin, sebenarnya ia melakukan itu hanya sebagai tanda terima kasih kepada pak Fatih, karena telah membiarkan kalian menikah"

Aku merasa sangat bersalah sekarang, kemarin aku bahkan sempat berteriak kepadanya.
Aku tidak tahu jika dia sangat mencintai  ku.

"pak Ilham, sebaiknya pulang ini sudah sangat sore, dan Asyifa pasti sangat khawatir" kata Jasmine.

Aku langsung meninggalkan mereka tanpa mengucap satu kata pun.

Setelah sampai aku tak melihat Asyifa dimana pun.
Aku merasa sangat khawatir sekarang, ini sudah hampir gelap dan sebentar lagi akan turun hujan.

Saat akan keluar untuk mencarinya samar-samar ku dengar suara adzan maghrib.

'aku akan mencari nya setelah sholat' gumam ku.

Aku kembali ke kamar dan benar saja diluar hujan turun dengan sangat deras.

Setelah melaksanakan sholat, aku sudah melihat Asyifa berdiri di depan pintu kamar dalam keadaan basah.

Seketika aku merasa sangat lega setelah melihat nya.

Tunggu.
Dia menangis?

Aku menghampiri nya namun di luar dugaan.
Ia langsung memelukku, dengan terisak.

Ada apa dengannya? Batin ku.

****

Bersambung....

Stuck In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang