Jika rindu dapat di kupas, mungkin telah lenyap. Jika rindu dapat di terka, mungkin telah tiada. Jika rindu dapat di peluk, mungkin hilang arah. Jadikan rindu sebagai nikmat, nyata dan fakta.
❤❤❤Malam bukan menjadi pengahalang rindu untuk bertemu. Lewat malam ku titipkan salam angin meronta menyapu daun, dengan manja bunga menari seakan ia candu dengan rona itu. Bukan lagi hanyal tapi sebuah kenyataan di dunia fana yang berakhir kematian.
Sekitar pukul 19.00 Wib Rakan memutuskan untuk membawa Zahra ke Jakarta. Keputusan Rakan tersebut berhasil membuat keluarga zahra tak terkecuali zahra, terkejut bukan main. Namun setelah Rakan memberi penjelasan kepada mereka, dengan rasa iba serta terpaksa keluarga Zahra akhirnya memberi izin pada Rakan. Sheila selaku ibunda Zahra tak hentinya menahan air mata, bukannya tidak rela melepas sang buah hati, melainkan ia belum siap menerima kenyataan, dan tak ada persiapan sama sekali. Karena alasan pekerjaan dan tugas yang harus segera diselesaikan membuat Rakan dengan berat hati, mengesampingkan kepentingan pribadinya demi nyawa yang menjadi taruhannya. Meskipun ia seorang dokter baru, namun sikap dan kepribadiannya sudah terkenal baik dikalangan RS tempat Rakan bekerja.
Perjalanan menuju Jakarta bukanlah hal yang mudah, butuh waktu sekitar 6 jam perjalanan, namun berhubung Rakan memilih untuk menaiki pesawat akhirnya waktu dapat terkontrol sempurna. Zahra sebagai seorang istri hanya dapat menuruti semua keinginan sang suami, sebagai bentuk baktinya, asalkan itu baik dan benar yang dapat menuntunnya surganya kelak.
Sebagaimana dalam sebuah hadist dijelaskan.
Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam : “Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim no. 1467)Zahra berpegang teguh pada syari'at agama, ia tau dirinya bukan lagi wanita single, melainkan istri dari seorang lelaki yang wajib zahra tunduk padanya.
"Dek? Ngantuk?"
Ucap Rakan lembut, seraya membelai kepala zahra yang tertutup khimar. Melihat suasana malam, ditemani kilauan bintang dan naungan binatang malam menjadi rona baru bagi kedua pasutri tersebut.Zahra hanya mengangguk menaggapi, matanya sayu terlihat jelas kalau ia tengah menahan kantuk.
"Bentar lagi kita sampai."
Bisik Rakan tepat di telinga sang istri, lalu merangkul pundak Zahra dan membawanya dalam pelukan hangat yang jarang Zahra dapatkan.Mungkin membutuhkan waktu sekitar 15 menit Bagi Rakan untuk bisa sampai di tempat tujuan, beruntung pesanan tiket pesawatnya langsung ready jadi ia bisa berangkat cepat, meskipun dengan berat hati hatus membangunkan Zahra yang tengah tertidur lelap.
*******
Sesampainya Ponpes Darul Falah, tepatnya rumah kediaman kyai Abbas abdurrahman Assegaf, dan umi salma inayati, Rakan langsung berkemas dan membawa semua barang- barang keperluannya. Lebih tepatnya pakaian zahra dan perlengkapan lainnya. Namun Rakan tak sampai hati membangunkan sang istri, saat melihatnya tertidur lelap sambil merangkul ransel kecil miliknya. Dengan penuh hati- hati Rakan membopong tubuh sang istri dan membawanya masuk kedalam kamar Rakan.Kedatangan Rakan dan Zahra menjadi sebuah kejutan bagi Kyai abbas, pasalnya tidak ada kabar tentang hal ini. Untung saja Kyai abbas masih terbangun, jadi dialah yang pertama kali menyambut sang buah hati. Beda halnya dengan Umi Salma dan neng Zahra, mereka telah hanyut dalam mimpi masing- masing.
Dengan senyum merekah, kyai Abbas mempersilahkan Rakan masuk, dan menyuruhnya untuk beristirahat, ia tidak tega melihat sang menantu tertidur pulas di pelukan anaknya, Rakan. Biarlah besok menjadi hari bahagia bagi Umi salma.
KAMU SEDANG MEMBACA
IN SYAA ALLAH
RandomIni sebuah kisah tentang seorang gadis cantik bernama Dzakira Talita Zahra. Seorang gadis berusia delapan belas tahun, ia juga seorang murid pindahan dari Jakarta. Disela-sela penyesuaiannya dengan sekolah barunya tersebut, Lita bertemu dengan seora...