Terungkap

3K 101 12
                                    

"kamu lah." "nggak, mungkin perasaan mas kali."elak Zahra.  "mas ngga punya perasaan tuh, gimana dong?" ucap Rakan masih dalam ekspresi yang sama. "oh mangkanya, kalo ngomong kayak tornado." "maksutnya?"ucap Rakan mengernyitkan dahi. "suka menerjang siapapun, tanpa mikirin perasaan orang." "uhhhh dalem tuh, kayak selokan." Goda Rakan sambil terkekeh. Lalu ia menggandeng tangan Zahra, karena mereka berdua tengah menyebrang jalan yang semakin padat ditikam kendaraan. "sejak kapan selokan dalem?"tanya Zahra saat berada di bibir jalan. "sejak... Sejak... Sejak mas jatuh cinta padamu." bisik Rakan pas ditelinga Zahra. Membuat Zahra salting.  "ihhhhhhhhh gombal." ucap Zahra lalu, berlari menyebrang jalan tanpa melihat ke kanan dan kiri jalan.

"Zahra awasssss!!!!"...
Beruntung Rakan cepat menarik tangan zahra, dan langsung membawanya dalam dekapan pelukannya. Zahra terkesiap, ia masih tidak sadar dengan apa yang terjadi barusan. Nafasnya berderu kencang, detak jantungnya berdetak tidak beraturan.
Lantas, setelah agak meningan, Rakan melepaskan pelukannya dan membelai wajah Zahra dengan kedua tangannya.
"Kamu nggak papa kan sayang?"
Sebentar, Zahra mengernyitkan dahi rasanya ia geli dengan ucapan Rakan barusan, namun ia berusaha sedatar mungkin agar tidak dicurigai oleh Rakan. Zahra hanya menggeleng- gelengkan kepalanya sebagai tanda jawaban atas pertanyaan dari Rakan barusan.

Malam semakin larut, bintang bersinar cerah memamerkan cahayanya. Sepoi- sepoi angin membelai lembut bagi siapapun yang merasakannya. Kedua sejoli itupun akhirnya, memutuskan untuk kembali ke pesatren. Dirasa cukup bagi mereka berdua, untuk memberikan kehangatan di dalam hubungannya.

"Astaghfirullahal'adzim, maaf mbak maaf."
Ujar seorang gadis yang zahra kenali suaranya itu. Tanpa sengaja menyenggol bahu zahra yang tertutup khimar maroon.

"Zahra!"
Tatapannya kali ini sungguh tidak bersahabat, zahra yang tadinya menunduk kini beranjak kaget bukan main. Sedangkan Rakan atau yang kerap di sapa dengan sebutan Gus Malik itu, hanya diam memperhatikan, tanpa sedikitpun angkat suara.

"Aida ayo kita pu.....lang......
Zahra?"
Ajak Fara penuh semangat, sahabat Zahra. Berjalan menuju Aida, namun ucapannya terhenti saat melihat zahra dan gus malik berjalan berdampingan sambil bergandengan tangan.

Alih- alih berkata, Fara sontak membeo, matanya melihat ke arah Aida yang tengah terbalut emosi, kemudian mengalihkan pandangannya kepada Rakan dan Zahra bergantian.

"Eee..eum..mmmm Fara, Aida."
Zahra takut mereka salah faham, ia berusaha memberikan penjelasan namun, tak dienyahkan oleh Aida. Ia terlihat sangat kecewa.

"Aida, Fara ini ga seperti yang kalian lihat. Aku bisa jelasin.." Zahra tak kuasa menahan tangis, air mata yang sedari tadi ia bendung tak dapat tertahan lagi. Zahra pilu, ia bingung harus berkata apa.

"Cihhhh... Jelasin? Mau jelasin apa? Mau jelasin kalau kamu ada hubungan sama gus Malik. Iya?!!!"
Uacapan Aida berhasil membuat Zahra terenyak, ia tidak menyangka jika Aida marah ucapannya sangat pedas. Hatinya hancur mendengar ucapan Aida barusan, teramat lara.

"Aida ga gitu hikss..hiks.., aku dan Gus Malik itu hiks..hikss...."
Ucap Zahra terbata- bata berusaha menjaskan, sambil memegangi bahu Aida, namun langsung di tepis oleh Aida.

"Kamu ga usah sok suci ya Ra, aku kecewa sama kamu, ternyata kamu itu cewek MURAHAN yang gampang digodain sama laki- laki lain."
Tukas Aida penuh penekanan, terutama pada kata MURAHAN. Sambil menatap tajam mata Zahra. Fara hanya bisa diam termangu menyaksian kedua sahabatnya yang tengah beradu mulut. Ia bingung harus memihak siapa, keduanya sama- sama sangat berharga bagi Fara.

"CUKUPP!!!"
Rakan yang tadinya diam, kini angkat suara. Ia tidak terima dengan ucapan yang dilontarkan oleh Aida kepada istrinya. Itu sungguh sangat menyakiti hati Rakan.
Zahra hanya tertunduk pasrah, ia mengaku salah.

IN SYAA ALLAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang