Silang (Rakan pergi, Lita kembali)

2.2K 85 1
                                    

Bukan seberapa hebat kamu
Dapat mengarungi dunia
Namun, tentang seberapa
Kuat kamu dapat melewati kejamnya
Fitnah yang merajalela.


09:00 WIB
Hari ini adalah hari yang sangat- sangat Umi salma ingat, kenapa? Pasalnya hari ini Rakan, atau yang kerap disapa Gus Malik itu, akan pergi meninggalkan tanah airnya, dengan tujuan untuk meneruskan S2nya di Belanda.

Air mata dengan sombongnya jatuh ke pipi lembut, Umi salma yang tengah bersedih, melihat kesedihan yang di alami sang Ibunda, Malik tidak sampai hati. Akhirnya ia pun berjalan menuju tempat uminya berada, yaitu di sofa tempat ruang keluarga.

"Umi, umi kenapa menangis?"
Kata Malik lembut, ketika sudah duduk disebelah uminya.

"Umi ga papa nak, umi hanya khawatir takut terjadi apa- apa dengan kamu."
Ucapnya lirih dengan kepala tertunduk lesu.

"In sya allah Malik bisa menjaga diri malik umi."
Tukas Malik meyakinkan.

"Iya umi percaya sama kamu nak, namun naluri seorang ibu itu sangat kuat."
Melihat manik mata Umi Salma, tanpa sadar butiran kristal jatuh dengan sendiriny di pelupuk pipi putih Malik.

"In syaa allah Malik ga akan mengecewakan Umi, sama Abi, um."

Salma hanya manggut- manggut dengan air mata yang tak bisa dibendung, sedangkan Malik terlihat berpura- pura tegar padahal hatinya tengah hancur, melihat bidadari surganya meneteskan air mata.

*******
Malik prov

Udara yang begitu menyegarkan, sejuk. Ditambah lagi lukisan senja yang tertera di ufuk barat, Subhanallah hanya kata itu lah yang bisa aku ucapkan, untuk mengucapkan rasa syukurku pada sang pencipta.

Kulihat Arloji yang melingkar rapi di tangan ku, menunjukkan pukul 17:45. Hari ini bandara terlihat sepi, tak seperti biasanya, mungkin orang- orang sudah menghabiskan waktu luangnya di kampung. Gumamku pada diriku sendiri.

Yah sekarang aku berada di bandara, tepatnya di dalam pesawat. Tujuanku kali ini ya.. kalian tau lah Belanda, ku beranikan diri menginjak kan kakiku di negeri orang, yang sama sekali tidak ada satupun yang ku kenal.

Sebenarnya aku sangat berat hati meninggalkan keluarga ku, namun dukungan Abi dan doa umi yang sekarang menjadi sumber semangatku.

Aku berusaha tegar dihadapan keluargaku meskipun sebenarnya hati ku rapuh, namun aku tak boleh jatuh dalam emosiku, aku harus bangkit demi cita- citaku.

"Mmm maaf mas boleh geser sedikit."
Seketika suara yang ku ketahui itu adalah milik perempuan, berhasil membuyarkan lamunanku. Dengan cepat ku bergeser sengaja memberi ruang untuk menjauh dari tempat duduknya. Meskipun itu berada di sampingku.

Setelah itu, fikiranku tiba- tiba terpacu pada gadis kecil, mungil yang selalu membuatku gemes, siapa lagi kalau bukan adikku. Tanpa terasa air mata ku dengan lancangnya melesat pergi dari tempatnya berasal, menyadari itu seketika ku angkat jemariku untuk segera mengusap air mata itu.

"Kaka ga boleh pergi, nanti kalau kaka pergi aku sama siapa, ga ada lagi yang jailin aku, yang memberi aku coklat ketika aku ngambek, dan ga ada lagi yang merusak mood baikku, jangan pergi kak hiks..hikss..hikss"

Ucapan itulah yang terus terngiang di kepalaku, entah kenapa suara adikku tak dapat ku lupakan begitu saja. Apalagi setelah aku melihat wajah sedihnya tadi yang tak henti- hentinya menangis sambil memeluk erat tubuhku.

"Arghhhhhh."
Ucapku frustasi sambil mengacak- ngacak rambut hitamku.

"Mas kenapa?"
Suara itu, yah suara cewek yang berada tepat disampingku, sebenarnya aku risih, tapi apalah daya aku tak bisa apa- apa.

IN SYAA ALLAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang