"Rumus cintaku sangat singkat, yaitu Iman, cinta, dan rindu. Betapa hebat naluri ini. Kau hadir sebagai tamu lalu berhasil menetap dalam hatiku dan menjadi pelangi dalam duniaku. Engkaulah Imam yang selalu kusebut di sepertiga malamku."
"Ra..."
Zahra menoleh ke arah sumner suara dengan posisi tubuh berbalut selimut.
Rakan yang tadinya berbaring lurus, kini menghadapkan tubuhnya ke arah sang istri. Zahra mendadak memunggungi Rakan, jujur ia sangat malu jika mengingat kejadian semalam. Bau badan Rakan, embusan napasnya, wajahnya, tangan kekarnya, tak ada satu pun yang luput dari ingatan Zahra. Seakan melekat kuat dalam otaknya.
Rakan memajukan tubuhnya untuk sedikit mendekat kepada sang istri. Zahra merasakan ada tangan kekar yang melingkar di perutnya, jujur ia merasa gugup sekali.
"Fyuuuu..." Rakan meniup rambut Zahra hingga membuat empunya menghindar karena merasa geli. Zahra tersenyum manis tanpa sepengetahuan Rakan tentunya.
"Bangun yuk..." ujar Rakan dengab kepala menempel di punggung Zahra.
Zahra mengangguk pelan, "Jam berapa?" tanya Zahra serak.
"Jam empat. Yuk mandi," bisik Rakan, detik berikutnya ia merasakan gerakan tubuh Zahra yang sepertinya hendak bangkit dari tidurnya.
Zahra menutupi tubuhnya dengan selimut berwarna navy itu dengan posisi duduk di tepi ranjang. Rakan yang melihatnya langsung menarik paksa tubuh sang istri hingga membuatnya terjatuh tepat di atas tubuh Rakan. Ia pun mengalun senyum kemenangan, menatap wajah sang istri yang berusaha menghindari tatapannya. Zahra berusaha berontak, tapi tidak bisa. Tangan Rakan cukup kuat, hingga ia tidak bisa melepaskan pelukan itu. Mau tak mau Zahra hanya menuruti apa mau suaminya ini. Ia pasrah.
"Kenapa wajahnya, kok merah gitu?" goda Rakan. Zahra memalingkan wajah.
Tangan Rakan yang tadinya melingkar di perut Zahra kini pindah tempat ke arah wajahnya. Ia membelai lembut wajah sang istri lalu mencium keningnya lama.
"Mas..." ujar Zahra merasa terganggu.
Rakan terkekeh pelan, "Apa?'' tanya Rakan pura-pura tak tahu.
"Zahra mau mandi."
"Sebentar..."
Zahra mendengus sebal, lihat saja dari tadi mata Rakan tak hentinya berpaling dari wajahnya.
"Kita main lagi yuk..." ujar Rakan enteng yang langsung mendapat tatapan tajam dari Zahra. Perempuan itu lantas mengembuskan napas gusar. Detik berikutnya, ia berhasil meloloskan diri dari jeratan Rakan. Ia berlari menuju kamar mandi.
"Selimutnya woy jangan di bawa!" teriak Rakan disertai gelak tawa.
"Biarin!" balas Zahra dari dalam kamar mandi.
Rakan tertawa terpingkal-pingkal di atas kasur, tingkah Zahra sangat lucu menurutnya.
Tak lama kemudian, muncul ide jail dari Rakan. Pria itu langsung bangkit dari tempat tidur lalu berjalan menuju kamar mandi.
Tok...tok...tok..
Rakan mengetuk pintu kamar mandi, tapi tidak ada jawaban apa pun dari dalam.
"Ra bukain dong, Mas kebelet nih..."
"Sebentar..."
Rakan tersenyum miring, ia pun kembali menhetuk pintu kamar mandi kali ini lebih keras.
TOK...TOK...TOK...
"Buruan!" teriak Rakan sok panik.
"Mas ih, sebentar kek..."
KAMU SEDANG MEMBACA
IN SYAA ALLAH
De TodoIni sebuah kisah tentang seorang gadis cantik bernama Dzakira Talita Zahra. Seorang gadis berusia delapan belas tahun, ia juga seorang murid pindahan dari Jakarta. Disela-sela penyesuaiannya dengan sekolah barunya tersebut, Lita bertemu dengan seora...