"Mungkin sebaiknya hal ini tidak perlu terjadi. Kenapa kau selalu mengusik hidupku. Aku tak mengerti dengan perasaan ini, karena aku pun tak tahu pasti ada berapa banyak hati yang telah tersakiti."
IN SYAA ALLAH
Hari ini adalah hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh para murid, yaitu hari Minggu. Hari bahagia bagi para murid salah satunya adalah Lita, ia sekarang tengah asik menikmati akhir pekan bersama kakak tercintanya dengan jalan- jalan mengunjungi Mall. Gadis itu tampak cekatan mengambil satu per satu gamis kesukaannya yang sudah diidam-idamkan sejak dulu. Setelah memilih dan membeli gamis pilihannya, ia segera bergegas menuju market untuk membeli bahan-bahan pesanan Sheila-bundanya. Sedangkan Revan, ia memilih menunggu saja di cafe sambil menikmati coklat panas kesukaannya.
Brukkk...
"Astagfirullahal'adzim.. maaf-maaf mas saya gak sengaja," ucap Lita menyesal karena tak sengaja menabrak seseorang yang ia pun tak tahu siapa.
"Makanya kalau jalan pakek mata mbak!" tukasnya tegas yang tampaknya suara laki- laki yang tak asing lagi di telinga Lita. Dengan cepat, Lita pun mendongakkan dan mendapati ada sosok Rakan di depannya.
"Pak kanebo kering!"
seru Lita kelepasan lalu segera membungkam mulutnya."Maksud kamu?"
"Eh maaf, maksud saya Pak Rakan," ralat Lita yang dibalas anggukan oleh Rakan. "Bapak ngapain?" tanya Lita basa-basi.
"Terserah saya dong ini kan tempat umum," jawab Rakan enteng membuat Lita jengkel. Ia tidak ingin berlama-lama berada di dekat guru muda ini, setelah mengembuskan napasnya pelan Lita berniat pergi dari hadapan Rakan.
"Oh yasudah, saya permisi dulu Pak."
"Tunggu!" Lita menoleh lalu kembali menunduk.
"Boleh minta tolong?" tanya Rakan. Lita mengernyitkan dahinya.
"Tolong bantu saya untuk mencari bahan-bahan ini, saya kurang paham urusan gituan," ucap Rakan sambil menyodorkan secarik kertas berisi rangkaian aksara bertuliskan kebutuhan rumah tangga, kepada Lita.
Dengan perasaan campur aduk dan detak jantung entah kenapa, Lita akhirnya bersedia membantu Rakan. Gadis itu mengangguk pelan, mau nolak tapi gak enak. Mereka pun berjalan beriringan bak pasangan suami istri yang sedang berbelanja bersama.
Banyak pasang mata yang mengira bahwa Rakan dan Lita adalah pasangan suami istri. Apalagi, baju yang mereka kenakan hampir mirip, Rakan memakai hem abu - abu dengan balutan celana berwarna hitam. Sedangkan Lita mengenakan gamis abu- abu dengan kerudung berwarna hitam.
Lita tersenyum simpul, ia berpikir harus memanfaatkan kesempatan yang sangat langka ini. Tiba-tiba tercetus ide untuk melanjutkan rencananya. Lita memutuskan untuk menerima tantangan dari Delia, meskipun berat hati. Dan ia sudah siap menanggung risiko apa pun demi sahabatnya.
"Istrinya cantik sekali, Pak." Lita tercengang setelah mendengar perkataan dari pelayan Mall. Detik berikutnya, Lita dan Rakan saling bertatap muka sebentar.
"Maaf Mbak tapi saya-"
"Terima kasih Mbak, istri saya ini memang sangat cantik , saya beruntung bisa memilikinya," potong Rakan membuat Lita menganga tak percaya. Sedangkan, sang pelayan hanya tersenyum membenarkan.
Setelah itu, pelayan itu pamit dari hadapan mereka berdua. Tak lama kemudian, Rakan tertawa pelan setelah melihat ekspresi wajah Lita yang sulit diartikan. Lita tergugu, merasa jengkel dengan Rakan. Ia pun segera menundukkan kepalanya, malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
IN SYAA ALLAH
De TodoIni sebuah kisah tentang seorang gadis cantik bernama Dzakira Talita Zahra. Seorang gadis berusia delapan belas tahun, ia juga seorang murid pindahan dari Jakarta. Disela-sela penyesuaiannya dengan sekolah barunya tersebut, Lita bertemu dengan seora...