Chapter 9| Ungkapan Hati Rangga

2.5K 95 0
                                    

"Kamu yang selalu hadir dalam mimpiku dan menciptakan pelangi dalam hari-hariku. Untukmu yang di sana, semoga dirimu baik-baik saja."

IN SYAA ALLAH

06.50 WIB

Mentari pelan-pelan memamerkan sianarnya di antara hamparan langit yang masih gelap. Gadis berlesung pipi itu tak henti-hentinya mengucap syukur atas nikmat Tuhan yang tiada tara. Matanya memandangi satu persatu  tanaman yang berjajar di sepanjang jalan.

Ting...

Ia reflek melihat jam tangannya yang barusan berbunyi, menunjukkan pukul enam tepat. Matanya menatap sempurna, ia kaget sekaligus  takut. Takut telat.

"Kak ayo dong ngebut...aku bisa telat nih!" protes Lita mengejutkan Revan.

"Iya-iya bentar napa, siapa suruh bangunnya kesiangan..." balas Revan sedikit kesal dengan tingkah sang adik.

"Iiiiiiihhhhhh... kakak. Siapa suruh ga ada yang bangunin aku, prasaan tadi udah aku pasang alarm deh."

"Dih...emang kamu anak kecil apa? Ayo turun udah nyampe!" ketus Revan sembari meminggirkan mobilnya ke kiri jalan. Tepat di depan pintu gerbang sekolah Lita.

"Ehh salim dulu dek, ya Allah," tegur Revan saat mengetahuiLita langsung nylonong begitu saja tanpa pamit.

Mendengar teguran dari sang Kakak, Lita pun membalikkan badannya lalu menyodorkan tangannya ke dalam jendela mobil.

"Ga sopan!" ketus Revan.

"Maaf kak sengaja. Assalamu'alaikum," balas Lita membuat Revan membelalakkan matanya. Detik kemudian, Lita langsung berlari tanpa menunggu jawaban dari Revan.

"Wa'alaikumsalam. Jangan lari dek!" teriak Revan yang tak didengarkan Lita.

"Ya Allah... sepuluh menit lagi masuk." ujarnya sambil berlari.

Brukkkkkk....

"Astagfirullahal'adzim... maaf- maaf Lita ga sengaja," ucap Lita lalu kembali melanjutkan langkahnya tanpa melihat siapa orang yang ia tabrak barusan.

"Lita? Kebiasaan tuh anak."

"Tunggu!" cegah Rakan sambil mencekal lengan Lita. Reflek gadis itu menepisnya setelah mengetahui siapa orang yang telah lancang menyentuh tagannya.

"Maaf Pak saya buru-buru. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam...Lita lita..." jawab Rakan geleng-geleng  kepala sambil menatal punggung Lita yang perlahan menjauh.

***

Kringgg...kringgg...

Bel sekolah berbunyi, tepat ketika Lita berada di ambang pintu kelasnya. Dengan napas tersenggal- senggal ia pun segera berlari menuju tempar duduknya.

"Alhamdulillah..."

"Gue kira lu absen hari ini," tukas Eva setelah menyeruput minumnya.

"Nggaklah."

"Napa lu? Kek habis dikejar semut aja," cibir Eva membuat Lita cemberut. "Nih minum." Eva menyodorkan botol minumnya kepada Lita. Gadis itu langsung menyambarnya dan meneguknya sampai tersisa setengah setelah mengucap bismillah.

"Nanti aku ganti," ucap Lita. Eva mengangguk sambil mengedikkan bahunya.

***

Berbeda dengan Rangga akhir-akhir ini ia sering melamun, bahkan temannya sendiri pun  merasa heran dengan perubahan sikapnya.

"Rangga! Coba lu liat... kali ini gua bisa nemuin fakta di balik kejadian Rengasdengklok. Seneng gue," kata Ilham-teman sebangku Rangga.

IN SYAA ALLAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang