Chapter 50| Malam ini Spesial

753 37 0
                                    

"Jangan sekedar mampir, karena hadirmu sangat berharga untukku yang mudah rapuh. Menetaplah dalam rengkuhanku, aku butuh dirimu yang tegar sebagai penyeimbang hatiku yang tak mampu berdiri kukuh menahan rintih rindu."

IN SYAA ALLAH


Zahra berjalan turun dari tangga asrama, lalu menuju dalem tempat tinggal bersama suaminya. Tidak sampai lima menit, zahra sudah sampai. Hari ini, Zahra sengaja tidak diperbolehkan mengajar oleh Rakan, bukan semena-mena tapi itu adalah cara Rakan untuk sedikit demi sedikit menyuruh istrinya agar berdiam diri di rumah dan menjadi ibu rumah tangga saja. Beruntung Zahra tak menyadari bahwa ini hanya taktik Rakan belaka, meskipun begitu ia harus tetap menuruti semua perintah suaminya kecuali, hal yang tidak baik.

Zahra sampai di depan dalem, ia tersenyum dan seperti biasa ia lebih memilih masuk dari pintu belakang karena menurutnya itu lebih sopan. Suasana pondok terlihat sangat asri dan siapapun yang melihatnya pasti teringin berlama-lama berteduh di dalamnya. Pikiran Zahra masih belum bisa move on dari kejadian tadi di asrama, entah mengapa dia masih merasa cemas mungkin karena dia belum bisa menjelaskan semuanya kepada sahabatnya itu.

"Zahra?" Sapa Umi Salmah. Dia tampak khwatir setelah melihat sikap menantunya yang tak seperti biasanya.

Mata Zahra terbuka lebar, rupanya ia juga sama terkejutnya dengan sang Umi.
"Umi? Assalamu'alaikum Umi."

"Wa'alaikumussalam, kamu kenapa? Sakit?" Kata Umi sembari menyentuh pundak Zahra.

"Eummm...tidak kok Umi, kepala Zahra pusing saja."

"Ya sudah kamu istirahat saja ya, bentar lagi Rakan juga pulang."

"Iya umi."

Sesampainya di kamar, ia langsung merebahkan diri entah kenapa tiba-tiba kantuk menyerangkanya. Dilihatlah jam dinding menunjukkan pukul 13.00, sebelum memutuskan untus beristirahat, Zahra memutuskan untuk menunaikan salat zuhur terlebih dahulu.

****

"Malik?" Suara perempuan kira-kira berusia sekitar 50 tahun itu berjalan ke arah Rakan.

"Iya mi." Rakan tersenyum tulus lalu mengecup tangan sang Umi.

"Sudah pulang kamu nak, bagaimana hari ini lancar?"

"Alhamdulillah Umi, tadi sih sempet pusing juga takut ada pasien yang membutuhkan pertolongan cepat."

"Kok kamu tinggal? Terus gimana dong kan kasian."

"Udah kok umi, semuanya sudah beres udah Malik tangani semuanya. Oh iya, Zahra sudah pulang Mi?"

Umi Salma terkekeh kecil.
"Ini jam berapa kamu baru tanya seperti itu? Sana, kasian istrimu tadi umi lihat dia kurang sehat."

"Sakit?" kata Rakan cemas.

"Udah sana, kamu lihat sendiri."

"Ngusir nih ceritanya..."

Sang Umi tampak geli sendiri melihat tingkah sang buah hati yang masih manja dengannya.

"Oh iya, besok kan acara resepsi."

"Terus?"

Rakan melihat sekitar, tapi tiada siapapun yang tampak sibuk bekerja.
"Kok sepi sih, ga ada orang yang nyiapin gitu?" tanya Rakan heran.

"Udah kamu ga perlu mengurusi masalah itu, semuanya sudah beres tinggal kamu dan Zahra saja yang harus siap."

"Beneran? Wah umi hebat."
Rakan mengecup kening sang umi, lantas berlari ke menuju kamarnya.

IN SYAA ALLAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang