_03_

634K 59.7K 31.2K
                                    




Terkadang, diam adalah caraku menjelaskan semuanya.

°°°

Ghea menghentakkan kakinya seirama dengan musik yang tengah ia dengar. Ghea sedang menunggu abi yang mengajaknya berkunjung ke rumah abi.

Sebenarnya ghea deg-degan, apalagi ini kali pertamanya mengunjungi rumah abi.

Abi sudah terlambat tiga puluh menit dan ghea yakin abi sangat mengetahui bahwa ghea tidak suka menunggu. Berkali-kali ia memencet tombol call walau hanya berakhir sia-sia.

Ghea menggigit bibir bagian dalamnya, harus kah ia ke tempat tongkrongan Enfant?

Oh iya, sebelumnya enfant berarti muda yang berasal dari bahasa francis. Geng tersebut diketuai oleh Rio, kakak kembar vanya. Geng itu berisi anak nakal walau hanya luar nya saja.

Terkadang mereka juga mengadakan kegiatan bakti sosial. Tidak hanya lelaki, perempuan yang menjadi pacar anggota enfant sudah seperti anggota bagi mereka. Namun pengecualian untuk ghea. Ghea tentu saja mengetahui teman abi tidak menyukainya.

Ghea akhirnya memilih berjalan menuju tongkrongan enfant. Dari tempatnya berdiri tidak terdengar suara ramai. Dengan ragu ghea berjalan masuk, teman-teman abi termasuk abi sendiri menatap ghea. Abi dengan cepat bangkit, ia menatap jam di pergelangan tangannya.

Benar, ia melupakan ghea.

"Aku nunggu kamu." suara ghea terkesan pelan walau masih bisa terdengar oleh teman-teman abi.

"Ngga usah terlalu ngekang abi lah." ketus Reza.

"Za" tegur abi.

Ghea menunduk, reaksi teman abi sama persis seperti yang ia bayangkan. "Kenapa telpon ngga diangkat bi?"

Abi segera merogoh ponselnya yang berada di kantong celana, ponselnya dalam mode silent ternyata. Ada banyak panggilan masuk dari ghea. Abi menatap ghea yang masih menunduk.

"Ghe-"

"Aku ngga minta kamu anter kan? Kalau emang ngga jadi seenggaknya kabarin, aku cape. Mending tidur di rumah."

Arga melempar tatapan sinis. "Buset, jadi cewe ngga pengertian amat. Wajar lah dia ngga main hp, orang lagi panik tadi."

Ghea menatap abi.

"Vanya masuk rumah sakit ghe." terang abi.

"Masuk rumah sakit? Sekarang kondisinya gimana?"

"Ngga usah sok perhatian sama adek gue. Carmuk lo." Rio menelan softdrink yang ia bawa, ikut bergabung dengan anak enfant lainnya.

"Udahlah ghe, cabut aja. Kayaknya abi masih mau kumpul disini."

Ghea tidak tau siapa yang berbicara kali ini. Ia menatap abi. "Ngga jadi kan? Aku pulang ya."

Abi menahan tangan ghea, ia meraih tas sekolahnya yang tergeletak lalu merangkul pundak ghea, membawa ghea keluar dari markas enfant.

"Maaf ghe, aku tau kamu ngga suka nunggu."

"iya." aku kecewa...

Abi tersenyum lega. Ia berniat membawa ghea ke rumahnya hari ini. Ghea masih diam, enggan membuka suara selama perjalanan.

Tiba didepan rumah abi, ghea berdecak kagum. Rumah abi tampak sangat luas dari depan, bisa ghea tebak rumah abi mengusung tema modern yang menenangkan.

Ibu abi keluar karena mendengar suara motor abi. Ghea dengan segera menghampiri ibu abi dan menyalaminya.

Ibu abi tersenyum, "ghea ya?"

AbigheaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang