_05_

566K 60.3K 19.8K
                                    

Let pain teach you
Let pain leave you.

-seeker-

•••

Ghea duduk seorang diri di balkon rumahnya yang mengarah langsung ke arah jalanan. Dengan ditemani secangkir coklat panas membuat Ghea merasa semakin kesepian. Ghea belum mengaktifkan ponselnya, yang ia lakukan saat ini hanyalah melamun.

Coklat yang tadinya panas kini terasa hangat ketika Ghea meneguknya. Ghea menghela nafas, melirik ponsel di meja lalu meraihnya. Ghea segera mengaktifkannya, beberapa notifikasi masuk. Ghea membuka pesan dari Abi terlebih dahulu.

Abi
Ghea?
Are you okay?

Kenapa telponnya di putus?

Maaf ga bisa ke sana, aku harus jagain Vanya.

Ghe?
Aku kerumah kamu ya?

Aku on the way
Mau apa?

You're late bi. (Delete)

Pesan terakhir dari Abi masuk lima menit yang lalu, itu berarti saat ini Abi masih dalam perjalanan. Ghea hanya membacanya. Ia memencet tombol call ke nomor Rian, kakak laki-lakinya yang juga tinggal di luar negeri.

Di dering ketiga telpon diangkat. Ghea mengukir senyum tipis namun tak urung matanya berair.

'kenapa ghe?'

"Kapan pulang?" Tembak Ghea to the point.

'ghe, are you okay?'

Ghea menggeleng. Air matanya jatuh. "Nggak kak."

'kenapa?'

"Ghea cape. Pulang kak, dulu kakak janji sama ghe kalau kakak ngga akan ninggalin Ghea."

'ghe-'

"Kakak bohong. Kakak juga ikut pergi kayak mereka. Ghea cape."

'ghea, London sama Jakarta ngga sedeket itu.'

"Pulang kak." Ghea terisak dalam panggilannya. "Pulang."

Hening untuk sejenak. Ghea menghela nafas karena tidak ada tanggapan dari Rian. Ghea menghapus air matanya, lalu tertawa pelan.

Tertawa untuk menutupi rasa kecewanya.

"Gapapa. Ghea yang harusnya tau diri. Maaf kak, Ghea cuma lagi bingung. Maaf ya."

'ga gitu ghe-'

"Jangan terlalu sibuk kak, sekali-kali hubungin Ghea ya? Ghea tutup kak."

Tut.

Ghea menatap kosong ke depan, ponsel dalam genggaman nya ia remat dengan erat.

Ghea mengerjap mendengar deru motor Abi. Ghea bangkit, mendekati pembatas balkon. Ia mengangkat tangan pertanda agar Abi naik.

Mata Ghea kembali memanas ketika Abi datang dengan senyuman cerahnya, sangat berbanding terbalik dengan dirinya. Abi mendekat, ia duduk di kursi sebelah Ghea.

"Kamu nangis?"

Ghea mengangguk lalu tak lama air matanya kembali mengalir. Abi mengusap pelan pipi Ghea, Ghea menahan tangan Abi di pipinya.

"Kenapa hm?" Tanya Abi dengan nada lembut.

"Cape." Jujur Ghea.

Abi mengernyit. "Cape kenapa?"

"Cape."

Abi menarik Ghea ke dalam dekapannya, ia mengelus pelan punggung Ghea.

"Cerita sama aku ghe."

AbigheaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang