Ghea berulang kali menoleh ke kanan dan ke kiri, kakinya bergerak gelisah.
"Aduh abi kemana sih? Udah jam segini juga." gerutu ghea sambil melihat jam yang melingkar Indah di pergelangan tangan kirinya.
Baru saja berniat menghubungi abi, sebuah mobil berhenti di hadapannya. Dengan raut tidak bersalahnya, abi tersenyum lebar pada ghea.
"Maaf ghe, ketiduran."
Ghea membelalakan kedua matanya. "Sumpah?"
Abi meringis, "iya hehe."
"Abi kamu tu-"
Belum sempat ghea menyemburkan amarahnya, abi buru-buru menarik tangan ghea agar mendekat ke arahnya. Iya membukakan pintu penumpang untuk ghea.
"Marahnya di pending dulu, nanti makin terlambat." abi mencubit gemas pipi ghea setelah membukakan pintu untuk ghea.
Ghea menghela nafas kasar, pasrah akhirnya ghea memilih masuk ke mobil.
"dasar nyebelin." gumam ghea saat melihat abi tengah berputar menuju kursi pengemudi.
Melihat raut ghea yang masih terlihat masam, abi memutar tubuhnya. Tangannya terangkat untuk mengusak lembut Puncak kepala ghea.
"Udah dong ngambeknya." bujuk abi.
Ghea membuang wajahnya. "Abis kamu nyebelin, coba kalau ketidurannya lama terus ga jadi nonton festivalnya?"
Abi terkekeh, ia menarik pelan wajah ghea agar menghadap ke arahnya. "Aku bercanda ghe, aku ngga ketiduran. Aku ngaret karena beli ini nih."
Ghea sontak memasang wajah bingungnya saat tiga tangkai bunga Mawar terulur kearahnya. "Ini-"
Abi tersenyum lebar, dengan secepat kilat ia mencuri kecupan di pipi ghea. "Bunganya cantik, aku berenti aja buat beli. Eh malah ke jebak macet, maaf ya?"
Ghea mematung. Bukan karena ucapan abi, melainkan karena tingkah abi yang mengecup pipinya. Memang, ini bukan pertama kalinya. Tapi entah mengapa, ghea tetap tidak terbiasanya.
Senyum abi menular pada ghea. Ghea menerima uluran bunga abi lalu memeluk abi dan menggoyangkan ke kanan ke kiri.
"Ahh gemasnya pacar akuuuu."
Abi membalas pelukan ghea. Ia menumpukan kepalanya di pundak ghea.
"Aku sayang kamu ghe."
Ghea mengangguk. "Aku juga sayang kamu bi, jangan pernah tinggalin aku ya?"
°°°
Ghea berjingkrak kegirangan, sebelum menghadap panggung, ghea menyempatkan diri menghadap abi. Dengan kekuatan kilat yang dimilikinya, ghea mengecup pipi abi.
1-1.
Abi bengong sesaat lalu terkekeh. Ia mengacak Puncak kepala ghea yang berdiri dihadapannya. Abi sengaja berdiri di belakang ghea untuk melindungi ghea. Tangan keduanya juga terpaut.
Tentu atas permintaan abi saat keduanya tiba diparkiran tadi.
Semakin sore, penonton semakin ramai. Euforia penonton menjadi ciri khas di sore hari yang mendung ini.
Saat Sebuah intro guest di putar. Keadaan yang tampaknya tenang mulai ramai --mendekati ricuh. Ya, saat ini giliran feast yang tampil di panggung.
Ghea bergidik ngeri, tidak menyangka akan seperti ini. Tapi bukan masalah, entah mengapa ghea menganggap hal tersebut unik karena mereka tampak bebas mengekspresikan diri mereka, selama tidak menyebabkan korban jiwa saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abighea
Teen FictionAbi sayang ghea, abi juga sayang vanya. Walaupun sayang abi pada vanya hanya sebatas teman, terkadang ghea sering merasa tidak berarti karna perlakuan abi yang selalu mengutamakan vanya. Ingin tau rasanya jadi perempuan yang pacarnya lebih mementin...