Selesai, ghea menyerah sampai di sini.
°°°
"Abi." Ghea menyerukan nama abi yang tengah berdiri di gerbang.
Abi hanya mengangkat alisnya sambil menatap ghea. Raut wajah ghea pun tidak jauh beda dari abi, datar. Ghea yang tidak memakai seragam sekolah mengulurkan selembar kertas pada abi.
Abi menerimanya lalu menatap ghea. Namun ghea hanya bungkam, membiarkan abi mengartikan sendiri apa maksud permintaannya.
Saat hendak meninggalkan abi, abi menahan tangan ghea, dengan cepat ghea menepis tangan abi dan menarik dirinya. Ghea tetap bungkam.
"Maksud lo?" abi mengangkat kupon permintaan ghea.
"Bisa baca kan?"
Asing, abi merasa asing dengan ghea yang ada di hadapannya saat ini.
"Gue nggak ngerti ghe."
Ghea melirik tangan abi yang memegang kupon, "gue rasa ketua lo udah tau. Rafa pulang hari ini."
"Yang lo bilang sama yang lo tulis di kupon ini nggak bersangkutan ghe."
Ghea tersenyum remeh. "Goodluck bi."
°°°
Ghea mendesah pelan membaca pesan singkat yang ditinggalkan sang bunda padanya. Perasaan lega juga menjalar di hatinya.
Akhirnya, setelah penantian yang panjang. Adiknya kembali sadar.
Sedikit tergesa, ghea naik ke kamarnya. Memilih acak pakaian yang ia bawa untuk menemui adiknya.
Kurang dari dua jam, ghea sudah berhasil menyiapkan barang-barang yang ia butuhkan selama di Singapura. Setelah menerima email tiket penerbangan dari rian, ghea memesan taksi online.
Selama menunggu taksi online, ghea memutuskan untuk mengabari ami. Ia meminta ami untuk datang menemuinya di bandara nanti.
Terjebak macet kurang lebih dua menit, akhirnya ghea sampai di bandara terdekat. Ia menarik kopernya, menunggu ami yang mengatakan ia akan tiba dalam lima menit.
Ghea tersenyum lebar melihat ami yang berlari ke arahnya, di belakangnya ada Farhan yang berjalan dengan santai.
Ami dan ghea belum sepenuhnya bermaafan, bahkan ini pertama kalinya setelah pertengkaran mereka terlihat akrab kembali.
"Mendadak ghe?" ami merasa sedikit canggung.
Ghea memeluk singkat ami. "Maaf untuk yang sebelumnya ami."
"Nggak masalah." ami tersenyum hangat, "jadi?"
"Rey sadar."
Ami menepuk pundak ghea, "Ikut legaa. Yaudah, hati-hati ghea."
Ghea mengangguk, tanpa berbicara pada Farhan, ia berlalu. Ghea sudah benar-benar enggan berhubungan dengan enfant.
Ia akan menarik diri, dimulai dari enfant tepatnya.
°°°
'Hallo? Kenapa ghe?'
'Ghe di depan.'
'Depan? Depan mana?'
'Rumah sakit.'
'Loh kok nggak bilang? Padahal kakak bisa jemput di bandara-'
'Cepet.'
Setelah itu ghea memutus sambungannya. Ghea baru tiba beberapa menit yang lalu, ia langsung menuju ke rumah sakit masih dengan koper di tangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Abighea
Teen FictionAbi sayang ghea, abi juga sayang vanya. Walaupun sayang abi pada vanya hanya sebatas teman, terkadang ghea sering merasa tidak berarti karna perlakuan abi yang selalu mengutamakan vanya. Ingin tau rasanya jadi perempuan yang pacarnya lebih mementin...