Seluruh anggota enfant berkumpul di markas sore ini. Setelah sekian lama berada dalam kecanggungan, akhirnya Rio memutuskan untuk berkumpul hari ini.
Rio menghela nafas berat, menatap satu persatu temannya dengan tatapan yang sulit di artikan. Seperti biasanya mereka duduk melingkar di lantai.
"Gue dan keluarga akan pindah."
Semua pasang mata kontan menatap rio. Rio melihat berbagai reaksi yang di layangkan teman-temannya tersenyum.
"Makasih karena sempat mempercayakan jabatan ini di tangan gue. Tapi maaf, gue nggak bisa memegang jabatan ini sampai akhir." rio bangkit, mendekati abi yang Setia berdiri di ambang pintu.
"Dan gue menyerahkan jabatan ini pada abi." rio menepuk pelan pundak abi. "Semoga lo bisa jaga persahabatan ini, semoga enfant tetap menjadi rumah untuk para anggotanya."
Abi menepis tangan rio, "siapa bilang lo bisa pergi gitu aja? Lo lebih berhak memimpin enfant dari segi manapun, lo mau tau alasan gue nggak bisa benci sama lo? Simple yo, karena gue tau, marahnya lo untuk mempertahankan rumah yang susah payah lo bangun. Terus setelah semua yang terjadi lo nyerah?"
"Gue merasa bersalah sama lo, enfant dan tentunya ghea. Gue buat lo semua kecewa kan? Gue cuma ke luar negeri, lo semua masih bisa kontak gue kapanpun." rio meyakinkan abi dengan tatapan sayu.
Abi mendengus, melayangkan pukulan. Selang dua detik, abi tersenyum lebar dengan mata memerah, ia memeluk rio. Rio itu, sudah seperti abang untuk abi.
"Kemarin ghea yang nyerah, dan hari ini lo yang nyerah." abi berseru lirih.
"Lo berdua kompak banget ya buat gue hancur? Lo harus jadi orang baik di sana, jaga vanya dan kedua orang tua lo. Lo abang yang baik dan sahabat yang baik, jangan lupakan itu. Makasih, karena lo gue belajar banyak hal."
Rio menepuk pelan punggung abi, "iya."
"Jangan lupa cari pengganti ghea, awas aja lo berani rebut ghea dari gue." abi terkekeh pelan, ia melepas pelukan keduanya.
Gantian rio yang mendengus. "Santai. Gue mau cari yang lebih bening dari ghea."
Mereka yang mendengar percakapan rio dan abi ikut tersenyum haru. Satu persatu dari mereka maju, memberikan pelukan perpisahan pada rio.
"Sekali lagi gue perjelas. Mulai hari ini, Abi resmi memimpin enfant."
°°°
Vanya duduk di hadapan ghea yang tengah menatap jalanan melalui jendela kafe.
"Gue mau pindah." vanya membuka obrolan tanpa berbasa-basi.
"Enak banget ya, bisa pergi setelah apa yang lo lakukan sama gue." ghea terkekeh pelan. "Gue benci lo nya, kadang gue nanya, kenapa harus gue yang menanggung ini semua? Semua orang yang gue sayang pergi dari sisi gue walau bukan salah lo sepenuhnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Abighea
Teen FictionAbi sayang ghea, abi juga sayang vanya. Walaupun sayang abi pada vanya hanya sebatas teman, terkadang ghea sering merasa tidak berarti karna perlakuan abi yang selalu mengutamakan vanya. Ingin tau rasanya jadi perempuan yang pacarnya lebih mementin...