Anggota enfant berkumpul di markas sejak pukul lima sore. Saat ini mereka tengah bersiap setelah melaksanakan solat magrib. Jangan salah, sekacau apapun sikap mereka, mereka tetap ingat pada tuhan dan beribadah. Bahkan di markas tersedia mushola kecil untuk yang muslim.
Abi sendiri tengah memakai sepatu seusai solat. Tadi setelah menghabiskan siang bersama ghea, abi pamit ketika waktu solat ashar. Wajah abi tampak bersinar, apalagi sisa-sisa air wudhu yang masih melekat di wajahnya.
Setengah tujuh mereka dikumpulkan dan kembali berunding, memberikan rute yang akan dilalui. Makanan yang dipesan sudah tiba. Satu persatu dari mereka meninggalkan markas, menuju tempat yang dituju.
Seperti biasa, abi membonceng vanya. Vanya tampak cantik malam ini, ah mungkin ia selalu cantik. Abi tersenyum melihat pantulan vanya dari spion. Bagi abi, vanya sudah seperti adiknya. Tapi itu dulu, sebelum rasa itu hadir dan membuat ia sedikit canggung pada vanya. Beruntung vanya tidak mengetahui perasaan abi padanya.
Benar. Abi memang menyukai vanya, bahkan ketika awal menjadi pacar ghea, perasaan abi masih untuk vanya. Abi sudah pernah berusaha, namun vanya tak pernah mau melihatnya. Hingga pada akhirnya, abi tak sengaja mengenal ghea. Gadis yang biasa-biasa saja sebenarnya.
Sikap gadis itu yang masa bodo dan sedikit cuek mempunyai daya tarik sendiri menurut abi. Abi memutuskan untuk mendekati ghea, jahat memang. Tapi sekarang, abi rasa hatinya sudah seutuhnya milik ghea.
Hanya tersisa sedikit untuk vanya.
Mereka memarkirkan motor di alun-alun yang tidak jauh dari tempat yang akan mereka tuju. Vanya menyerahkan helm pada abi. Abi menerimanya, ia berjalan mengekori vanya.
"Gue mau lima belas orang jaga motor, sisanya turun ke lapangan. Oh buat lo bi, gue titip adek gue. Kalian boleh berpencar. Inget makanannya untuk mereka yang ngga mampu, bukan untuk kalian makan sendiri. Sekarang udah jam tujuh, gue mau kita kumpul disini lagi setengah sembilan. Paham kan?" Rio memberi arahan pada mereka.
Suara anak enfant terdengar bersautan, sedikit menarik perhatian tentu saja. Mereka mulai memilih siapa yang menjaga parkiran dan turun ke lapangan.
"Lo maunya turun atau jaga parkiran nya?" tanya abi.
"Turun yu bi, sambil jalan-jalan hehe."
Abi mengangguk, ia mengambil nasi kotak untuk dibagikan. Abi dan vanya berjalan berduaan. Mereka berhenti didepan seorang anak kecil. Vanya berjongkok mensejajarkan tingginya dengan anak kecil yang tampak kumuh tersebut.
"Hallo" sapa vanya dengan ramah.
Anak kecil itu tampak takut, vanya tersenyum gemas."Ini kakak bawain makanan. Ngga usah takut. Kenalin nama kakak vanya, kamu?" vanya memberikan nasi kotak pada anak kecil itu.
Anak kecil tersebut mulai terbiasa, ia membalas senyuman vanya dan menerima makanan yang disodorkan vanya. "Aku adel, makasih makanannya kak."
Vanya berdiri, ia mengusap rambut anak kecil tersebut. "Sama-sama. Dimakan ya, dah adel."
Adel berjalan meninggalkan keduanya. Abi terpaku menyaksikan interaksi keduanya, tampak menggemaskan. "Bi? Ayo jalan lagi."
"O-oh ayo."
Kali ini giliran kotak yang abi bawa. Abi menyodorkan nasi kotak pada seorang lansia. "Malam bu, kami dari enfant, ini untuk ibu."
Ibu-ibu itu menerima nasi kotak dengan tangan bergetar. Ia mengucap syukur dan berterimakasih. Abi tersenyum, tugas mereka sudah selesai. Bisa abi liat beberapa anggota enfant masih keliling.
Abi memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong. "Ada minimarket nya, mau kesana?"
"Boleh deh." vanya menatap minimarket yang ada disebrang jalan.
Keduanya menyebrang jalan, abi menahan tangan vanya yang hendak sembarang menyebrang."Nyaaa" peringat abi.
Vanya tertawa kecil, "iya iya khilaf."
Abi menggenggam tangan vanya dan menariknya untuk menyebrang jalan. Ada beberapa anak enfant yang bersiul melihat kedatangan abi dan vanya. Abi dan vanya sama-sama tak acuh.
Abi memilih minuman biasa, beda dengan vanya yang membeli roti kotak berisi krim keju kesukaannya. Abi memerintahkan vanya untuk menunggu diluar selama ia membayar. Selepas membayar abi dan vanya duduk dikursi yang disediakan. Abi meminum minumannya, ia menatap lalu lalang motor dan mobil.
Vanya yang melihat abi bengong dengan iseng menyolek krim dan menggoresnya di pipi abi. Abi tersadar dan berdecak ringan, saat hendak mengomel raut wajah vanya tampak menggemaskan hingga membuat abi mengurungkan niatnya.
Abi mencolek krim dan gantian menggores krim diwajah vanya.
Mereka berdua akhirnya terlibat perang krim satu sama lain. Tawa lepas keduanya terdengar. Orang yang menyaksikan interaksi keduanya merasa gemas, dari segi fisik mereka terlihat sangat cocok. Yang satu tampan, yang satu cantik. Benar-benar serasi.°°°
Hari ini sekolah gempar. Ratu sekolah, Vanya Aurelia, ditembak dengan cara yang romantis pada jam pulang sekolah.
Ardi, salah satu most wanted di sma bimasakti dengan catatan prestasinya yang melimpah menembak vanya dengan beraninya. Keduanya memang sudah dekat cukup lama.
Beberapa siswa perempuan tampak berteriak histeris ketika salah satu cogan mereka kembali memiliki pacar. Vanya menerima ardi. Ghea tidak mengerti abi kenapa, tapi raut wajah abi yang tadinya senang malah berubah setelah melihat aksi tembak-menembak beberapa menit lalu.
Abi sempat mengajak ghea turun kelapangan. Namun ghea menggeleng, ia menahan abi. Ghea tak mengerti abi kenapa. abi tampak, cemburu?
"Bi jangan buat aku mikir kalo kamu cemburu" ghea jengah dengan sikap abi yang semakin aneh.
"aku bukannya cemburu. Aku cuma takut ardi ngga tulus. Vanya itu udah kaya adik buat aku ghe." abi membela diri walau sebenarnya ia tak yakin dengan apa yang ia ucapkan.
"Aku yakin ardi ngga kaya gitu. Ardi sepupu aku bi, aku tau sifatnya."
"Hmm, aku harap dia jagain vanya biar bener."
Ghea tak menanggapi perkataan abi. Ia menjadi badmood sendiri. Ghea berjalan meninggalkan abi, abi yang menyadari ghea meninggalkannya segera menyusul ghea. Ia merangkul pundak ghea, "cie, cemburu sama vanya nih?"
"Apaansi ah" ghea melepas rangkulan abi.
Abi tak menyerah ia menahan tangan ghea, "ghe galucu kalo kamu cemburu sama vanya. Aku cuma punya kamu kok."
Ghea menoyor muka genit abi, namun tak urung bibirnya menyunggingkan senyuman "iya iya iya, terserah kamu bi."
Kini ghea berjalan berdampingan dengan abi. Abi iseng-iseng menarik rambut ghea, membuat ghea menggerutu sendiri.
"Ghe ghe"
"Apa?" saut ghea ketus.
"Ghe, kamu jadi yang kedua gapapa ya?"
Ucapan abi membuat ghea menghentikan langkahnya. Abi sendiri sedikit menjaga jarak.
"Kamu selingkuh?" selidik ghea, ia menyipitkan matanya, menatap abi dengan tatapan serius.
"Bukan gitu ghe, tapi jadi yang kedua setelah nama aku di kartu keluarga kita nanti."
???
Muka ghea yang tadinya pias, memerah. Ia melepas sepatunya dan tanpa hati melempar kearah abi yang sok ganteng. Abi yang tadinya tengah tertawa menjadi meringis ringan, gantian ghea yang tertawa.
"Rasain tuh, makannya gausah sok gombal" ghea berlari meninggalkan sepatu sebelahnya.
Abi mengusap kepalanya yang Malang. Ia meraih sepatu milik ghea dan ikut berlari mengejar ghea.
°°°
Sweet moment abi vanya sama abi ghea nih hiyaaa
Jadi kalian penumpang kapal mana?
Abivanya atau abighea nihh?Yuk kencengin vommentnyaaaa, nanti aku up secepatnyaa
See yaaa <3
Chelseakarina
Senin, 20-01-2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Abighea
Teen FictionAbi sayang ghea, abi juga sayang vanya. Walaupun sayang abi pada vanya hanya sebatas teman, terkadang ghea sering merasa tidak berarti karna perlakuan abi yang selalu mengutamakan vanya. Ingin tau rasanya jadi perempuan yang pacarnya lebih mementin...