I said it was fine
But i never said it didn't hurt.°°°
Ghea berjalan disamping abi. Ghea sengaja tidak mengungkit masalah semalam. Alasannya simple, ia malas berdebat dan berakhir dengan abi yang membela vanya.
Mereka saat ini tengah berjalan di koridor menuju kelas masing-masing. Seperti biasa Abi menjemput Ghea. Bisa ghea liat dari tempatnya berdiri ada teman-teman abi yang tengah berkumpul dan ada vanya diantara mereka.
"Loh vanya udah sehat?" tanya ghea sesaat setelah melihat vanya.
"Iya udah," jawab abi seadanya. Matanya fokus mengarah pada ponselnya. Ghea menarik abi yang hendak tertabrak oleh siswa yang berlarian di koridor.
"Ghe-"
"Abi kamu tuh hampir ditabrak." gerutu ghea.
Abi meringis, ia memasukkan ponselnya ke dalam kantung celana. Mereka berhenti tepat didepan kelas ghea, "belajar yang bener. Jangan ngikutin rasa malas ghe, aku ke kelas ya." abi berjalan menjauhi ghea.
"Bi" abi kembali menoleh, ia menatap ghea dengan tanda tanya. Ghea mengeluarkan kotak bekal yang ia siapkan dari tadi pagi.
"Ini, aku buatin buat kamu. Aku tau kamu belum sarapan. Di makan ya, aku buatnya pake perjuangan" ghea mengangkat jari telunjuknya yang terbalut plester. Ghea bukan tipikal gadis yang jago memasak.
Abi menerimanya dengan senang hati, ia mengusap pelan kepala ghea. "Makasih ya, lain kali kalo buat kamu luka mending jangan."
Ghea mengangguk. "Iya, yaudah sana."
Abi tersenyum dan meninggalkan ghea. Tangannya menatap kotak pemberian ghea, walaupun gadis itu kerepotan tapi ghea tidak pernah berhenti mencoba.
"Pagi abi-abian." celetuk Daniel yang melihat abi mendekat.
"Nadanya cocok buat nyebut cabe-cabean bukan nama gue." abi memutar kedua bola matanya.
Daniel menjentikkan jarinya. "Nah tuh paham."
"Sialan."
"Pagi abi," sapa vanya dengan senyum manisnya.
"Pagi juga anya." abi menjawab tak kalah manis.
Teman-teman abi berteriak histeris,
"aduh aduh kapal gueeeee"
"Cocok banget udah."
"Tadi jawab sapaan gue sepet banget, disapa vanya aja langsung manis." gerutu Daniel dengan suara lantang.
Abi hanya tersenyum meledek pada daniel, vanya sendiri hanya tersenyum simpul. Abi melangkah masuk ke dalam kelas, diikuti oleh vanya. "Abi bawa bekel? Tumben."
Abi mengangkat kotak bekalnya dengam bangga, ia tersenyum menatap kotak bekal pemberian ghea. "Iya, dari ghea."
Vanya terdiam, bisa ia lihat raut bahagia diwajah abi saat menatap kotak bekal pemberian ghea. Ada rasa tak terima dalam diri vanya. Vanya berusaha tersenyum, "wah ghea jago masak ya?"
"Ngga, ghea itu ngga bisa masak. Tapi kadang dia selalu berusaha masakin sesuatu buat gue yang sering lupa makan." abi mulai menyantap masakan ghea. Tidak selezat masakan bundanya tapi untuk seorang yang baru belajar ini bisa dibilang enak.
"Vanya mau coba boleh?"
Abi menyodorkan kotak bekal pada vanya dengan senang hati. Vanya mencobanya, aneh menurutnya. Terasa asin dan cukup pedas. "Abi kok makanan kaya gini dimakan? Nanti kalo sakit perut gimana?"
![](https://img.wattpad.com/cover/194748800-288-k461190.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Abighea
Teen FictionAbi sayang ghea, abi juga sayang vanya. Walaupun sayang abi pada vanya hanya sebatas teman, terkadang ghea sering merasa tidak berarti karna perlakuan abi yang selalu mengutamakan vanya. Ingin tau rasanya jadi perempuan yang pacarnya lebih mementin...