_30_

528K 55.6K 25.6K
                                    

Ghea sudah berada dikamarnya sejak sepuluh menit yang lalu. Harapan ghea untuk memeluk bundanya pupus sudah, saat tiba dirumah, tidak ada seorangpun. Pembantu bilang, ayah dan bundanya tengah pergi bersilaturahmi.

Ghea mengeratkan selimut ditubuhnya, tangisnya sudah berhenti. Tatapan matanya menatap lurus kedepan dengan kosong.

Suara berisik terdengar, pintu kamarnya dibuka dengan kasar. Ayahnya berdiri dipintu dengan raut marah. Ia menarik paksa tubuh ghea agar terbangun.

Ghea diam, memahami situasi apa yang telah terjadi. Apakah pihak sekolah sudah menghubungi ayahnya?

Ayah ghea mencengkeram erat pundak ghea, ghea meringis, pundaknya sudah lebam, ditambah lagi cengkraman erat ayahnya.

"AYAH MENYEKOLAHKAN KAMU BUAT BERANTEM? BUAT BULLY ORANG? IYA? KAMU MAUNYA APA SIH GHE? BIKIN MALU TERUS." Teriak ayah ghea. Pihak sekolah menghubungi ayah ghea dan itu benar-benar memalukan menurutnya.

"Yah, itu salah paham." ghea berkata dengan lirih. Berharap ayahnya percaya padanya untuk kali ini saja.

"Salah paham apa? Kamu mau bela diri kaya gimana lagi?"

"Aku ngga apa-apain dia yah! Dia yang nampar aku, dia dorong aku ke tembok, dia jambak aku." ghea menatap ayahnya dengan tatapan yang menyedihkan, ia ingin ayahnya mengerti bahwa ghea tengah terluka.

Ghea hanya ingin seseorang berada di pihaknya, membelanya.

Tanpa ghea duga, Haris malah menampar ghea hingga ghea terjungkal.

"MAS" pekik nita, ia berdiri didepan tubuh ghea.

Dengan perasaan hancur dan tubuh yang terasa ngilu, Ghea berusaha berdiri, perlahan menggeser tubuh bundanya.

"Ayah."

Ghea, lelah.

"Ayah kenapa sih? Ayah yang sekarang sama yang dulu itu beda banget. Mana ayahnya ghea yang selalu ada untuk ghea? Mana ayahnya ghea yang selalu lari ke arah ghea waktu tau ghea sakit? Ayah udah ngga percaya sama ghea lagi ya? Ayah juga mikir kalau ghea yang nyelakain rey kan? Ayah ngga mau percaya sama ghea sedikit aja gitu yah? Ghea cape yah, ghea cape. Ngga kesana, ngga kesini, semuanya salahin ghea. Ayah percaya sama ghea dong, kali ini aja. Ghea cape banget yah. Rasanya kayak ghea hidup tapi ngga pernah di kasih kesempatan untuk hidup dengan layak."

"Ghea nggak pernah diterima dimanapun yah." Ghea memegang pipinya yang baru saja di tampar haris sambil terkekeh kecil. "Ayahnya ghea yang dulu ngga pernah sedikitpun berusaha lukain ghea loh, ayahnya ghea selalu jadi superhero nya ghea. Sekarang ayahnya ghea yang dulu pergi kemana?"

Haris menatap ghea nyalang, "bagi saya, saya ngga pernah punya Putri bernama ghea."

"Jangan mas, jangan. Jangan lagi." lirih nita. Ia mendorong bahu haris agar keluar dari kamar ghea.

Setelah haris keluar nita mengunci pintu kamar. Ia berjongkok didepan tubuh ghea yang meluruh di lantai, tatapan ghea kosong. Pipinya merah dan mata nya tak henti mengeluarkan air mata. Putrinya ini terluka.

"Ghea, sayang. Kamu denger bunda kan?"

Ghea menatap bundanya, "kenapa? Bunda mau marahin ghea juga?" suara ghea bergetar. "Jangan hari ini bunda, ghea udah ngga tahan."

Bunda ghea menggeleng, mendengar ucapan ghea membuat hatinya merasa sakit, ia menarik tubuh ringkih milik ghea. "Maaf, maaf sayang maaf. Bunda sayang ghea, bunda sayang banget sama ghea. Bunda nggak akan marahin ghea, lukanya obatin ya? Katanya ghea jatuh didorong kan? Ayo obatin."

Tangis ghea pecah. Ghea menangis terisak-isak hingga sesenggukan. Nafasnya terdengar menderu. "Bunda, ghea boleh pergi aja ngga dari dunia ini? Ghea bisanya cuma nyusahin kan bun? ijinin ghea pergi ya bun."

AbigheaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang