_09_

525K 58.7K 15.9K
                                    

An apology without change is just manipulation.

°°°

Ghea datang kesekolah diantar supir pribadinya pagi ini. Ghea masuk kedalam kelas dengan kepala yang tertunduk. Ia duduk di kursi nya, ami datang selang tiga menit setelah ghea tiba.

"Loh ghe, lo sekolah?" bukannya menyapa, ami malah menyambut ghea dengan pertanyaan yang membuat ghea bingung.

"Ya sekolah lah emang kenapa si?" ghea tak mengerti maksud pertanyaan ami.

Ami menghela nafas, "lo belum tau? Abi masuk rumah sakit ghe."

Ghea membeku. "R-rumah sakit? Abi kenapa?"

"Kecelakaan pas di arena."

"Bisa kasih gue alamat rumah sakitnya?"

"Gue kirim sekarang."

Ghea meraih tas nya dan berlari keluar sekolah. Bel masuk belum berbunyi, jadi ia masih bisa keluar dari lingkungan sekolah. Ghea berlari mencari angkutan umum, demi apapun rasa khawatir nya mengalahkan akal sehat ghea kali ini.

Ghea membuka pesan dari ami, ternyata abi dirawat di rumah sakit besar yang cukup jauh dari sini. Ghea berhenti berlari, nafasnya terengah, ia menepi untuk menunggu angkutan umum. Tangannya melambai ketika ada taksi yang lewat.

Taksi tersebut berhenti, dengan cepat ghea masuk dan menyebutkan alamat yang ditujunya. Tangannya meremat satu sama lain, pikirannya tak tenang.
Setelah menempuh perjalanan selama beberapa menit, ghea tiba dirumah sakit yang sangat besar dan ternama.

Ghea menuju meja resepsionis dan menanyakan ruang inap abi. Setelah mengetahui di ruangan apa, dan nomor berapa abi di rawat, ghea berjalan cepat menuju lift.

Mata ghea mengawasi angka yang terus berganti, hingga akhirnya ia tiba di lantai tiga. Ghea mencari kamar yang ditujunya, langkah ghea melambat ketika melihat teman-teman abi yang berada diluar ruangan -yang ghea yakini tempat dimana abi dirawat.

Mengalahkan rasa takutnya, ghea berjalan mendekat. Satu persatu teman abi menyadari keberadaan nya, tatapan tak suka mereka berikan pada ghea. Langkah ghea terhenti ketika tiba didepan ruang rawat abi.

Salah satu anggota enfant melarangnya masuk, ghea tetep kekeh dan memohon, ia hanya ingin memastikan keadaan abi.

Mereka tak menjawab permohonan ghea, Farhan menarik ghea menjauh.
"Punya nyali lo dateng ke sini."

"Gue mohon han, bantu gue masuk." ghea menatap Farhan penuh pengharapan.

"Bukan karna lo pacarnya abi gue bisa bantu lo. Terlalu bahaya untuk biarin lo masuk, lagian kalo lo masuk gue yakin lo akan ngerasa sakit hati." Farhan berbalik meninggalkan ghea.

Ghea duduk di kursi yang disediakan di lorong. Ia marah, ghea marah pada dirinya dan teman abi. Ghea marah karna tak bisa melakukan banyak hal untuk abi. Ghea menatap ruangan abi yang berjarak cukup jauh dengan tatapan pilu.

Ghea tak mengerti letak kesalahan nya dimana. Kalau mereka membenci dirinya ghea tak peduli, tapi setidaknya biarkan ghea memastikan keadaan abi. Ghea tak akan pernah berharap lebih.

Ghea meraih ponselnya, mencoba menghubungi abi namun yang ia dapat hanya suara operator. Sudah hampir sepuluh kali ia menelepon walau hasilnya nihil.

Abi

Abi, ghe bukannya ngga tau keadaan abi
Jangan merasa kecewa sama ghe karna ngga dateng ya bi, ghea disini kok, ngga jauh dari ruangan abi.
Ghea tetep jagain abi di rumah sakit
Abi, ghe sayang sama abi, cepet sembuh sayang

Ghea bersandar pada tembok rumah sakit. Ia tersenyum getir melihat vanya yang dapat dengan bebas memasuki ruang rawat abi.

°°°

Hari ini ghea dengan semangat mengawali harinya. Sudah tiga hari abi dirawat dan semalam ia sudah diperbolehkan pulang. Ghea tentu saja mengetahui nya, ghea sudah bilang kan akan menjaga abi?

Ghea langsung menuju rumah abi sepulang sekolah. Ghea ke rumah abi menggunakan jasa ojek online. Ia membawakan bubur kesukaan abi.
Lagi-lagi ghea dibuat menghela nafas karna keberadaan teman abi. Ghea tersenyum lega ketika melihat ibu abi yang menyadari kehadiran nya. teman-teman abi menatap ghea tak suka, seperti biasanya.

Ghea menyalami tangan ibu abi dengan sopan dan menanyakan keadaan abi. Ibu abi mengajak ghea masuk dan mengantar ghea menuju kamar abi. Ghea bisa melihat teman abi yang lainnya tengah duduk di ruang tamu, ada vanya dan Rio tentunya.

Ghea berjalan melewati mereka begitu saja, ia masuk kedalam kamar abi dengan izin ibu abi.

"Abi" sapa ghea ceria. Ia seolah melupakan rasa marahnya pada abi tempo hari lalu. Sangat berbeda dengan raut datar yang ditunjukkan abi.

"Ngapain lo disini?" ketus abi melihat keberadaan ghea.

Raut wajah cerah ghea berganti dengan tatapan linglung. "Ya jenguk kamu lah."

"Kemana aja lo? Baru inget gue? Oh gue lupa, lo kan lagi marah sama gue."

"Ngga gitu bi-" ghea berusaha membela diri namun diinterupsi oleh ucapan abi.

"Halah bullshit." abi melempar bubur yang ghea bawa. "ngga usah sok peduli. Kalau lo peduli seenggaknya kunjungin gue di rumah sakit atau kirimin gue pesan, seneng kan lo ngga ada gue?"

Ghea menatap nyalang abi, tak percaya dengan ucapan yang abi lontarkan. Ia maju, lalu menampar wajah abi.

"emang salah kalau gue marah liat cowo gue sendiri meluk cewe lain? Salah bi?" Dengan suara bergetar ghea membela diri, "bullshit? gue ngga ngerti maksud lo apa. Yang harus lo tau bi, gue udah berusaha larang lo ke arena. Gue juga coba buat lupain kemarahan gue sama lo. Lo tau? Gue khawatir waktu dibilangin cowo gue masuk rumah sakit, gue rela cabut sekolah demi liat keadaan cowo yang gue sayang. Gue lari-larian bi, gue panik, pas gue udah sampe dirumah sakit apa yang gue dapet? Temen-temen lo larang gue masuk bi."

Ghea menghapus air matanya yang mengalir, "Gue ngga nyerah sampe situ, gue coba telpon lo. Gue juga kirim pesan buat lo, dan yang harus lo tau, gue selalu jagain lo bi. Walau gue ngga boleh masuk, gue tetep jagain lo diluar ruangan. Sebenarnya gue harus lakuin apa bi? Kenapa, kenapa lo kalo ngomong kadang seenaknya. Gue marah bi. Jujur, gue marah sama diri gue sendiri karna ngga bisa lakuin banyak buat lo. Ngga bisa jaga cowo yang gue sayang pas lagi sakit. Gue juga marah sama temen lo yang terlalu benci sama gue. Gue marah bi, gue marah." ghea terisak ditempatnya berdiri. Beda dengan abi yang terpaku ditempatnya.

Melihat abi yang hanya diam membuat ghea sadar bahwa pembelaannya hanya sia-sia. Ghea meraih sampah bungkus bubur, masih dalam keadaan terisak, ghea membuang styrofoam tersebut dan berjalan keluar dari kamar abi.

Sebelum keluar ia menyempatkan dirinya untuk menatap abi, "gue khawatir banget sama lo bi. Ngeliat lo yang sekarang buat gue lega karna lo baik-baik aja. Maaf karna ngga ada disisi lo waktu lo sakit. maaf bi."

Dan pintu tertutup dengan rapat. Ghea bersandar pada pintu kamar abi, ia menghapus air matanya dan menaikkan sudut bibirnya, sebelum pulang ghea harus menemui ibu abi untuk meminta maaf.

"Tante" sapa ghea saat ibu abi lewat dihadapannya. "Maaf udah buat kamar abi kotor, ghea pamit ya. Bilang sama abi semoga cepet sembuh dan jangan sakit lagi. Permisi Tan"

°°°

Wuahh sudah lamaaaa wkwk
Maaf karna sempat memutuskan absen dari dunia oren

Karna jujur, aku keteter sama tugas sekolah dan kadang, weekend aku juga harus ngerjain tugas

Makasih karna udah sabar nungguin kabar abi sama ghea.

See you soon!

Ch.

Selasa, 26-11-2019

AbigheaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang