_25_

492K 51.8K 9.1K
                                    

Ghea duduk dibalkon rumahnya dalam keadaan bersih. Saat ini ia memakai pakaian hangat walau diluar sedang panas-panasnya.

Ponsel ghea berdering, ghea sangat berharap panggilan itu dari abi. Ghea ingin mendengar suara abi yang mampu menenangkannya.

Namun dugaannya salah. Telpon tersebut dari bundanya. Ghea berusaha menaikkan sudut bibirnya, tanpa menunggu lama ia menekan tombol hijau.

'Assalamualaikum, kenapa bunda?'

'Waalaikumsalam, kamu masih disekolah?'

'I-iya bun, kenapa?'

'Bisa jemput bunda di bandara?'

Ucapan bundanya membuat ghea bangkit seketika. 'B-bunda pulang? Ke Indonesia?' tanya ghea dengan nada penuh pengharapan.

'Iya sayang.'

'Sendiri bun?'

'Nggak dong, sama ayah sama si kakak juga.'

Ghea membekap mulutnya, ghea senang. Sangat senang. Akhirnya keluarganya pulang kembali. 'Aku kesana sekarang bun.'

Ghea memutus panggilan. Dengan pakaian seadanya, ghea berlari menaiki mobilnya, supir nya hari ini tengah cuti, mungkin karna itu bundanya jadi meminta ghea yang menjemput.

Ghea mengendarai mobilnya secepat yang ia mampu, walau sebenarnya tidak cepat-cepat juga sih. Beberapa kali ghea mengumpat ketika harus terjebak dalam kemacetan.

Setelah memarkir mobilnya, ghea berlari menuju tempat yang bundanya sebutkan tadi. Ghea berhenti berlari ketika menemukan tiga orang yang ia sayang tengah tertawa bersama.

"Bunda!" seru ghea dengan lantang, senyumnya terukir sempurna.

"anak bunda." Bunda ghea merentangkan tangannya.

Ghea memeluk bundanya dengan erat. "I miss you so much."

"Bunda juga sayang." ghea melepas pelukan dengan bundanya.

Ghea beralih memeluk ayahnya. Tidak ada kata rindu yang terlontar, selalu seperti itu. Ayahnya, masih marah pada ghea.

"Ayah ngga kangen ghea?"

Ayah ghea tidak membalas ucapan ghea, ia malah melepas pelukan ghea dan berjalan terlebih dahulu. Senyuman ghea tetap tidak surut.

"Kak riaaan"

Rian mengusap kepala adik satu nya ini. "Cabut ya?
"
"Iyadong hehe, yuk bun, kak, kita pulang."

Pulang. Ghea tersenyum senang hanya dengan mengucapkan kata pulang.

Ketiganya berjalan menuju mobil, oh ralat, berempat maksudnya. Kali ini yang membawa mobil bukan ghea lagi melainkan rian.

Dalam mobil ghea berceloteh banyak hal, ia duduk disamping rian. Bundanya sesekali menimpali begitu juga dengan rian, tapi tidak dengan ayahnya. Ayahnya sibuk menatap kota Jakarta yang kian lama kian padat.

Mobil berhenti tepat diteras rumah ghea. Ghea membawa bundanya membawa koper.

"Bun rumah ini ngga berubah kan?" ghea berjalan bersisian dengan bundanya.

"Iya kak"

"Bun sampe kapan di Indonesia?"

"Seminggu mungkin."

Langkah ghea terhenti. "Wah lamaaa, nanti kita liburan bareng ya?"

Ayah ghea berjalan mendahului ghea dan ibunya. "Ngga ada acara jalan-jalan." ayah ghea berkata dengan nada dingin.

Ghea menghela nafas, bunda ghea mengusap pelan pundak ghea dan tersenyum lembut. Ghea balas tersenyum. "Nggak apa bun. Yuk, Bunda butuh istirahat pasti."

AbigheaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang