Pintu kamar ghea di ketuk, ghea melepas selimut yang menutupi kakinya. Saat pintu dibuka, terpampanglah wajah rian disana.
"Kenapa kak?"
"Kamu yang kenapa?" rian bersandar diambang pintu. "Dari awal dateng diem, terus ngga makan."
"Ngga laper."
"Terus lapernya kapan ghe? Sampe kamu dapet infus lagi kayak kejadian sebelumnya?"
"Ghe kan udah bilang, ghe mending ngga usah ikut daripada nyusahin."
Rian menghela nafas. "ayo keluar, yang lain lagi pada kumpul. Pake jaketnya, jangan sampe kena omel ayah."
Setelah rian berlalu, ghea mendesah lemah, ia berbalik meraih jaketnya. Ketika melewati ruang tengah keadaan sudah sepi, mungkin karna saat ini mereka tengah berkumpul di halaman belakang rumah neneknya yang sangat asri.
Ghea berjalan menuju halaman belakang, langkahnya sempat terhenti sejenak ketika mendengar gelak tawa yang hangat. ghea meremas celana yang ia gunakan. Ketika ghea tiba, suasana hening untuk sejenak. Di saat seperti ini ghea merasa seperti orang asing.
Ada dua kelompok dalam kumpul hari ini, anak muda dan orang dewasa. Ghea berjalan menuju kerumunan anak muda ketika rian memberinya kode untuk mendekat. Mereka hanya berempat, ardi, rian, ghea dan nita –sepupunya yang tinggal bersama eyang.-
"kamu mau apa ghe?" tawar rian.
"Hot chocolate"
"oke, tunggu ya." Rian berlalu menuju dapur.
Nita menatap ghea dengan tatapan jengkel. "lo harus banget ikut ya?"
"di paksa bunda." Ghea duduk di samping ardi. Ia menatap keluarganya yang tampak dalam perbincangan serius.
"harusnya ada rey disini." Celetuk nita, ardi langsung memegang tangan nita sambil menggeleng. Pertanda nita tidak boleh membahas topik tersebut.
Ghea menatap nita sekilas, ia menarik kedua lututnya lalu menatap ke depan dengan tatapan kosong. "iya, harusnya rey yang disini, harusnya gue yang lagi sekarat bukan rey."
"ghe." Tegur ardi.
Ghea menatap nita dengan tatapan sayu nya. "kalaupun bisa, gue rela kok gantiin posisi rey di banding harus hidup tapi serasa di neraka. Mudah buat lo ngomong gitu nit, tapi ngga dengan gue yang di tuduh sebagai orang yang nyelakain rey. Gue cape nit, gue juga cape. Lo semua takut kehilangan rey, gue juga apalagi."
"lo ngga tau rasanya dan mungkin ngga akan pernah tau." Ghea bangkit berdiri, ia langsung berjalan menuju kamarnya.
Rian yang baru tiba buru-buru meletakkan gelas lalu menyusul ghea. Tangannya segera di tahan oleh bundanya. sepertinya eyang, bunda, ayah, om dan tante mendengar perkataan ghea. Mereka tampak marah saat ini, tapi marah untuk apa?
Ghea sendiri menutup pintu dengan kencang, ia tidak langsung beranjak, melainkan bersandar pada pintu kamar sambil meremat dadanya yang terasa sesak.
°°°
Abi.
Abi, selamat pagi!
Abi baik-baik aja kan?
Ghea ngga nih hehe
Abi serius ngga mau bales?
Yaudahdeh, have a nice day yayGhea keluar kamarnya dengan pakaian rapih. Hari ini tepat empat tahun kepergian kakeknya. Di ruang tengah sudah ramai, keluarganya yang awalnya berpencar kini berada dalam satu rumah.
Ketika ghea keluar, tatapan sinis mereka berikan. Sepertinya ghea yang keluar paling akhir kali ini. Cibiran pedas terdengar. Ghea menghela nafas, bagaimanapun ia tidak bisa merusak hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abighea
Teen FictionAbi sayang ghea, abi juga sayang vanya. Walaupun sayang abi pada vanya hanya sebatas teman, terkadang ghea sering merasa tidak berarti karna perlakuan abi yang selalu mengutamakan vanya. Ingin tau rasanya jadi perempuan yang pacarnya lebih mementin...