_02_

754K 65.1K 26.4K
                                    

Ghea merapatkan jaket yang ia kenakan. Ia tengah menunggu abi yang hendak menjemputnya. Kondisi ghea sudah pulih semenjak dua hari yang lalu.

Hari ini hari senin, ghea datang kesekolah lebih cepat tentunya. Ia bukan tipe gadis urakan. Baginya tepat waktu adalah sebuah prioritas.

Motor besar abi berhenti tepat dihadapan Ghea. Abi membuka kaca helm full facenya. Ia tersenyum dan menyodorkan helm ke arah ghea. Dengan senang hati ghea menerima helm yang disodorkan oleh abi, lalu naik ke motor dibantu oleh abi.

Abi mulai melajukan motornya dengan kecepatan ringan. Sekarang masih pagi, jalanan belum terlalu ramai. Udara segar belum tercampur dengan polusi yang kian hari kian meningkat.

Abi menghentikan motornya di parkiran sekolah. Ghea turun terlebih dahulu, ia menyodorkan kembali helm dan membiarkan abi yang meletakkan nya.

Abi juga melepas helmnya. Ia mengacak rambutnya, penampilan abi jauh dari kata rapih, ghea berdecak melihatnya.

"Bi kapan sih jadi anak bener?" tanya ghea, tangannya tak tinggal diam, ia memasang dasi yang tadi hanya dikalungkan asal oleh abi.

Abi menatap ghea, "sengaja, biar diperhatiin kamu."

Ghea mengela nafas, ia tersenyum manis lalu tak lama menginjak kaki abi dengan kencang. Abi meringis, ia segera mengejar ghea yang sudah berlari terlebih dahulu.

Langkah ghea terhenti didepan pintu kelasnya. Ghea mengangkat jari telunjuknya untuk mewanti-wanti Abi. "Ikut upacara, awas kalo ngga ikut. Jangan lupa sarapan. Topi nya juga pake."

Abi berhenti dihadapan ghea. Ia mengangkat tangan berlaga hormat. "Siap bu komandan." lalu menjawil hidung ghea dan berlalu menuju kelasnya yang berada di ujung.

Kelas bagi siswa unggulan.

Walaupun urakan, abi tetap cerdas dalam hal akademik. Beda dengan ghea yang begitu-begitu aja. Dan yang paling menyebalkan adalah abi yang sekelas dengan vanya.

Ghea masuk ke dalam kelasnya, ia duduk di tempat yang hampir setahun ini ia tempati. Ami, teman sebangku ghea menurunkan ponselnya. "Pagi mba ghea."

"Mba-mba, emang gue tukang jamu." canda ghea. Ami tersenyum lalu kembali asik pada ponselnya.

Sekarang ghea juga sama. Ia meraih ponselnya. Pesannya pada abi hanya dibaca saja. Ghea memilih membuka sosial media lainnya. Matanya tak sengaja menatap akun abi yang baru saja mengunggah instastory.

Ghea yang tadinya semangat empat lima berubah bad mood melihat sosok vanya yang muncul dalam story abi.

Dasar, nyebelin.

Ya gimana anak satu sekolahan ngga nganggep vanya pacarnya abi, abi nya kaya ngga peduli gitu. Ghea kan jadi emosi sendiri.

Ghea menghela nafas, ia kesal. Namun yang bisa ia lakukan adalah diam. Karna kalau mereka bertengkar pasti ujung-ujungnya abi akan membela vanya.

Ngga usah ditanya sakit atau ngga. Jelas aja sakit, banget malah.

"Ghe," ami menyodorkan ponselnya yang berisi story akun abi.

Ghea manggut manggut tak semangat. "Iya." sahutnya.

Ami merasa prihatin. Pasti berat menjadi ghea, belum lagi para pendukung abi dan vanya yang sering menyudutkan ghea tanpa sepengetahuan abi.

Tidak hanya fisik, perkataan mereka juga terkadang menikam dan membuat ghea terpukul. Ami mengusap lembut lengan ghea dan tersenyum menenangkan.

Ghea menepuk balik pundak ami, "ngga papa kok mi. Udah biasa elah." bohong, walaupun sering tetap saja rasanya sakit.

"Yaudah yuk kelapangan." ajak ami. Ia meraih topinya yang berada di meja.

Begitupun ghea, ia meraih topi dan berjalan berdampingan dengan ami. Ghea sempat menoleh ke arah kelas abi. Abi ada diluar dengan teman perkumpulannya dan tentu saja ada vanya yang masih memegang ponsel abi.

Ghea tersenyum ketika abi menyadari keberadaannya. Begitupun abi, ia ikut tersenyum dan melambaikan tangan yang membuat teman abi terdiam.

Tanpa suara ghea berkata 'duluan', abi mengangguk.

"Heran bi, masih aja sama dia." seru andri.

Abi menghela nafas, "ngga usah mulai."

"Lagian nih bi, vanya tuh lebih lebih lah dari dia. Kenapa mesti sama dia sih?" kali ini Fajar yang bersuara.

Abi mengepalkan tangannya. Bagaimana pun ghea itu pacarnya, kenapa ia memilih ghea bukan urusan mereka. Abi berusaha menekan emosi, teman-teman abi memang tak menyukai ghea. Mereka fikir ghea adalah gadis sok lugu dan penghancur hubungan orang.

"Dia cewe gue." Tegas abi, ia beranjak menuju lapangan.

Teman abi segera menyusul abi, mereka berjalan dibelakang abi dan yang paling menonjol adalah vanya, gadis satu-satunya yang berdiri diantara anggota enfant.

Mereka berdecak kagum melihat kecantikan vanya dan betapa serasinya ia berjalan disamping abi.

Ghea meremat rok nya. Matanya terasa perih mendengar pujian kecocokan mereka berdua dan hinaan kepadanya. Ghea menunduk, ia takut abi menyadari jika ia terluka. Ami yang menyaksikannya merasa tersentuh. Baginya ghea adalah gadis yang terlalu sabar.

Ghea menenangkan dirinya, ia mengangkat kepalanya dan berusaha tersenyum sebisa mungkin.

Abi ternyata tengah menatapnya. Sepertinya ia khawatir. 'Masih sakit?' tanya abi tanpa suara.

Ghea menyatukan jadi telunjuk dan jempolnya, membentuk tanda ok. Abi mengangguk lega dan kembali terlibat dalam pembicaraan teman-teman nya.

Upacara sudah dimulai. Susunan upacara terus dibacakan dan dilaksanakan. Saat ini pembina upacara tengah mengeluarkan keluh kesahnya, ehhh amanat maksudnya.

Ghea sesekali mencuri pandang ke arah barisan kelas abi. Abi tengah berbicara dengan vanya yang baris disebelahnya. Ghea memperhatikan keduanya dengan intensif.

Tak lama tubuh vanya tumbang, dengan gesit abi membawa vanya menuju ruang kesehatan. Ghea terpaku, nafasnya tertahan. Ia segera memalingkan matanya dari arah abi yang tengah membawa tubuh tak berdaya milik vanya dengan wajah panik.

Banyak dari mereka yang memberikan tatapan remeh termasuk teman-teman abi. Bisa dibaca mereka mengatakan 'mampus lo' melalui tatapan mereka. Ghea menepuk dadanya dua kali. Sesak.

"Ghe mau ke uks? Lo sakit?" bisik ami.

"Bunuh diri namanya mi." ghea berusaha mencairkan suasana.

Ami mengangguk, "yaudah nanti gue traktir istirahat kedua deh, gimana?"

Ghea menatap ami yang lebih pendek sedikit darinya. "Nah Bagus, temen gue nih baru."

"Yeee dasar."

Ghea tersenyum, ia kembali menatap ke arah pembina upacara yang masih terus mengoceh. Ghea jelas tidak memperhatikannya. Kepalanya memikirkan apa yang tengah dilakukan oleh abi dan vanya di uks.

Tanpa ghea sadari upacara telah berakhir. Ami mengajak ghea kekelas dan dengan segera ghea mengangguk. Ia berjalan dengan cepat, ami sendiri kelimpungan mengejarnya.

Hingga di koridor menuju kelas ghea benar-benar berlari, entah apa yang dilihatnya yang jelas ami lelah mengejarnya. Ami tiba dikelas dengan ngos-ngosan. Ia menatap ke arah ghea yang senasib dengannya.

"Kenapa si lari ghe?" panik ami.

"Ngga sih, iseng doang." ghea nyegir, dengan segera ami melempar pulpen yang berada diatas meja guru. Namun tembakannya melayang membuat ghea mengulurkan lidah mengejek ami.

Ami menghentakkan kaki pertanda kesal, "awas lo ghe."

°°°

HALLO SEMUA 👋👋👋

SELAMAT DATANG DI DUNIA ABI DAN GHEA 💜

HOPE U LIKE IT AND ENJOY YEAAA 💜🌈

AbigheaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang