Ghea merutuki ketua kelasnya yang seenak jidat memerintahkannya mengantarkan buku paket ke perpustakaan. Mana ami sedang berduaan dengan Farhan, jadilah ghea kesusahan seorang diri.
Ghea berjalan dengan lambat, dan karena terlalu fokus pada buku yang ia bawa, ghea tidak menyadari dari arah berlawanan seorang siswa tengah berlari ke arahnya dengan kencang.
Bahu ghea di tabrak, buku yang dibawanya jatuh berserakan di lantai. Ghea menghela nafas, ia berjongkok untuk mengumpulkan buku buku perpustakaan.
Pandangan ghea terangkat ketika melihat tiga pasang tangan ikut membantunya.
Fajar, dion dan Reza tengah membantunya. Ghea mendengus, ia merampas buku yang sudah di kumpulkan ketiganya.
"Nggak ada kerjaan lain? Nggak usah sok baik. Gue gini juga gara-gara kalian."
"Sorry ghe." sahut dion setelah bangkit dari posisi jongkoknya.
"Sorry ya? Coba lo inget-inget dulu deh berapa banyak gue minta maaf sama lo semua." ghea bangkit, masih dengan tumpukan buku di tangannya, ia melanjutkan langkahnya.
"Setidaknya lo harus maafin abi ghe." Reza berbicara sedikit lantang.
Ghea sedikit menolehkan kepalanya, "nggak usah ngatur gue."
°°°
Ghea duduk disamping rafa yang tengah meminum susu kotak varian coklat. Lagi-lagi rasa coklat.
Rafa yang menyadari kedatangan ghea menoleh, ia menjulurkan susu kotak yang masih tersegel.
Kali ini ghea menerimanya. Sekolah sudah sepi karena bel pulang sudah berbunyi sejak satu jam yang lalu. Tadi, tepat lima menit sebelum bel pulang berbunyi, ghea meminta rafa untuk menemuinya.
"Jadi, ada apa?" rafa melirik ghea.
Ghea menusuk sedotan lalu mulai menyedot susu kotak pemberian rafa. Matanya menerawang jauh. "Maaf buat masalah kemarin."
"Gimana gimana?"
"kemarin gue cuma terlalu terbawa emosi, sampe bersikap terlalu egois, harusnya gue berterima kasih, bukan malah ngata-ngatain lo. I mean, kata-kata gue terlalu kasar kemarin." ghea tetap berbicara tanpa menatap rafa.
Rafa terkekeh pelan. "Malah gue kira lo akan marah terus-terusan sama gue, sama kayak lo marah ke enfant."
Ghea mengedikkan bahunya, giginya menggigiti sedotan. Menolak untuk menjawab.
"Maaf ya ghe."
Ghea melirik rafa dengan wajah datarnya. "Maaf ya? Gue pernah bilang nggak sih sama lo kalau gue muak banget denger kata maaf?"
Rafa mengangkat kedua tangannya, "okay ga lagi, i swear."
"Kenapa lo balik lagi?"
"Demi lo lah." seru rafa tanpa ragu.
Ghea menyipitkan kedua matanya, "lo nggak mungkin masih suka sama gue kan?"
Gantian rafa yang mengendikkan bahunya, "mungkin."
Ghea langsung menggeser tubuhnya, menatap rafa penuh waspada.
"Lo pikir gue kuman?" rafa mendelik tak terima.
Dan dengan lugunya ghea mengangguk. "Kuman yang harus di hindari."
"Sialan." rafa menoyor kepala ghea.
Ghea tertawa pelan, ia mengulurkan kepalan tangannya. "Teman?"
"Maunya pacar, gimana?" goda rafa.
"Rafaaa." ghea setengah merengek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abighea
Teen FictionAbi sayang ghea, abi juga sayang vanya. Walaupun sayang abi pada vanya hanya sebatas teman, terkadang ghea sering merasa tidak berarti karna perlakuan abi yang selalu mengutamakan vanya. Ingin tau rasanya jadi perempuan yang pacarnya lebih mementin...