Abi sayang ghea, abi juga sayang vanya. Walaupun sayang abi pada vanya hanya sebatas teman, terkadang ghea sering merasa tidak berarti karna perlakuan abi yang selalu mengutamakan vanya.
Ingin tau rasanya jadi perempuan yang pacarnya lebih mementin...
Ghea duduk canggung di sebelah rian yang meminta untuk bertemu. Keduanya berada di taman apartemen yang masih tampak ramai.
Maklum, malam minggu.
Kedua tangan rian tertaut, ia bingung harus mulai berbicara darimana.
"Ada apa?" tanya ghea pada akhirnya, nada bicaranya terdengar tenang.
Rian melepas bombernya, ia memasangkannya pada ghea. Ghea hanya bergeming, membiarkan rian melakukan sesukanya.
"Jadi ada apa?" desak ghea. Ia sudah sangat jengah dengan keheningan yang terjadi diantara keduanya.
"If you wanna say sor-"
"Maaf ghe." rian sengaja memotong ucapan ghea.
Ghea membuang pandangannya. "Aku nggak mau dengar kata itu. Alergi lama-lama."
"Tapi kakak harus ghe. Kakak harus mengucapkan kata itu untuk semua kesalahan kakak."
"Kenapa semua orang sadarnya terlambat sih kak? Coba kalau ghea nggak coba bunuh diri, ghea yakin kalian nggak akan pernah sadar. Terlambat tau nggak?" ghea tetap berbicara dengan nada tenang.
Rian mendadak kehabisan kata-katanya. Ia hanya terdiam sambil terus menatap ghea yang tengah memandangi langit malam.
"Dulu aku selalu minta kalian pulang, sekarang kalian yang minta aku pulang. Gimana? Enak nggak?"
Rian menggeleng.
Ghea terkekeh pelan. "Nggak enak kan? Aku tau banget rasanya. Cape ya? Baru sebentar, aku kuat kok sampai setahun nunggu kalian jenguk aku."
"Aku telpon kalian sampai nangis-nangis waktu itu, kalian? Inget pulang aja nggak. Yang aku mau sedikit kak, cuma pulang. Temui aku, temani aku dan mengerti aku. Susah banget emangnya? Kalau kayak gini aku juga bingung kak harus memperbaiki dari mana."
"Maaf ghe."
"Maaf nggak akan pernah memperbaiki apa-apa kak rian." ghea akhirnya mau menatap rian.
"Maaf." ujar rian lirih, kepalanya menunduk dalam. "Maaf karena nggak pernah bisa jadi kakak yang baik untuk kalian. Maaf karena menjadi seorang kakak yang buruk, yang nggak pernah mau mengerti kondisi adiknya."
Mata ghea berkaca, perasaanya terasa campur aduk saat ini. Ghea menggeleng pelan, "aku sayang banget sama kakak, tapi teganya kakak malah benci aku. Aku kecewa kak."
Rian beranjak memeluk ghea, "Maaf ghe, kakak minta maaf."
"Then prove it." satu tetes air mata ghea jatuh.
"Kakak harus apa?"
"Bawa aku pergi."
Rian melepas pelukannya, ia menatap ghea dengan tatapan heran. "Kemana? Waktu itu kamu marah besar sama bunda karna nggak mau di kirim ke luar negeri, terus sekarang?"
"Aku mau tenang kak. Banyak hal yang harus aku pikirkan."
°°°
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.