_40_

597K 57.5K 13.4K
                                    

Abi berdecak sekaligus bersyukur ketika menemukan pintu rooftop masih terkunci rapat-rapat. Artinya ghea tidak disana dan kemungkinan ghea tidak akan lompat dari rooftop.

"Kak ghea nggak disini berarti kan?" tanya rey hati-hati ketika melihat raut kusut abi.

Abi mengangguk. "Ayo ke kolam renang sekolah."

Setelah berkata demikian, abi kembali berlari, beruntung rey dapat mengimbanginya. Meskipun merasa lelah, kedua orang tersebut tidak berhenti untuk mengambil nafas barang sejenak. Mereka bermain dengan waktu dan keberuntungan.

Barulah ketika tiba di depan pintu kolam renang sekolah, mereka mengatur nafas sejenak. Abi menyeka keningnya yang dibanjiri keringat, ia memegang tembok saking lelahnya.

Bertukar tatap, abi mengangguk pertanda mereka bisa masuk sekarang. Langkah keduanya terhenti, tepatnya mematung, tidak percaya dengan apa yang mereka saksikan saat ini.

Dengan linglung, abi kembali berlari, ia melepas sendalnya lalu turun ke dalam kolam renang. Menghampiri ghea di tengah kolam renang. Jujur, abi merasa seperti kehilangan tenaganya melihat ghea tampak kewalahan di kolam renang, matanya bahkan memerah.

Hati abi berdenyit ngilu. Sekuat tenaga abi meraih tubuh ghea yang sudah tidak terlihat bergerak. Abi di sana, menyaksikan bagaimana ghea menutup matanya. Sialnya, ghea terlihat damai.

Abi memeluk pinggang ghea dengan erat lalu membawanya ke tepi. Rey yang hanya mematung dengan sigap menghampiri abi. Setelah tubuh ghea berhasil di bawa naik, abi langsung memeriksa denyut nadi ghea.

"Panggil ambulans rey." pinta abi dengan suara bergetar.

Abi memberi nafas buatan lalu melakukan CPR*. Ia berusaha untuk tenang meski tubuhnya berkata lain. Rey sendiri bahkan tidak kuat menatap wajah pucat kakaknya, dia hanya tertunduk tanpa daya, tangannya memegang erat ponselnya.

Abi terus melakukan CPR hingga tim medis yang di dampingi satpam sekolah mendatangi mereka. Ghea dengan cepat dilarikan ke rumah sakit. Abi tidak mengikuti tim medis, ia hanya diam mematung dengan tangan gemetar.

Rey yang memahami kondisi abi menepuk prihatin pundak abi, "gue nemenin kak ghea, nanti lo susul kalau udah tenang."

Setelah rey meninggalkan abi seorang diri, abi menarik kedua kakinya. Tatapan matanya kosong, bahkan air matanya tidak berhenti mengalir semenjak memberikan pertolongan pertama pada ghea.

"Bi."

Abi mengangkat kepalanya, menemukan Reza bersama Fajar yang menatap iba dirinya.

"Ghea, za." lirih abi, bahkan hampir tidak mendengar.

Reza mensejajarkan tubuhnya dengan abi, ia menepuk pelan pundak abi untuk memberi kekuatan.

"Kerja bagus abi, ghea pasti baik-baik aja. Yang kuat."

Entah kenapa, kata-kata yang Reza lontarkan semakin membuat abi merasa sesak.

Abi menenggelamkan kepalanya diantara lipatan kedua kakinya. Isak tangisnya terdengar, bahkan tubuhnya bergetar.

"Ghea, keliatan damai banget za. Gue benci liatnya."

°°°

Setelah merasa lebih baik, abi langsung menancap gas menuju rumah sakit. Bahkan ia tidak mengganti pakaiannya terlebih dahulu.

Masalah Reza dan Fajar ada di sana, sebenarnya mereka ingin ke rumah Rio, namun ketika melihat abi tampak terburu-buru mengendari motornya membuat mereka berinisiatif mengikuti abi diam-diam.

Bahkan keduanya ikut terkejut dengan apa yang mereka saksikan. Ingatan mereka terlempar saat tubuh ghea di dorong ke dalam kolam renang oleh Rio. Mereka pikir saat itu ghea berbohong.

AbigheaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang