Aku? Baik-baik saja?
Haha, berhenti menyimpulkan hal lucu seperti itu.
Karena nyatanya, aku tak pernah baik-baik saja.°°°
Maaf harus pergi seperti pengecut
Maaf buat ghea selalu terluka
Maaf karna buat ghea menderita
Maaf karna rafa pergi meninggalkan ghea.
Maaf, karna rafa belum siap kembali.
Rafa akan pulang secepatnya ghe.
Sampai jumpa. Senang liat ghea bahagia.Ghea tertawa remeh.
'bahagia?'
Ghea meletakkan asal pesan dari rafa, ia keluar dari kamarnya dengan baju putih oversized dan celana training berwarna hitam. Ghea turun ke bawah mengetuk pintu kamar ayahnya.
Ayahnya yang memilih menginap dirumah temannya daripada berada dirumah yang sama dengan ghea.
"apa?" ucap gio setelah membuka pintu.
"ayah makan di luar yuk, besok ayah ke luar lagi kan?" ajak ghea dengan wajah lucu.
"iya."
Ghea melompat senang, "yashh,"
Gio menatap ghea sekilas lalu berjalan ke depan, ghea mencepol rambutnya asal dan mengikuti langkah ayahnya. Keduanya masuk ke dalam mobil, gio membawa mobilnya menuju restoran yang sudah lama tidak mereka kunjungi.
Ghea berdecak ketika masuk ke dalam restoran, "ngga banyak berubah ya yah,"
Gio tidak menjawab, ia memilih duduk di kursi khusus dua orang. Ghea duduk di depan ayahnya dengan raut senang. Ia memilih menu dengan semangat, setelah mencatat pesanan, ghea menatap gio dengan senyuman hangat.
"ayah," panggil ghea. "maaf untuk masalah waktu itu, harusnya ghea sadar kalau ghea memang salah. Makasih karna udah pulang walau terpaksa, ghea tau, ayah pasti pulang karna disuruh bunda kan? Bilangin sama bunda kalau anak gadisnya satu ini udah tumbuh besar dan kondisinya baik-baik aja."
°°°
Setelah pamit pada ayahnya, ghea memasuki gerbang sekolahnya penuh semangat. Iya, ia diantar oleh ayahnya pagi ini. Tentu atas paksaan ghea semalam. Langkah ghea tepat terhenti di depan mading yang ramai.
Ghea mendekat, berusaha membaca pengumuman yang di tempel di sana. Mata ghea berbinar setelah membaca pengumuman, ia kembali melanjutkan langkahnya dengan riang. Abi yang berjalan di belakang ghea mempercepat langkahnya untuk merangkul ghea.
"seneng banget sih?" goda abi.
"iyadong."
Abi buru-buru menarik tangannya ketika kesiswaan yang galaknya luarbiasa tengah menatapnya.
"masih pagi abi." Tegur guru kesiswaan setengah melotot.
"ngga kok bu, ngga hehe." Abi nyengir lebar.
Setelah jauh ghea meledakkan tawanya sedangkan abi mengelus dadanya. "huhh selamat."
"makanya jangan suka rangkul-rangkul."
"pacar sendiri ini, eh iya kamu belum jawab pertanyaan aku."
"ohh itu." Ghea menghentikan langkahnya, ia membuka tas untuk meraih kupon pemberian abi dan meraih pulpen.
Ghea menulis permintaan pertamanya lalu memberikan kuponnya pada abi. Abi membaca permintaan ghea lalu menatap ghea, "kamu mau aku nyanyi di pensi tahun ini? yakin?"
"seratus persen yakinlah, Gimana?"
Abi mengulurkan tangan kanannya untuk bersalaman. "deal."
Ghea menerima uluran tangan abi. "deal. Yeaaaaaay"
KAMU SEDANG MEMBACA
Abighea
Teen FictionAbi sayang ghea, abi juga sayang vanya. Walaupun sayang abi pada vanya hanya sebatas teman, terkadang ghea sering merasa tidak berarti karna perlakuan abi yang selalu mengutamakan vanya. Ingin tau rasanya jadi perempuan yang pacarnya lebih mementin...