_10_

548K 57.1K 33.5K
                                    

Ghea berjalan tak semangat ketika memasuki gerbang sekolahnya. Ghea menyingkir sejenak ketika gerombolan teman abi tiba dengan motor besar. Ghea bisa melihat abi yang membonceng vanya diantara mereka. Ghea menghela nafas lega dan berjalan dengan cepat. Ia tak ingin berpapasan dengan abi dan teman-teman nya.

Ghea memasuki kelasnya dengan nafas terengah. Ia langsung duduk dan membuka buku pelajaran. Kebetulan hari ini, pada jam pertama ada ulangan harian.

Ghea membaca buku, mulutnya komat kamit mengingat hapalan yang sudah ia hafal semalam. Ghea bukan siswa yang cerdas, ingatannya saja kadang tidak bertahan lama.

Terkadang ghea harus puas dengan nilai yang hanya berangka delapan tanpa ekor dibelakangnya. Hanya delapan dan nol. Sangat berbeda dengan nilai-nilai abi yang nilainya hampir mendekati seratus.

°°°

Abi menghela nafas melihat ghea yang sangat kentara menghindarinya. Pesan dari abi saja tidak dibalas oleh ghea. Yang membuat abi merasa tak karuan adalah ketika ghea merasa marah atau kecewa. Ghea selalu memilih untuk menjaga jarak.

Abi masuk kedalam kelas ghea, bisa dilihat dari tempatnya berdiri ghea tengah berusaha menghafal. Melihat keberadaan abi, ghea hanya menatap sekilas lalu menunduk.

"Ghe" sapa abi ketika berdiri di samping meja ghea.

Ghea memasang earphone pada telinganya dan menaikkan volume. Ia kembali membaca materi tanpa memperdulikan keberadaan abi. Abi hanya bisa menghela nafas, sedangkan ami menggeleng pelan ke arah abi. Abi berbalik keluar kelas ghea dengan tak semangat sedangkan ghea menatap kepergian abi dengan raut biasa saja.

°°°

Hampir seharian ini raut wajah ghea tidak menunjukan perubahan. Datar. Saat ini ghea tengah berjalan seorang diri menuju kantin, ami sudah terlebih dahulu bersama Farhan.

Ghea menatap teman-teman abi yang duduk bersama dengan tatapan tak minat, bahkan ketika menyadari tatapan abi terarah padanya, ghea hanya berlalu tanpa menyapa.

Melihat sikap ghea membuat teman abi merasa jengah. Ghea terlalu tak tau diri, fikir mereka.

Ghea merutuki kantin sekolahnya, meja yang tersisa hanya meja yang berada disamping enfant. Ghea mau tak mau duduk disana, perutnya sudah berteriak minta diisi sejak pagi. Biasanya ghea duduk dibangku tersebut ditemani abi, namun kali ini ia hanya duduk seorang diri.

Bisik-bisik tak enak terdengar, ghea juga menyadari banyak mata yang terarah padanya. Ghea menghela nafas, ia memakan makanannya tanpa peduli pada sekitar.

°°°

Ghea berdiri menunggu angkutan umum didepan gerbang sekolahnya. Ia sengaja pulang lebih lama untuk menghindari abi, namun tanpa disangka abi menghentikan motornya dihadapan ghea bertepatan dengan angkot yang berhenti, ghea dengan cepat masuk kedalam angkot tanpa menoleh lagi kearah abi.

Abi menggaruk kepalanya yang tak gatal. Semua salahnya. Ghea pasti marah besar karna omongan abi yang sembarangan dan sikapnya. Setelah menanyai temannya ternyata benar mereka melarang ghea masuk, abi tak bisa marah. Apalagi marah pada vanya yang menghapus pesan dari ghea dan history panggilan.

Tiga hari berlalu, sikap ghea tidak menunjukkan perubahan sedikitpun. Abi harus dibuat sabar karnanya. Hari ini dengan tekad kuat abi datang kerumah ghea, sekarang masih pagi dihari weekend.

Abi masuk kedalam rumah ghea dengan ijin pembantu ghea. Abi bisa merasakan rasa sepi menjadi ghea, tinggal dirumah besar seorang diri.

Ghea datang dari dapur, ia hendak naik menuju kamar ketika melihat kedatangan abi. Abi dengan cepat menahan ghea yang sudah berada ditangga. "Ghe please"

AbigheaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang