_32_

539K 54.7K 12.5K
                                    

Rafa menatap bangunan yang tidak terlalu besar di hadapannya. Tangannya memegang selembar kertas berisi alamat, memastikan dirinya tidak salah alamat. Sudah lama ia tidak mengunjungi tempat ini.

Merasa yakin, rafa melangkah mantap. Tanpa mengetuk pintu, rafa masuk begitu saja.

Seluruh kegiatan yang tengah berlangsung mendadak berhenti, ruangan berubah senyap kala menyadari siapa yang datang sore ini.

"R-rafa?" Reza jelas saja tergugu, raut wajahnya berbinar. Ia merindukan temannya.

Reza mengambil langkah, ia melakukan pelukan ala laki-laki. Lalu satu persatu anggota enfant yang tersadar dari keterpakuan bergantian maju, kecuali abi yang berdiri diam, jauh dari kerumunan.

"Gila, akhirnya raf." Fajar berseru ceria.

Rafa mengangguk, tersenyum kecil, masih terasa canggung dengan suasana saat ini. Berdeham pelan, rafa menatap rio yang juga tengah menatapnya.

"Gue disini, untuk meluruskan sebuah kesalah pahaman."

°°°

"Alasan gue ada disini saat ini, karena ghea." Rio membuka suara setelah para anggota lainnya mempersilakan dirinya untuk duduk di sofa.

Ruangan yang tadinya hening semakin hening. Mereka semua menanti kalimat demi kalimat yang akan diucapkan oleh rafa.

"Sebelumnya gue mau minta maaf karena pergi seperti pengecut."

Tanpa rafa dan anggota enfant duga, abi maju, melayangkan satu pukulan telak pada rafa. Anggota enfant yang berniat memisahkan tertahan oleh gerakan tangan rafa yang meminta mereka tidak ikut campur. Ia mengerti mengapa abi memukulnya seperti ini.

Karena rafa, telah membuat milik abi terluka atas sikap pengecut nya. Rafa tidak bisa marah, terlebih setelah melihat tatapan terluka sahabatnya. Rafa mengerti, abi jauh lebih terluka dari dirinya.

"Kalau aja lo nggak pergi saat itu raf, ghea nggak akan se-menderita ini." lirih abi, ia menarik dirinya.

Abi memperlihatkan sisi lemahnya dihadapan teman-temannya.

"gue salah bi, maka dari itu gue disini untuk meluruskan semuanya." rafa menempuk pelan pundak abi.

Rafa menatap satu persatu temannya lalu menunjuk Rio dengan berani. "Disana, ketua lo semua lebih pengecut dari gue."

Tatapan Rio dan rafa bertemu.

"Rahasia terbesar seorang Rio adalah, dia suka sama ghea, asal kalian semua tau."

Raut wajah terkejut memenuhi ruangan, fakta yang baru mereka dengar mengejutkan mereka.

"Tapi, kenapa?" tanya dion setengah tak percaya.

"Lo tanya aja sama ketua lo. Alasan dia benci banget sama ghea bukan karena gue, alasan dia minta abi pilih antara enfant atau ghea juga bukan karena gue, tapi dia mau diantara kita bertiga nggak ada yang boleh miliki ghea."

Abi menatap Rio, sahabat yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri.

"Brengsek lo ya yo. Di saat gue lebih rela pilih kalian dibanding ghea, di saat gue rela sakit hati karena harus lepasin ghea demi kalian, tapi nyatanya ini cuma untuk keegoisan seorang rio?" abi menggeleng tidak percaya. Ia menendang meja dengan brutal.

AbigheaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang