"abi?"
Abi yang menunggu ghea di depan kelasnya menoleh. Ia tersenyum ketika ghea berjalan ke arahnya.
"Kenapa?"
"Kangen."
Ghea melongo, "hah?"
Abi terkekeh, ia membawa tangan ghea ke dalam genggamannya lalu keduanya berjalan santai di koridor.
"Pulang bareng?" tanya ghea.
Abi hanya mengangguk. Ia mempererat genggaman tangannya dengan ghea.
Langkah keduanya berhenti tepat di pinggir lapangan. Abi melepas genggaman tangan keduanya kala melihat kakak kelas yang notaben temannya menyapanya.
"Bentar ya ge,"
Ghea mengangguk, ia mundur. Berdiri tepat dibelakang tubuh abi, membiarkan abi berbincang dengan temannya. Merasa bosan ghea memilih membuka ponselnya. Karna terlalu fokus pada ponsel, ghea tidak menyadari jika sebuah bola melesat dengan cepat kearahnya.
Bugh.
Ghea mengerjap. Bukan. Bola itu tidak mengenainya. Ghea memasukkan ponselnya, mendekati abi. Iya, abi yang terkena lemparan bola tersebut.
"Bi gapapa?"
Abi mengusap pelan wajahnya, ia menggeleng pelan. Seorang lelaki berlari ke arah ghea dan abi.
"Sorry bi."
Ghea tidak mengenalinya.
"Lain kali hati-hati, untung ga kena cewe gue." seru abi lalu memberikan bola yang sedari tadi ada di tangannya.
Orang tersebut mengangguk, mengucapkan maaf sekali lagi lalu berlalu. Ghea menarik wajah abi agar sejajar dengan wajahnya. Ia menggeserkan rambut yang menutupi kening abi. Ada bekas kemerah-merahan disana.
Ghea meniupnya, tangannya terangkat untuk mengusap kening abi yang memerah. "Ga pusing?"
Abi meraih tangan ghea ke dalam genggamannya lagi, ia menegakkan tubuhnya. Keduanya kembali berjalan di koridor.
"Ngga ghe, cuma bola."
"Ya tapikan tetep aja. Kenceng gitu."
Abi mengayun pelan tangan keduanya, "santai, aku kuat."
"Halah."
"Dih, ga percaya?"
"Ngga," ghea memasang raut meremehkan.
"yaudahlah terserah." Abi melepas genggaman keduanya, lalu berjalan cepat di depan.
Kekehan ghea terdengar, ia berjalan sedikit cepat menyusul abi. Ia mencolek iseng tangan abi. Abi sendiri tak acuh, malah membuang mukanya.
"Ululululu ngambek ni?" goda ghea.
"Bodo. Siapa ya?"
Ghea kembali mencolek tangan abi, "siapa hayo?"
"Ghea? Perasaan ghea ngga ngeselin deh." Langkah abi terhenti begitupun dengan ghea.
Lagi-lagi ghea terkekeh, ia menepuk pelan tangan abi. "Bercanda, makasih sayang."
Raut masam abi kembali bersahabat, ia merangkul pundak ghea kali ini.
"Ayo! Kita jalan."
°°°
"Abi."
"Hm?"
Ghea dan abi berbicara tanpa menatap satu sama lain. Fokus keduanya terfokus pada ponsel masing-masing. Abi tengah bermain game sedangkan ghea asik pada sosial medianya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Abighea
Fiksi RemajaAbi sayang ghea, abi juga sayang vanya. Walaupun sayang abi pada vanya hanya sebatas teman, terkadang ghea sering merasa tidak berarti karna perlakuan abi yang selalu mengutamakan vanya. Ingin tau rasanya jadi perempuan yang pacarnya lebih mementin...