Rey mengusap kasar wajahnya ketika tiba di rumah. Ia terdiam sejenak, bayangan wajah ghea tidak bisa lepas dari ingatannya. Rian yang mendengar deru motor rey segera menghampiri rey.
Rian memegang tangan rey untuk menyadarkan rey yang tanpa sadar melamun. Rey menoleh dengan mata berair, dadanya terasa sangat sesak.
"Ayah, bunda ada di rumah?" tanya rey, sebisa mungkin mengendalikan emosinya.
Rian mengangguk. "Ada, tapi jangan lo ganggu dulu deh. Apalagi kalau bahas masalah ghea, bunda keliatan terguncang banget tadi."
Rey melepas tangan rian, ia tidak mendengarkan apa yang rian katakan. Langkah rey terhenti di ruang keluarga, tangannya meraih kertas yang membuat ghea marah besar pada mereka.
Rey tertawa meremehkan, pantas saja kakaknya marah. Ghea pasti merasa di buang oleh kedua orang tuanya.
Kedua orang tuanya yang ternyata masih berada di ruang keluarga mendongak. Mereka menatap penuh heran pada rey.
Rey sendiri duduk di salah satu kursi sofa, ia menatap kedua orang tuanya bergantian.
"Kak ghea tadi pergi ke sekolah, mau tau kak ghea ngapain?" rey menjeda ucapannya, tatapannya menerawang jauh. "Kak ghea lagi berenang."
Gio dan nita menatap rey intens.
"Mungkin, kalau dulu rey liat kak ghea berenang, rey akan ngerasa takjud. Tapi kali ini nggak yah, bun. Rey ngerasa hampir mati berdiri saking kagetnya."
"Simplenya, kak ghea mencoba bunuh diri tadi."
Langkah rian mendadak terhenti. Sedangkan gio dan nita tidak bisa menyembunyikan keterkejutan mereka. Mereka terperangah, tampak sangat terkejut ketika mendengarnya.
Rey menarik satu sudut bibirnya. "Kaget? Kalian cuma denger aja kaget, gimana rey yang menyaksikan langsung. Sakit banget rasanya. Apalagi rey tau, rey salah satu alasan kak ghea memutuskan untuk menyerah. Andai aja rey nggak ceroboh hari itu, mungkin kak ghea nggak akan pernah kehilangan mimpinya, juga kehilangan kita."
"She's tired to keep herself. Kak ghea mencoba mencari kedamaian. Setidaknya itu yang aku tangkap saat liat tubuh kak ghea di tengah kolam renang tadi sore. Aku rasa, kalian melukai kak ghea teramat dalam kali ini. She didn't try to kill me, kak ghea juga nggak sengaja melukai eyang, bahkan kak ghea nggak pernah berniat merusak nama baik kalian sedikitpun. Yang kak ghea mau itu kalian cukup percaya sama kak ghea. Kak ghea cuma mau di percaya, setidaknya sama satu orang. Tapi sayangnya, ayah, bunda, kak rian, aku juga di tambah beberapa orang yang menjadi harapan kak ghea nggak mau percaya sama kak ghea. Aku tanya sama kalian berapa banyak kalian punya waktu untuk menatap kak ghea sebagai Putri kalian? Sebagai seseorang yang kalian harapkan kehadirannya dulu. Nggak ada orang yang mau hidup hanya untuk menderita yah, bun. Kak ghea cuma mau sedikit merasa bahagia bahkan tanpa kita, tapi dengan teganya kalian mau kirim kak ghea jauh, jauh dari tatapan kita, jauh dari genggaman kita. Kalian mau liat kak ghea seasing apa sama kita?"
"Aku, kalau jadi kak ghea mungkin memilih bunuh diri lebih awal. Buat apa hidup tapi nggak pernah di terima dimana pun? She lost her dream, kak ghea nggak bisa jadi perenang profesional seperti yang di cita-cita kan apa kalian peduli? Apa setidaknya kalian menemani kak ghea ke psikiater? Yang kalian lakukan malah meninggalkan kak ghea malam itu. Kak ghea nggak pernah menuntut apa-apa dari kalian yah bun. Bahkan ayah sama bunda lebih percaya sama orang asing di banding anak kalian sendiri. Nama baik ayah memangnya lebih penting dari kak ghea?"
"Dan lo." rey menatap rian dengan tajam. "Lo kakak brengsek kak. Kenapa lo nggak pernah pulang saat kak ghea minta lo untuk pulang? Kak ghea butuh lo kak! Setidaknya lo pulang sekali dan denger alasan kenapa dia selalu minta lo pulang. Rumah kita sebesar ini kak, dan lo dengan teganya nggak bisa ninggalin pekerjaan lo demi adik lo sendiri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Abighea
Teen FictionAbi sayang ghea, abi juga sayang vanya. Walaupun sayang abi pada vanya hanya sebatas teman, terkadang ghea sering merasa tidak berarti karna perlakuan abi yang selalu mengutamakan vanya. Ingin tau rasanya jadi perempuan yang pacarnya lebih mementin...