Ruang Pramuka - Universitas Udayana, Bali
2 Maret 2016
"Heh, kamu lagi chat siapa sih? Tumben banget bisa ngelepas pesona Kirana sambil mantengin hape mulu?" tanya Al yang dengan jahilnya membuyarkan pikiran di kepala Dirga. "Baru juga sehari bareng Kirana, udah lupa aja sekarang," sindirnya.
"Iya, ada yang jauh lebih penting." Tatapan mata Dirga lurus ke arah Kirana yang tengah menjelaskan tentang kegiatan para Pramuka Pandega seperti mereka. Tubuhnya masih sedikit lelah, karena pagi-pagi sekali ia dan Kirana kembali dari Ubud. Namun, rasa penasarannya memaksa untuk tetap terjaga dan berangkat ke kampus hari itu.
"Kegiatan Pramuka Penegak dan Pandega, sebenarnya sudah memiliki nilai karakteristik yang sama dalam kegiatannya, meskipun ada beberapa kegiatan yang berbeda, tetapi secara umum masih dapat dikatakan sama. Kegiatan kepramukaan untuk golongan Penegak dan Pandega ini meliputi beberapa kegiatan di antaranya, Raimuna, Perkemahan Wirakarya, Gladian Pimpinan Satuan, Perkemahan Bakti, Pengembaraan, Latihan Pengembangan Kepemimpinan, Latihan Pengelola Dewan Kerja, Kursus Instruktur Muda, Penataran, Musppanitera, dan yang terakhir adalah Sidang Paripurna atau SidPar," jelas Kirana panjang lebar.
Dirga mencoba menuliskan ulang kalimat demi kalimat yang dikirimkan Kenan melalui chat whatsapp mereka tadi. Al sengaja mengintipnya dan terdiam. Sejenak, ia mengalihkan perhatian dari deretan kalimat yang tengah diselesaikan oleh Dirga. Hingga kemudian, dia teringat sesuatu.
"Ga, kok kayaknya aku nggak asing ya sama tulisanmu itu?" celetuk Al yang untuk pertama kalinya sejak matahari mulai terbit hari ini, meletakkan gadget-nya begitu saja di atas meja.
Dirga menoleh. Ia cukup terkejut melihat Al sedang berpikir keras seperti sedang mengingat sesuatu.
"Kalau aku nggak salah baca nih ya, itu adalah beberapa kata yang ditulis dalam bahasa Palawa oleh Aki Tirem, seorang Karuhun dari..." tiba-tiba Al menghentikan ucapannya. Matanya menerawang sambil menelan ludah. Napasnya tercekat.
"Dari mana?" selidik Dirga penasaran.
"Salakanagara," jelasnya dengan ekspresi begitu serius. "Dan kalimat itu ditulis tepat di balik pecahan medali yang sengaja dipersiapkan Aki Tirem untuk menjaga harta para pribumi. Tapi, ketika Gunung Krakatau meletus, meluluhlantakkan segalanya termasuk kerajaan Salakanagara beserta segala peninggalannya," gumam Al yang tiba-tiba tersadar akan sesuatu.
Cepat-cepat Dirga mengeluarkan ponsel di sakunya. Ia mengetikkan sejumlah kata, yakni Aki Tirem, Salakanagara, dan Palawa pada aplikasi browser. Sayang, tak ada informasi mengenai peninggalannya di semua artikel yang ditampilkan saat itu. "Kamu tahu dari mana, Al?"
"Ayahku..." ucap Al lirih. Pandangannya tertuju pada satu titik bias.
Dirga terdiam. Dia lupa bahwa Al adalah putra dari seorang arkeolog tenar di masanya.
"Kenapa aku bisa nggak ingat ya kalau kita sempat membicarakan tentang Salakanagara dan ayahku yang pernah tergabung dalam satu komunitas pencari segala peninggalan zaman kerajaan di Indonesia pun pernah meneliti tentang itu," ujar Al. "Sayang, nyawa Ayah tak selamat di ekspedisi terakhirnya mencari artefak kuno yang aku juga nggak tahu itu apa."
"Lalu, dari mana kamu tahu ini semua?"
"Aku sempat baca jurnal tua yang berisi kisah dan penelitian Ayah. Dulu, dia pernah bilang kalau jurnal itu juga pernah dimiliki oleh kakekku. Mereka sama-sama arkeolog handal. Hanya aku saja yang nggak pernah minat!" Al terkekeh sambil mencuri kesempatan untuk menghapus setitik air matanya yang hampir meleleh.
"Boleh aku pinjam?" mata Dirga berbinar. Ia pura-pura tak melihat kesedihan di mata sahabatnya itu. Bukan karena tak simpati, ia hanya tak ingin sahabatnya itu kian sedih teringat akan ayahnya yang telah pergi.
"Boleh aja, tapi baca bareng aku ya! Sudah beberapa tahun ini aku penasaran sama cerita yang ditulis Ayah dan Kakek di buku itu." Al tiba-tiba menjadi sangat bersemangat hingga tak sadar suaranya melengking hingga ke seluruh ruangan.
"Kalian lagi ngomongin apa sih?" tanya Kirana dengan bibir mengerucut dan tatapan tajam ke arah mereka.
Dirga dan Al hanya bisa melemparkan senyuman paling manis yang mereka miliki.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
[TAMAT] Api Unggun Terakhir
FantasyDirga, pemuda yang hobi wall climbing di kampusnya tiba-tiba harus terjebak dalam kegiatan Pramuka konyol. Namun, Pramuka justru mempertemukannya pada sosok gadis impiannya bernama Kirana. Tak ada yang menyangka, keduanya akan terlibat suatu eksped...