Api Unggun Terakhir - Eps. 74

179 12 0
                                    

Al tiba-tiba teringat sesuatu. Ia berlari ke tempat di mana medali itu terpasang. Dengan sekuat tenaga, ia berusaha mencongkel medali dari tempatnya. Ia berhasil mencongkel satu medali, tepat di saat gerhana itu tak lagi sempurna. Secara perlahan, medali-medali yang tak berhasil dicongkel oleh Al menyatu dengan lempengannya dan berubah menjadi batu. Anehnya, Al tak merasakan apapun ketika memegang pecahan terakhir yang bertuliskan Jadilah Api di Kaki Krakatoa.

"Tidak... Elizabeth!" Jason merosot hingga berlutut menatap tebing yang kini telah kembali seperti sediakala.

Dirga dan Kenan menatap tebing itu dengan nanar. Entah kemana perginya Elizabeth, Klaus, dan juga Paul.

"Manusia yang hanya diperbudak oleh hawa nafsu belaka akan menjadi manusia paling merugi di muka bumi," ucap Dirga.

Dengan hati-hati, Kenan memungut pistol milik Klaus yang tertinggal di tanah ketika ia terlalu girang untuk menembus tebing tadi. Pistol itu teracung tepat ke dada Jason. Kenan membidiknya melalui balik kacamatanya yang setengah miring. Target yang tidak bergerak, sungguh akan menjadi tembakan yang mudah.

"Percayalah, aku tak pernah berniat untuk melukai kalian. Aku hanya menjalankan misi Legion bersama Elizabeth, dan juga Klaus. Mereka lebih dulu tiba di sini karena aku harus mencari pecahan pertama bersama Paul. Kumohon, aku tak pernah berniat untuk melukai kalian," ujarnya mengiba.

Namun, saat Kenan melepaskan pelatuk pistol di tangannya, ada sesuatu yang membuat pandangannya kabur. Sesuatu yang cukup dekat membuatnya berjengit menyebabkan arah pistolnya melenceng entah ke mana.

Itu adalah Dirga. Laki-laki yang terlalu muak melihat kebrutalan yang telah terjadi. Dirga sengaja melompat ke arah bidikan Kenan, membuatnya meleset.

"Cukup!" suara Dirga menggema di udara bagaikan dentang lonceng.

Jason tidak membuang waktu. Dia mengayunkan sebilah belati yang sempat ia selipkan di balik ikat pinggangnya dan berniat menghujamkan benda itu tepat di punggung Kenan. Namun, Al yang terlebih dulu menyadari niat busuk Jason menghantamkan ujung runcing medali di tangannya tepat ke arah belakang kepala Jason. Mata kedua lelaki itu saling mengunci. Mata Jason membelalak karena terkejut dan sakit dan kemudian menjadi kosong karena telah meninggalkan kehidupan. Dia tersungkur ke tanah, belati jatuh di sisinya.

Dirga dan Kenan menatap Al yang dadanya naik turun. Ia tak pernah menyangka akan mengotori tangannya untuk melukai orang lain. Dengan satu gerakan, medali itu ia buang begitu saja di tanah basah. Kenan meraih Al dan memeluknya erat.

"Terima kasih, Sobat!" ucap Kenan memeluk Al erat.

"Ta--tapi aku membunuhnya," ungkap Al gemetar.

"Nggak Al, dia mati akibat semua tindakan busuknya selama ini. Kamu menyelamatkan Kenan. Kamu menyelamatkan aku." Dirga mencengkeram bahu sahabatnya itu dengan mata berkaca-kaca penuh haru.

Seluruh beban di dada Al berangsur menghilang. Ia merasa tubuhnya ringan seperti kertas. Kenan bahkan harus memapahnya.

"Kita harus pergi dan membawa ja... uhm... Kirana." Dirga tercekat. Ia meraih medali yang tergeletak tak jauh dari tubuh Jason. Ujungnya berwarna merah karena darah. Ia tak peduli dan terus menenteng benda itu pergi.

Burung-burung yang tadi beterbangan di atas mereka tak lagi memekik parau. Mereka tetap ada di sana. Terbang dengan sayap terkepak seolah ingin memastikan ketiganya baik-baik saja di bawah sana.

"Ga, bukankah tadi Kirana ada di sini?" Kenan kebingungan menatap tempat di mana Kirana tadi seharusnya tergeletak malah lenyap tak meninggalkan jejak.

Kepala Al bergerak ke sana kemari. Mencoba menerobos mencari sisa kehadiran Kirana. "Apa... hewan liar sudah membawa tub..." tenggorokan Al tercekat.

Dirga lemas.


***

[TAMAT] Api Unggun TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang