Tiba-tiba mereka dikagetkan oleh kilatan cahaya putih seperti flash kamera. Dalam satu gerakan, Peter meraih pistol di saku belakang celananya. Begitu juga dengan Klaus yang menyambar pistol di hadapannya, tergeletak tepat di dekat ujung sepatu boot-nya.
Kenan yang tadinya hanya ingin mengambil bukti kebiadaban para orang asing itu pun merutuki kebodohannya. Ia lupa mematikan fitur flash kameranya.
Al dan Dirga ingin sekali memukul Kenan karena membuat para orang asing itu akhirnya mengetahui keberadaan mereka.
"Apa kita harus lari?" bisik Kenan.
Dirga menggeleng pelan. "Kirana sudah di depan mata. Dan ini adalah satu-satunya kesempatan untuk menyelamatkannya." Dirga setengah berlutut, menurunkan ranselnya, membuka dan mengeluarkan medali kuno itu.
"Ga, apa-apaan kamu?" tanya Al tak percaya, jika Dirga benar-benar melakukan hal itu.
"Hanya ini yang bisa kita lakukan untuk menyelamatkan Kirana," jawab Dirga meyakini pilihannya.
Peter dan Klaus sudah semakin dekat dengan posisi mereka berdiri saat itu. Tak perlu menunggu waktu lama, Dirga keluar dari persembunyiannya.
"Wow, kalian masih hidup ternyata!" ujar Klaus penuh sindiran, sambil menepuk kedua tangannya, memberi efek penuh kebencian di hati Dirga, Kenan, dan juga Al.
Peter yang mengacungkan senjata ke arah mereka itu pun mendorong mereka agar berjalan mendekati api unggun. Perlahan, mereka menuruti perintah kawanan penjahat itu. Sekilas, mata Kirana dan Dirga beradu pandang. Mata Kirana berkilau karena air mata yang menggenang.
"Lepaskan, Kirana!" pekik Dirga menatap Peter dan Klaus setajam tatapan elang hendak memangsa buruannya.
"Dasar anak kecil! Kamu kira kami takut dengan gertakanmu itu, hah?!" gerutu Peter yang merasa direndahkan.
"Lepaskan Kirana, dan aku akan berikan medali ini untuk kalian." Dirga mengacungkan medali yang masih terbungkus pakaian di tangannya itu.
Elizabeth beranjak dari tempat duduknya. Ia terpana pada bungkusan yang disebut Dirga sebagai medali yang tengah mereka cari. "Berikan padaku!" pinta Elizabeth dengan tangan terjulur.
"Tidak! Lepaskan dulu Kirana!" pinta Dirga tanpa ada rasa takut sedikit pun.
Tiba-tiba saja Peter melepaskan tembakannya yang nyaris mengenai sisi kepala Dirga. Elizabeth dan Kirana refleks berteriak karena kejadian itu. Beruntung, Dirga baik-baik saja. Namun, jantungnya berdebar tak keruan. Ia pikir, Peter akan benar-benar membunuhnya.
"Serahkan medali itu!" pinta Peter ketus.
Tanpa banyak pikir panjang, Dirga melemparkan medali itu begitu saja yang menyebabkan benda itu terhempas di tanah, tepat di dekat kaki Elizabeth. Dirga melemparkan benda itu tanpa kaus yang sedari tadi membungkusnya. Elizabeth berjengit ketika medali itu terlalu dekat dengannya. Ia sudah cukup mendengar banyak rumor yang mengatakan, bahwa medali itu menyimpan berjuta karma magis yang tak terbayangkan jika disentuh oleh orang yang tak berhak. Ia sadar, bahwa ia merupakan salah satu pihak yang tak berhak.
Klaus dan Peter sempat menoleh beberapa saat ke arah medali itu. Pistol tetap teracung ke arah tiga pemuda itu. Mereka pun tak ada lagi yang berani bergerak. Kirana hanya bisa membisu dengan air mata berlinang tanpa terisak sedikit pun.
Elizabeth berjalan ke arah Kirana dan perlahan melepaskan ikatannya.
Dirga lega melihat itu. Rencananya berhasil. Kirana bebas dan mereka akan pulang, tanpa peduli lagi pada Elizabeth dan medali-medali itu.
"Ambil itu!" pinta Elizabeth ketika ia sudah melepaskan ikatan tangan dan kaki Kirana.
Gadis itu sempat bergeming hingga Elizabeth mendorongnya untuk mendekati medali itu. Kirana hanya bisa menarik napas panjang dan menjulurkan tangannya perlahan, meraih medali itu sesuai permintaan Elizabeth.
"Jangan, Na!" sergah Dirga yang sudah tahu apa yang akan terjadi.
Kirana berhenti bergerak dan menatap Dirga di balik bayangan api unggun yang membara.
"Peter, Klaus, lebih baik kalian segera meringkus tiga bocah itu dan kita pergi dari sini! Waktu kita semakin sedikit, sedangkan masih ada sisa medali yang harus kita cari," tukas Elizabeth dengan nada sinis. "Dan kau, cepat ambil medali itu!" Elizabeth menendang paha Kirana dari belakang, hingga gadis itu hampir terjatuh karenanya.
Klaus menodongkan pistol itu ke arah Dirga, Kenan, dan Al, sementara Peter mengambil alih tas di punggung Kenan dan Al. Pria itu kemudian mengikat mereka satu persatu ke batang salah satu pohon terbesar di sana.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
[TAMAT] Api Unggun Terakhir
FantasyDirga, pemuda yang hobi wall climbing di kampusnya tiba-tiba harus terjebak dalam kegiatan Pramuka konyol. Namun, Pramuka justru mempertemukannya pada sosok gadis impiannya bernama Kirana. Tak ada yang menyangka, keduanya akan terlibat suatu eksped...