Tangan Jason meraih tas kulit yang tadi ditunjuk oleh Dirga. "Medali seperti ini maksudmu?" tanyanya sambil membuka pinggiran tas itu perlahan seolah ia tak ingin menyentuh isinya.
Dirga, bahkan Kenan dan juga Al ikut mengintip. Mereka terkesiap ketika melihat pecahan lain dari medali yang sama persis dengan yang mereka temukan kemarin.
"Dari mana kalian dapatkan medali itu?" Al akhirnya tak tahan untuk tidak ikut berbicara.
"Kami mendapatkannya di pasar gelap yang ada di Eropa Timur sekitar satu bulan lalu," jawab Paul tanpa kesan apapun. "Tadinya, kami ingin mendapatkan medali yang sama melalui lelang Christie's di London, tetapi gagal karena kesalahan kecil yang dibuat oleh sahabatku ini," ujar Paul yang mengundang suara geraman dari Jason.
Tubuh Dirga menegang. Ia seolah kembali ke masa di mana ia melihat potongan video yang menyatakan, bahwa salah satu medali kuno milik Salakanagara hilang dirampok usai dimenangkan seseorang dalam balai lelang di London. "Bukan kalian kan yang merampok medali ini dari pemenangnya ketika lelang?" selidiknya penuh curiga.
Tawa Paul meledak. "Kecurigaanmu sangat lucu sekali ya, anak muda!" kata Paul yang dadanya naik turun karena tawa. "Jika memang kami yang merampok medali ini, untuk apa kami susah payah berburu benda yang sama hingga ke Eropa Timur dan membayar jutaan Dollar?"
Lidah Dirga kelu. Kalimat Paul ada benarnya. Entah apalagi rencana Tuhan kali ini. Ia seolah tak bisa lepas dari misi menyebalkan ini ataukah Tuhan memang menghendaki agar ia tak pernah berhenti demi Kirana? Dirga belum mampu menjawabnya saat ini.
"Lalu, apa yang terjadi dengan kalian? Mengapa kalian babak belur seperti ini?" tanya Jason yang sepertinya masih menyimpan tanda tanya besar di dalam benaknya itu.
"Kami ditipu oleh orang asing seperti kalian. Awalnya, mereka terlihat seperti arkeolog yang hanya ingin menelusuri jejak kebudayaan kuno milik negara kami ini, tetapi ternyata mereka hanya menjadikan kami kedok dan berniat menggunakan kami sebagai korban dari misi mereka," jelas Kenan sambil menatap ke dalam hutan lebat di sisi kanannya.
"Arkeolog?" Jason mengernyit.
"Elizabeth Brandes. Arkeolog asal Inggris yang baru-baru ini mengadakan seminar di Bali. Awalnya, kami hanya tertarik dengan tema yang ia usung dalam seminar tersebut. Tetapi, ia meminta kami melakukan hal lain untuk membayar sejumlah informasi yang telah ia berikan. Dengan begitu santun, ia membujuk kami agar mau membantunya menjalankan misi penting yang ia beri nama Karuhun ini. Kami setuju, tapi ternyata ia dan teman-temannya malah menjebak kami dan sekarang menahan salah satu teman kami untuk dijadikan tumbal karma atas medali itu." Mata Dirga menerawang mengingat wajah ayu Kirana yang ketakutan dan tersiksa.
"Seriously? Mengapa kalian tidak segera lapor polisi?" tanya Paul syok.
"Nyawa Kirana akan menjadi taruhannya jika kami berani lapor polisi. Satu-satunya hal yang bisa kami lakukan sekarang adalah mengejar mereka, dan mencegah mereka untuk melakukan hal mengerikan lainnya. Seperti misalnya, memberikan nyawa Kirana demi harta yang bukan hak mereka," kata Dirga dengan jari saling bertaut dan raut cemas. Rambutnya yang terikat tak karuan berembus karena angin.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
[TAMAT] Api Unggun Terakhir
FantasíaDirga, pemuda yang hobi wall climbing di kampusnya tiba-tiba harus terjebak dalam kegiatan Pramuka konyol. Namun, Pramuka justru mempertemukannya pada sosok gadis impiannya bernama Kirana. Tak ada yang menyangka, keduanya akan terlibat suatu eksped...