"Aku sudah siap," kata Al was-was sambil sesekali melihat Kenan tengah berlari dari satu pilar ke pilar lainnya untuk menghindari naga yang semakin murka.
"Kamu harus cepat, Ga!"
Dirga tak menjawab itu. Ia sudah fokus pada tali di kedua tangannya. Sejenak, ia menatap dinding flat dengan beberapa celah bebatuan khas. Dirga memulai langkahnya yang pertama. Satu persatu tangannya memegang batu yang menyembul dan memilih pijakan yang tepat. Beberapa saat kemudian, dia mengambil chock and friend untuk diselipkan pada celah bebatuan sebagai penyangga tubuhnya. Langkah demi langkah ia lakukan dengan hati-hati. Teriakan Kenan sempat membuatnya nyaris terjatuh beberapa kali. Al susah payah menahan beban laki-laki itu.
"Dirga, aku mohon cepatlah!" pekik Kenan dengan nada yang tak biasa.
Naga itu terus mengejar Kenan dengan api menyembur tebal.
"I am a Dragon. Majestic and glorious with flourescent scales. Hiding in a dark cave waiting for prey..." gumam Al lirih dengan nada gemetar.
Kurang sedikit lagi, Dirga sampai di tempat medali itu. Ia mengaitkan tali pada hanger, kemudian mengeluarkan hammer dari saku belakang celananya. Medali itu seolah tertempel di sana dan tak mudah bagi Dirga mencongkelnya.
Entah apa yang membuat Kenan malah berlari ke arah Al dan Dirga saat itu. Mimik lelaki itu terlihat begitu kalut.
"Ken, pergi dari sini, Ken!" teriak Al histeris dan panik. Pegangannya menjadi kendor, sehingga tubuh Dirga merosot beberapa senti. Tubuh Al juga ikut tertarik dan membuat tangannya sedikit panas, meskipun sudah menggunakan sarung tangan yang diberikan Dirga tadi ketika bersiap.
Kenan akhirnya mengubah arah dan berlari ke sisi kanan Al. Naga itu terus mengikutinya layaknya santapan lezat yang pantas diburu. Beberapa pilar roboh karena terjangan makhluk buas itu. Bebatuan runtuh, bersamaan dengan robohnya pilar raksasa penyangga ruangan.
Dirga mencoba memanjat ke posisi semula. Tangannya semakin basah, karena ia lupa tak membawa bubuk magnesium. Dengan satu hentakan kuat, akhirnya medali itu terlepas dari tempatnya. Namun, sial. Dirga gagal menangkap benda itu sehingga jatuh berdenting hampir mengenai kepala Al. Dan suara itu, berhasil membuat perhatian Sang Naga teralihkan dari Kenan yang mulai tersengal kehabisan napas. Lengan kanannya melepuh karena embusan api yang dilontarkan naga itu padanya. Perih, tapi tak dirasanya. Ia hanya ingin segera keluar dari tempat itu hidup-hidup bersama Dirga dan Al, serta medali itu.
"Ga..." Al bergidik ketika naga itu memutar tubuhnya, menatap Al yang tengah gemetar memegangi tali Dirga.
Dirga berusaha secepat mungkin untuk menuruni tali menggunakan ascender. Setelah akhirnya menjejak tanah, Dirga melepas tali-tali di tubuhnya menyisakan harness dan meraih medali tak jauh dari tempatnya berdiri. Naga itu bergerak begitu cepat dan menyebabkan segalanya bergetar. Bebatuan semakin banyak yang runtuh. Dirga menyambar lengan Al dan ransel yang tergeletak di bawahnya. "Ken, ayo cepat keluar dari sini!" teriaknya.
Al terseok-seok mengikuti langkah Dirga yang berlari secepat mungkin. Naga itu semakin marah. Apinya menjilat-jilat dan membuat udara di sekitar mereka membara. Kenan menyusul mereka dari persimpangan arah ruangan itu. Gemuruh semakin terdengar. Bebatuan runtuh semakin banyak, tepat ketika Sang Naga yang berlari mengejar lebih cepat. Satu persatu pilar roboh. Tiba-tiba Al terpeleset dan terjerembap. Hampir saja ia mati terpanggang ganasnya api Sang Naga. Beruntung, Dirga dan Kenan cepat meraih tubuh lelaki itu dan menyeretnya. Susah payah mereka berlari. Ruangan itu kian runtuh. Dirga, Kenan, dan Al bahkan harus lari kocar-kacir untuk sekadar menghindari batu yang tiba-tiba menghujam.
"Sedikit lagi kita sampai!" pekik Dirga menunjuk lubang lingkaran, tempat mereka masuk tadi.
Napas Al sudah hampir habis. Dadanya sakit. Tidak, bukan hanya dada tetapi juga seluruh tubuhnya. Dalam hati, ia sedikit merutuki ayahnya yang tak sampai menuliskan kisah ini, sehingga ia tak bisa bersiap untuk menghadapi kekejaman Naga ala Games of Thrones. Tapi, siapa yang menyangka bahwa Naga ternyata benar-benar ada di dunia ini? batinnya meronta.
Dirga berhasil merosot ke dalam lorong, diikuti oleh Kenan dan tentu saja Al. Naga di belakang mereka meraung marah dengan api menyambar. Bersama, mereka mendorong pintu lingkaran dengan relief naga itu kuat-kuat. Suara berdebum nyaring mengiringi keberhasilan aksi mereka saat itu. Tak ada lagi suara raungan. Sunyi dan senyap. Hanya suara napas mereka bertiga yang saling bersahutan. Degup jantungnya pun nyaris terdengar, karena saking kencangnya.
Kenan mencoba mengatur napas dengan tubuh merosot, bersandar dinding goa yang basah. Ia tak peduli. Ia hanya ingin duduk dan bernapas normal. Seluruh kaki dan tangannya kaku. Ia kehilangan tenaga. Banyak tenaga.
Al berdiri setengah membungkuk dengan kedua tangan tepat berada di lututnya. Napasnya terengah. Keringat bercucuran seperti air hujan di musim kemarau. Seluruh tubuhnya benar-benar basah.
Berbeda dengan Dirga yang malah gemetar karena tengah memeluk medali di tangannya. Medali yang berpendar keemasan dengan ukiran tepat di baliknya yang berbunyi Jadilah Tanah di Tanjung Pura. Benda itu benar-benar menakjubkan. Retakan di setiap pinggirannya yang membentuk layaknya pizza kesukaan Dirga itu tak beraturan. Seolah, benda ini pernah mengalami suatu hal buruk. Ukiran di setiap permukaannya pun sempurna. Potongan itu memuat kepala Garuda yang tengah memekik. Namun, lama kelamaan Dirga merasa ada yang aneh dengan medali di tangannya itu. Sesuatu tengah terjadi. Tangannya terasa semakin panas. Perasaan tak nyaman itu akhirnya sampai di satu titik, di mana Dirga tak mampu lagi membawanya dan refleks melemparkan medali itu hingga nyaris mengenai kepala Al.
"Heh, kamu kenapa?" Al semakin syok.
"Kenapa tiba-tiba medali itu terasa sangat panas di tanganku?" Dirga menggosok tangannya yang seolah melepuh, tapi kulitnya masih mulus seperti biasa. Tak ada luka apapun.
Al dan Kenan saling tatap.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
[TAMAT] Api Unggun Terakhir
FantasyDirga, pemuda yang hobi wall climbing di kampusnya tiba-tiba harus terjebak dalam kegiatan Pramuka konyol. Namun, Pramuka justru mempertemukannya pada sosok gadis impiannya bernama Kirana. Tak ada yang menyangka, keduanya akan terlibat suatu eksped...