Berdasarkan hasil ekspedisiku, seharusnya kepingan medali milik Dewawarman IX itu tak seharusnya ada di Banten. Medali itu akan tetap berada di Swarnadwipa seperti yang telah diramalkan. Sepertinya, ada pihak lain yang sudah mengetahui misteri di balik rahasia Aki Tirem dan merampasnya, membawanya kembali ke Banten. Fakta berikutnya adalah kepingan milik Aswawarman bertuliskan Jadilah Tanah di Tanjungpura yang menandakan, bahwa akhirnya ia menjadi Raja Kutai setelah diangkat anak oleh Kudungga dan mempersunting putrinya.
Kepingan milik Iswari Tunggal Pertiwi Warmandewi atau Dewi Minawati, bertuliskan Jadilah Air di Citarum. Kalimat itu menandakan, bahwa putri yang amat cantik ini kelak diperistri oleh Maharesi Jaya singawarman Gurudarmapurusa atau Rajadirajaguru, Raja Tarumanagara pertama, di Banten. Kepingan milik putri bernama Dewi Indari yang kelak diperistri oleh Maharesi Santanu, Raja Indraprahasta yang pertama bertuliskan Jadilah Api di Kaki Krakatoa. Faktanya, Krakatoa merupakan salah satu wilayah kekuasaan Salakanagara yang disebut dengan Agnynusa atau Negara Api dan juga Agribinta, yakni Pulau Panaitan di Ujung Kulon.
Ketiga kepingan medali itu bisa ditemukan di titik tertentu, titik di mana penemuan peninggalan sejarah lainnya di temukan, disertai dengan penjaganya masing-masing, sesuai amanah Aki Tirem bahwa setiap kepingan akan dijaga. Mengingat betapa berharganya kepingan medali ini, aku tak kuasa menuliskan segalanya secara detail. Aku tak lagi percaya akan siapa pun. Manusia memang berakal dan berbudi, tetapi seringnya itu semua lenyap ketika mendengar iming-iming harta duniawi. Sungguh aku tak pernah percaya pada siapa pun.
Dirga membalik halaman jurnal itu perlahan untuk mencari kelanjutannya, tetapi tak ada lagi kisah yang dituliskan oleh ayah Al. Hanya ada deretan syair yang entah apa maknanya.
Indra Vajra Iringan Airavata
Dendang Jelajah Indra Vajra
Raungan Jagapati Iringan Jagaraga
Indra Vajra Dahaga Rahwana
Indra Vajra Daitia Jagawana
Tabir kegelapan secercah sinar rembulan
Berkilauan stalagmit berpendar stalagtit
Di balik rimbunnya gemerisik dedaunan
Di bawah pekatnya malam nan abadi
Dirga tak mampu mencerna kata-kata itu. Ia mencoba membalik halaman berikutnya, tetapi kosong. Ia membalik sekali lagi dan ada syair dengan bunyi berbeda yang ditulis oleh ayah Al.
Prabu Moksa Urna Kresnapaksa
Prabu Moksa Renjana Kesatria
Prabu Moksa Aksara Kala
Bumantara Ode Bumantara Kirana
Prameswari Agung Batari Siwa
Prabu Moksa Batara Kala
Upduta Sakti
Menjejak puncak dingin menggigit kalbu
Bayangan harapan alam menatap syahdu
Sepoi senandung irama Sang Bayu
Bagai denting manik mengalun merdu
Sekali lagi, Dirga membalik halamannya. Dua halaman sekaligus, karena ia yakin ada jeda seperti halaman sebelumnya. Intuisinya benar. Lagi-lagi ada beberapa bait syair yang entah apa artinya.
Wisnu Cakra Wijaya Raja
Upama Candrasengkala Windu Renjana
Wirama Aksara Inggu Kasih
Wacana Angkara Nirwana Kama
Indera Amerta Wisnu Cakra
Suralaya Candrasa Wira Adipati
Kemelut pesona berpadu indahnya harmoni
Riak ombat lauk biru bukan pembelenggu
Permata mutiara tersembunyi antara karang
Mahakarya kemegahan tercipta oleh cinta
Dengan cepat, Dirga membalik dua halaman sekaligus.
Shiwa Padma Irama Megha
Shiwa Padma Wirama Angkasa
Widya Dharma Asa Maya
Atma Dewayadnya Sukma Angkara
Wana Dasa Indera Dewata
Shiwa Padma Wijaya Mayapada
Saka Dewangga
Rimbunnya dedaunan menyelimuti Baskara
Perlahan cahayanya hilang tertelan kala
Puncak tertinggi bersemayam dua arca
Shiwa Ganesha penjaga gerbang angkara dunia
Tergesa, Dirga membalik halaman berikutnya.Namun, tak ada lagi goresan pena dari ayah Al di sana. Syair itu adalah yang terakhir. Dirga dan Al salingtatap. Masing-masing dari mereka sibuk dengan pikirannya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
[TAMAT] Api Unggun Terakhir
FantastikDirga, pemuda yang hobi wall climbing di kampusnya tiba-tiba harus terjebak dalam kegiatan Pramuka konyol. Namun, Pramuka justru mempertemukannya pada sosok gadis impiannya bernama Kirana. Tak ada yang menyangka, keduanya akan terlibat suatu eksped...