Al memakirkan motornya di pinggir tukang nasi goreng yang ada di pinggir jalan, kemudian membuka helm nya.
"Lo suka nasi goreng?" tanya Al.
"Sukaaaa!" jawab Naya dengan semangat.
"Ayo makan nasi goreng!" ajak Al.
"Ayo!"
Mereka pun turun dari motor kemudian memesan dua piring nasi goreng.
Mang tukang nasi goreng pun kemudian memberikan dua piring nasi goreng, kemudian Al dan Naya langsung melahapnya dalam keheningan, tanpa ada percakapan karena terlalu sibuk menikmati makanannya.
"Nay?" panggil Al memecah keheningan.
"Hm?" jawab Naya yang masih mengunyah nasi gorengnya.
"Gimana?"
"Gimana apanya?"
"Papa lo." seketika Naya berhenti melakukan kegiatan mengunyahnya, ia lalu terdiam.
Naya memakan nasi gorengnya kembali, kemudian bernafas perlahan. Namun, Naya bukannya menjawab ia malah menggelengkan kepalanya sembari tersenyum tipis.
"Kalo ada apa-apa, jangan segan buat cerita sama gue, gue bakal dengerin setiap keluh kesah lo. Jangan nyakitin diri lo sendiri." Al tersenyum kepada Naya, kemudian mengusap pucuk kepala gadis itu.
"Makasih Al." Naya berusaha menahan air matanya, kata-kata manis dari Al berhasil meluluhkan hatinya.
Setelah itu, mereka lalu membayar nasi goreng tersebut dan naik notor kembali.
"Mau kemana lagi?" teriak Al ketika sedang mengendarai motornya.
"Terserah lo."
Al membawa Naya ke sebuah taman yang dihiasi dengan lampu warna-warni yang memperindah taman itu.
Mereka berdua kemudian duduk disalah satu bangku taman.
"Nay, liat deh bulannya." ucap Al menunjuk bulan yang sedang memancarkan cahaya nya dari atas sana.
"Kenapa?"
"Walaupun dia sendiri, dia ga pernah ngeluh, karena masih ada bintang-bintang yang selalu nemenin dia. Tapi walaupun dia sendiri, dia masih tetep butuh matahari, karna matahari yang mancarin cahayanya buat dia. Tanpa matahari, bulan ga akan ada."
Naya mengerutkan keningnya, masih tidak dapat mencerna perkataan Al, "maksudnya?"
"Bulan itu gue, matahari itu lo, dan bintang itu orang-orang di sekitar gue. Gue sendiri, tapi gue masih punya bunda, temen-temen gue, dan yang lainnya. Tapi hidup gue gaakan pernah lengkap kalo gaada lo Nay, karena lo pelengkap hidup dan salah satu orang yang penting buat gue. Sekarang, besok, dan seterusnya."
Kata-kata Al membuat pipi dan hati Naya menghangat, bagaimana mungkin seorang Alvino Mahesa bisa membuat kata-kata manis seperti itu? Hati Naya berdegup kencang, dan pipinya merah merona.
"Al, makasih juga. Karena lo gue tau apa artinya perjuangan dan kesabaran. Gue beruntung bisa kenal lo dan ngomong sama lo kaya gini, tanpa ada rasa benci disalah satu antara kita." Naya tersenyum lembut.
"Ihh gemes deh, bawel!" Al ,mencubit hidung Naya.
"Ih Al nyebelin!" Naya memanyunkan bibirnya.
Tanpa mereka ketahui, ada dua orang yang sedang mengintip mereka dari balik pohon.
"Aww! Diem lo rev, jangan nginjek kaki gue anjing. Sakit!" ucap Zevan kesal sambil berbisik kepada Revan.
Ternyata dua orang itu adalah si kembar.
"Lo nya juga diem dong! Gue ga keliatan ish!" Revan malah membalas perkataan Zevan.
Mereka terus saja melakukan perdebatan kecil, sehingga ketika mereka melihat ke depan, Al dan Naya sudah tidak ada lagi di tempat duduknya.
"Tuh kan liat! Udah ga ada orangnya! Lo sih gabisa diem banget jadi orang!" Zevan mendengus kesal.
"Elo juga banyak bacot! Berisik gue dengernya!" Balas Revan mendelik.
Ketika akan berbalik, tiba-tiba baju mereka seakan ada yang mengangkat keatas.
"Rev lo ngapain sih angkat-angkat baju gue! Galucu!"
"Dih apaan? Gue diem aja daritadi! Lo juga nih yang angkat baju gue!"
"Engga Rev, sumpah daritadi gue ga ngapa-ngapain! Liat nih tangan gue dua-duanya di ada!" Zevan menunjukkan kedua tangannya kepada Revan.
"Lah terus? Ini siapa?" Revan melotot waswas.
"Rev, liat deh, kan ini kita ada dibawah pohon ya. Jangan-jangan..."
"Coba tengok deh Zev."
"Ayo sama lo ish, bareng-bareng."
Mereka berbalik ke belakang sambil menutup matanya. Kemudian perlahan membuka matanya dan menampakkan Al dan Naya di depannya.
"ANJING! BANGSAT KALIAN!" Revan memelototi Naya dan Al.
"Ah lo mah ga lucu Al, Nay!" Zevan mendelik.
"Gue ga ngelucu." Al menatap mereka berdua dingin. "Lagian lo pada ngapain sih ngintip-ngintip orang. Mata lo buta, tau rasa lo!" Al menoyor kepala mereka berdua.
"Euuu...Euuu...Euuu..." Revan dan Zevan gelagapan. "Anu, hehe."
"Tadi gue sama Revan lagi kewat sini, terus liat kalian berdua turun dari motor. Terus si monyet Revan ngajak gue ngintipin kalian berdua, yaudah gue ngikut aja." jelas Zevan sejujur-jujurnya, yang mendapat pelototan dari Revan.
"koplak lo!" lagi-lagi Al menoyor kepala mereka berdua, "Dah ah ganggu mulu lo. Gue cabut."
Naya dan Al pun pergi meninggalkan mereka berdua.
"Kak duluan ya." pamit Naya yang dibalas anggukan oleh Revan dan Zevan.
*****
Annyeong:")
Ig: shylvanaarsSalam manis,
Sisil•_•
KAMU SEDANG MEMBACA
MALVARMA [TAHAP REVISI]
Teen FictionKinaya Putri, perempuan berambut panjang dengan netra coklat dan bulu mata lentik yang menghiasi kedua matanya, ambisi dan perasaannya yang tulus ia tunjukkan sepenuh hati. Berbanding terbalik dengan Alvino Mahesa, laki-laki bernetra hitam yang akr...