Chapter Twenty Six🌛

3.4K 137 10
                                    

Terkadang harus merasakan sakit terlebih dahulu, untuk merasakan kebahagiaan.
-Rehan Putra-

Mungkin ini rencana yang Al pikirkan semalam, rencana untuk menjemput dan mengajakbpergi sekolah bersama. Hmhmhm-,-


Al memasukan motornya ke tempat parkir, semua mata orang yang lewat menatap Al dan Naya. Seorang Alvino Mahesa si kutub utara berangkat sekolah bersama Naya si bawel. Sebagian dari mereka menatap takjub, karena melihat Al dan Naya seperti pasangan yang serasi. Sedangkan sebagian lagi menatap dengan tatapan benci, iri, karena ingin berada diposisi Naya.

"Al." panggil Naya setelah turun dari motor.

"Hmm," jawab Al.

"Lupa ga?"

"Lupa apa?"

"Itulohhh, ah masa lupaa." Naya mengode terus-menerus.

"Ck, apa?" Al masih belum mengerti.

"Tuhkan nyebelin ah!" Naya cemberut.

"Iya apa?" Al membuka helm nya dan kemudian menyimpannya.

"Ih nyebelin!" Naya membuka helm nya dengan wajah ditekuk.

"Iya sayang apa?"

Deg.

Apa tadi Al bilang? Sayang? Cius? Enelan? Kenapa Al mengucapkannya se frontal itu omg! Ini membuat Naya menjadi baper tingkat dewa!

Sudah Al sangka, Naya akan blushing, pipinya merah merona. Kedua sudut bibir Al terangkat membentuk sebuah senyuman.

Naya memegangi pipinya yang menghangat, kenapa harus blushing di waktu yang tidak tepat? Huhh menyebalkan, Al sangat menyebalkan!

"Kenapa lo megang pipi?" Al terbahak.

"Tau ah nyebelin!" delik Naya lalu meninju lengan Al.

"Baper ya?" Al masih terkekeh, Naya hanya memelototinya dengan kesal.

"Udah ah ayo masuk!" Naya cemberut lalu melangkahkan kakinya memasuki area sekolah, kemudian Al mengikutinya dan mensejajarkan langkahnya.

"Udah sanah!" Naya mendorong tubuh Al untuk pergi ke kelasnya ketika sampai di pertigaan koridor, kelas belok ke sebelah kanan sedangkan kelas Al berbelok ke sebelah kiri

Namun Al tidak mengindahkan ucapan Naya, ia masih keukeuh mengikuti gadis itu berbelok ke sebelah kanan

"Ngapain ikut?" Naya memberhentikan langkahnya kembali sambil menyilangkan tangannya di depan dada, kemudian menatap Al.

"Ga."

"Dih gajelas!" Naya mendelikan matanya, "Udah sana ke kelas!" Naya mendorong tubuh Al.

"Gamau." Al masih keukeuh.

"Ya terus mau ngapain?" Naya mulai greget.

"Mau nganterin bawel nya gue ke kelasnya, biar sehat sentosa." jawab Al santai.

Apa lagi ini? Bukankah perkataan Al barusan merupakan sebuah perhatian? Kenapa pagi ini terus-terusan menggoda Naya?

Pipi Naya kembali Blushing, baru saja tadi dia blushing dan sekarang lagi? Masih pagi, tapi sudah bisa dihitung bahwa sudah tiga kali Al membuat pipi Naya merah merona. Al sangat menyebalkan!

MALVARMA [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang