Nine

3.9K 150 1
                                    

Naya sedang duduk di pinggir lapangan basket, ia sedang melihat Al, Rehan, dan si kembar sedang bermain basket. Naya tahu mereka disana karna Nana yang memberi tahunya, beruntung pelajaran saat itu kosong jadi Naya bisa melihat Al di lapangan basket.

Naya menatap Al kagum, ia tidak menyangka bahwa laki-laki itu ternyata jago bermain basket, apalagi melihat keringat yang bercucuran dari pelipisnya. Naya sengaja membeli minum ke kantin terlebih dahulu, untuk Al dan teman-temannya.

Mereka berempat kemudian beristirahat dipinggir lapang, Naya kemudian menghampirinya dan memberikan empat botol air minum untuk mereka. Tanpa disuruh kembali, Rehan, Revan, dan Zevan langsung menerimanya, namun lain sekali dengan Al.

"Buat lo." Ucap Naya sembari menyodorkan sebuah botol air minum.

Al bergeming, ia hanya melirik botol air tersebut sekilas dan tidak berniat mengambilnya.

“Gue bisa beli sendiri, bukan orang miskin.” tuturnya kemudian pergi meninggalkan lapangan basket.

Revan yang sedang minum lalu mendengar ucapan Al tersedak, air yang ia minum muncrat, “Bocah sinting, terus gue minum ini berarti orang miskin gitu?” teriaknya.

Zevan tertawa, “Kurang asem emang si Al.” diikuti gelak tawa dari Rehan.

Naya hanya diam, lagi dan lagi Al selalu menolak pemberiannya. Ia benar-benar heran sekaligus lelah, laki-laki itu tidak pernah memikirkan perasaannya sama sekali.

Teringat dengan perbuatan Al kepada adiknya, Rehan kemudian menatap Naya nanar, ia tidak tega melihat adiknya yang selalu saja ditolak oleh Al.

“Nay,” panggil Rehan.

Naya menoleh, “Hm?”

“Lo jangan sedih gitu dong.”

“Hah? Ngga. Ga sedih kok.” Naya tersenyum kecil, “Udah biasa.”

Revan tiba-tiba mengambil botol air minum yang ada digenggaman Naya. “Sini Nay, buat gue aja. Gue masih haus soalnya.”

Naya terkekeh, “Iya Kak, gapapa ambil aja.”

“Thanks, loh.” Revan mengangkat botol minumnya ke atas, tanda terima kasih. “Perlu gue bayar ga?”

“Ga usah elah, santai.”

“Gue juga boongan sih, Nay.”

Zevan menjitak kepala Revan, “Emang ya kelakuan lu minta gua jotos."

Naya, Rehan, dan si kembar kemudian pergi ke kantin, menyusul Al. Sebenarnya Naya tidak bermaksud untuk ikut-ikutan dengan golongan Rehan, hanya saja dia sedikit penasaran apa yang dilakukan Al di Kantin. Naya berniat melihatnya terlebih dahulu sebelum kembali ke kelas.

Al sedang duduk di salah satu meja kantin, meneguk minuman dingin untuk melepaskan dahaga nya.

“Abis olahraga makan yang dingin dingin ga baik loh, Kak.” celetuk Naya.

“Suka-suka gue lah.” Al menjawab.

“Dih sakit baru tau rasa.”

“Urusannya sama lo apa?”

Naya bungkam, bingung menjawab apa. Laki-laki di depannya ini selalu saja berhasil membuatnya diam seribu bahasa dengan kata-kata pedasnya itu.

MALVARMA [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang