Perempuan berambut panjang tengah berguling-guling diatas kasurnya, mengerjapkan matanya yang silau terkena cahaya matahari pagi. Ia mendengus kesal, tidur nyenyak dan mimpi indahnya menjadi terganggu.
“Bangun, udah siang.” ucap perempuan yang lebih tua darinya membuka gorden, menyebabkan cahaya matahari menerobos kaca dan masuk ke kamar putrinya.
Yang disuruh bangun kemudian mengucek matanya, masih dengan rasa kesal yang belum hilang. “Apa Bundaa, ngantuk.” Ia kemudian mengambil posisi membelakangi jendela, berniat melanjutkan tidurnya kembali.
Perempuan itu menggeleng, seperti sudah hafal dengan tabiat Putrinya. Susah dibangunkan dan selalu banyak alasan.
“Kalo sarapan kamu diabisin Abang, jangan ngamuk.” pungkasnya, kemudian melenggang meninggalkan kamar.
Putrinya acuh, tidak peduli, masa bodo dengan sarapan, yang ia inginkan sekarang hanya tidur. Ia tidak bohong, dirinya benar-benar mengantuk setelah semalaman terjaga, menonton film hingga pukul tiga dini hari.
Ia benar-benar melanjutkan tidurnya kembali.
Di ruang makan, Bundanya kembali mengomel. Kini yang terkena sasaran omelannya adalah anak laki-lakinya. Sedangkan Sang Ayah hanya menikmati sarapannya sambil sesekali terkekeh melihat pemandangan di depannya, melihat istrinya yang sedang mengomeli putranya.
“Kamu ini! Kenapa sarapan adik kamu malah dimakan?” Bunda menegurnya.
Yang dimarahi hanya terkekeh sambil menampilkan deretan giginya, “Lagian Naya juga belum bangun kan, Bun.”
Perempuan itu memijat pelipisnya, pening dengan tingkah kedua anaknya yang betulan menguras kesabarannya. “Kalo adik kamu marah, Bunda ga tanggung jawab. Kalo Bunda denger suara berantem, awas aja.”
Sang Ayah kemudian melerai, “Udah Bun, mending Bunda makan, jangan ngomel-ngomel terus, namanya juga anak muda.”
“Anak muda, anak muda. Bunda tau mereka masih remaja, tapi jangan suka bikin orang tua pening gitu loh, Yah.” Bunda kini malah balik mengomeli suaminya.
Ya ampun! Kenapa nyonya pagi ini sensitif sekali? Kira-kira begitulah pikiran orang-orang di rumah, pagi ini.
“Bunda sensi banget deh, lagi kenapa sih?” Anak laki-lakinya memberanikan diri bertanya, sambil berharap tidak terkena omelan Sang Bunda kembali.
Perempuan yang menginjak usia tidak terbilang muda itu kini menghela nafas mendengar pertanyaan putranya.
“Itu loh, Bunda tuh lagi kesel. Dari semalem main Candy Crush ga naik-naik levelnya.” Bunda cemberut.
Kedua orang yang sedang menyimak melongo, masih mencerna ucapannya.
Sang Anak kemudian terbahak setelah nemahami penuturam Bundanya.
“Bun, serius deh–“ ucapannya terpotong, ia tidak kuat tertawa sambil memegangi perutnya. “Bunda sensi gara-gara main game?” lanjutnya, tidak berhenti tertawa.
“Iihhh, apasih kamu nih! Ketawain orang tua, ga sopan tau!” Bunda semakin cemberut melihat anak laki-lakinya malah menertawakan dirinya.
Papanya hanya menepuk jidat.
“Bunda kenapa ga ngomong, kan kalo bilang nanti Rehan bantu.”
“Ah masa sih, emangnya kamu bisa?” ucap Bunda meremehkan.
“Bunda nih ya meremehkan banget, Rehan punya trik nya lah!”
Rehan, anak laki-lakinya kemudian menyombongkan diri, menyimpan kedua tangannya di depan dada sambil menaikkan kedua alisnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/180903607-288-k858307.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MALVARMA [TAHAP REVISI]
Roman pour AdolescentsKinaya Putri, perempuan berambut panjang dengan netra coklat dan bulu mata lentik yang menghiasi kedua matanya, ambisi dan perasaannya yang tulus ia tunjukkan sepenuh hati. Berbanding terbalik dengan Alvino Mahesa, laki-laki bernetra hitam yang akr...