Chapter Twenty Eight🌛

3.3K 115 15
                                    

"Assalamualaikum." Al dan Naya masuk ke dalam rumah Al.

"Waalaikumsalam, eh ada Naya!" Hera tersenyum kepada Naya.

"Hehe, iya tante."

Al mencium tangan Hera diikuti oleh Naya.

"Nih bun satenya." Al menyodorkan sebuah plastik yang didalamnya terdapat sate yang baru saja ia beli.

"Dapet?" Hera nyengir.

"Ya dapet dong bun, kalo ga dapet nanti bunda uring-uringan lagi sama Al."

"Haha, makasih ya sayang. Naya ayo duduk dulu, tante buatin minum ya."

"Eh, gausah repot-repot tan."

"Gapapa, duduk dulu aja! Al mandi sana, bau!"

"Enak aja! Ganteng gini dibilang bau." Al nyolot, Hera dan Naya hanya terkekeh.

Kemudian Al pergi ke kamarnya untuk mandi, Naya duduk dikursi, dan Hera pergi ke dapur untuk membuatkan Naya minum.

Al sekarang serasa beda, tumben dia banyak omong, biasanya kalo ngomong seperlunya doang. Batin hera, ketika di dapur.

Setelah menyiapkan minum dan menyiapkan sate yang tadi dubeli oleh Al, Hera kembali ke ruang tengah menemani Naya.

"Nih minumnya sayang, satenya ini makan aja." tawar Nina.

"Ohiya tante makasih!" Naya tersenyum.

"Iya sama sama." Hera tersenyum kembali, "eh iya, kamu main kesini ga dicariin mamah sama kakak kamu? Papa kamu gimana? Udah pulang?"

Jleb.

Seketika Naya teringat dengan kejadian tadi, jika saja ia tidak langsung pulang tadi, setidaknya ia tidak akan melihat oemandangan menyakitkan itu.

"Ehe nanti Naya bilang kok ke bang Revan sama mamah, papa belum pulang tan." Naya senyum terpaksa.

Ia tidak ingin Hera tau kejadian tadi, ia juga tidak ingin Hera tau kalau dirinya tadi pulang dulu dan bertemu dengan ayahnya, jadi Naya bersikap seolah semuanya baik-baik saja dan bertingkah polos.

"Ohh iyaiya!" Hera manggut-manggut, "Eh Nay kamu tau ga kenapa Al berubah?"

"Berubah? Berubah gimana tan?" tanya Naya bingung yang masih tidak mebgerti dengan apa yang diucapkan Hera.

"Al tadi serasa beda Naya, biasanya dia kalo ngomong sama tante atau sama siapapun itu seperlunya, malah bisa dibilang cuek ya akibatnya karna kematian ayahnya. Tapi tadi dia beda banget, kaya yang ceria banget gitu." jelas Naya.

"Ohh it-" ucapan Naya terpotong.

"Itu karena Naya bun." tiba-tiba Al turun dari atas.

Naya dan Hera langsung menoleh ke sumber suara, Hera yang mendengar ucapan putranya, heran dan bingung apa yang dimaksud Al.

"Maksud kamu?" tanya Hera menatap Al.

"Iya itu karena Naya bundaaa." jawab Al greget.

Naya yang melihat hanya menyimak dan jantungnya berdetak kencang.

"Naya yang bikin Al ceria lagi, dia yang bikin Al berubah, kata-kata dia yang berhasil nyadarin Al, dan sikap dia yang bikin Al kembali kaya gini." jelas Al.

Hera yang mendengar itu tersenyum lalu menatal Al dan Naya bergantian.

"Kalian udah pacaran?"

"Bentar lagi bun." jawab Al santai, Naya yang mendengar itu seketika kaget dengan ucapan Al.

MALVARMA [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang