"Hati-hati ya!" Naya melambaikan tangannya kepada Al.
Laki-laki itu kemudian tersenyum dan pergi meninggalkan rumah Naya.
Naya pulang dengan senyum yang terukir di kedua bibirnya. Memikirkan kebersamaannya dengan Al tadi membuat jantungnya berdetak tidak karuan. Cowo itu memang bisa sekali mengembalikan moodnya.
Sesampainya didepan pintu ia mendengar ibunya yang sedang menangis dan Rehan yang sedang marah-marah. Dahi Naya berkerut, apa yang terjadi di dalam rumahnya? Ia kemudian membuka pintu secara perlahan.
Cklek. Pintu rumah terbuka.
Sudah Naya duga, Hal yang Naya takutkan terjadi. Mamahnya sedang menangis dan Rehan yang sedang menatap marah Papa nya.
Mendengar pintu rumah terbuka, Rehan, papa, dan mamanya langsung melihat ke arah Naya dengan tatapan terkejut.
"Dek." panggil Rehan lemah.
"Bang." Naya tersenyum kecut.
"Mama..." Naya menghampiri mama nya yang sedang menangis kemudian memeluknya. "Ma, mama jangan nangis!" Naya berusaha menguatkan mama nya.
Rehan menatap bingung adiknya, "Maksud lo dek? Lo udah tau semuanya."
Naya mengangguk lemah.
"KENAPA LO TUTUPIN SEMUANYA?!" Rehan hilang kendali, ia membentak Naya.
Air mata turun dari kelopak mata Naya ketika mendengar bentakkan dari sang kakak, "Maafin Naya bang, ma." Naya kemudian memeluk erat mama nya.
"KENAPA LO TUTUPIN KEBURUKAN PAPA DARI GUE DAN MAMA? KALO PAPA GA BILANG SENDIRI APA LO BAKALAN TUTUP MULUT SELAMANYA? LO GA MIKIRIN PERASAAN GUE SAMA MAMA GIMANA?"
Kata-kata kakaknya sukses membuat Naya tertohok, padahal ia sama sekali tidak ada niat untuk menyakiti perasaan kakak dan mama nya. Niatnya justru hanya ingin menjaga perasaan kakak dan mama nya.
Papa nya yang sejak tadi diam lalu angkat bicara, "Ini bukan salah adik kamu Rehan! Ini salah papa!"
"Kalian semua salah! Apa kalian berdua sekongkol buat nyakitin hati Rehan sama mama?"
Naya tidak kuat dengan omongan kakaknya yang seolah-olah memojokkan Naya, "Naya ga maksud kaya gitu! Abang salah, Naya sama sekali gamau nyakitin abang sama mama. Justru Naya berusaha nyari waktu yang tepat buat semuanya, karena mau gimana pun Papa tetep papa kita! Naya gamau keluarga kita pisah! Naya pengen ini diomongin baik-baik, Naya ga ada rasa sedikitpun buat myakitin Bang Rehan sama mama. Tapi kenapa Bang Rehan seolah mojokkin Naya seolah Naya pengen nyakitin kalian? Apa Naya salah pengen keluarga kita tetep sama-sama? Apa Naya salah?" tangis Naya pecah, ia kemudian pergi keluar meninggalkan rumahnya, ia tidak menyangka kakaknya akan setega itu berbicara kepadanya.
Mama nya yang melihat kejadian itu, dan melihat Naya pergi kemudian berteriak histeris. "Naya kamu mau kemana nak? Jangan tinggalin mamah! Jangan tinggalin ma...mah." Nina berteriak sambil menangis histeris.
Rehan yang melihat Naya pergi hanya diam tidak berkutik. Bagaimana mungkin ia sudah menyakiti hati adik nya? Kenapa ia sekejam itu?
Rama tidak tinggal diam, melihat putri kesayangannya kabur dari rumah, dan ia langsung mengejarnya.
"Naya!" Rama mencoba memanggil Naya yang sudah menyeberang jalan.
Rama kemudian menyeberang jalan tanpa mempedulikan motor dan mobil yang melewat.
Brakk.
Tubuh Rama terpental, ia tertabrak mobil yang sedang melewat. Naya yang mendengar suara itu kemudian berbalik dan melihat ayahnya yang tergeletak ditengah jalan mengeluarkan darah.
"PAPAAAAAA!!!" Naya berteriak kemudian duduk memangku tubuh Rama yang bersimbah darah.
Rehan dan Nina yang tadi langsung mengejar mereka berdua seketika terkejut ketika melihat sosok laki-laki yang mereka sayangi sedang terkapar lemah ditengah jalan.
"Pa...paaa! Bangun paa!" Naya menangis dan menggoyangkan tubuh Rama namun tidak ada respon apa pun.
"Mas bangun mas!" Nina terisak, sedangkan Rehan dengan cepat menelefon ambulance.
Seberapa kecewanya pun mereka kepada Rama, tapi dia adalah laki-laki yang selama ini telah menafkahi dan bertanggung jawab atas keluarganya.
Tidak lama kemudian, ambulance datang. Rama langsung dilarikan ke rumah sakit.
Naya dan Nina masih menangis, sedangkan Rehan tampak terpukul.
Setelah turun dari Ambulance, Rama langsung di larikan ke IGD, diberikan penanganan oleh dokter yang ada disana. Naya merogoh ponselnya dari saku, mencari kontak Al disana, kemudian menelfonnya.
"Hallo Nay!"
"Al." panggil Naya pelan.
"Belum tidur?"
"Be...lum."
"Lo kenapa?" Al mulai khawatir mendengar nada bicara Naya yang lemah.
"Pa...pa Al, Pa...pa." Naya menjawab sesenggukan.
"Om Rama kenapa? Nyakitin lo lagi? Jelasin yang bener."
"Pa...pa ke...ce...la...kaan." Naya masih sesenggukan.
"Shareloc sekarang!" Al langsung mematikan telefon secara sepihak, Naya hanya menghela nafas dan mengusap air matanya, kemudian mengirim alamat rumah sakit kepada Al.
Tidak lama kemudian Al datang, ia langsung duduk di samping Naya.
"Jangan nangis. Tenangin dulu diri lo, udah itu cerita sama gue." ucap Al pelan, kemudian memeluk tubuh Naya dan mengusap kepalanya. Ia tidak tega dengan gadis itu.
Tangis Naya pecah lagi, namun kenapa kali ini ia lebih tenang ketika berada di pelukan Al? Entahlah.
"Ma...ka...sih Al." ucap Naya didalam pelukan Al.
"Gausah berterima kasih sama gue, udah tugas gue buat selalu ada disisi lo."
Hati Naya menghangat mendengar jawaban dari Al, kenapa Al harus menggetarkan hatinya disaat keadaan seperti ini? Menyebalkan.
*****
Maapkan aku jarang update:(
Ig : shylvanaars
![](https://img.wattpad.com/cover/180903607-288-k858307.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MALVARMA [TAHAP REVISI]
أدب المراهقينKinaya Putri, perempuan berambut panjang dengan netra coklat dan bulu mata lentik yang menghiasi kedua matanya, ambisi dan perasaannya yang tulus ia tunjukkan sepenuh hati. Berbanding terbalik dengan Alvino Mahesa, laki-laki bernetra hitam yang akr...