Four

4.4K 168 8
                                    

“Nay, lo semalem digangguin preman kenapa?” tanya Rehan ketika Naya baru saja duduk di meja makan. Yang ditanya kemudian menoleh dan terkejut, bagaimana abangnya bisa tahu.

“Hah? Ngga kok.” jawab Naya tidak mengaku.

“Jangan bohong lo, gue tau.”

“Ih ngga, lo tau darimana coba?”

“Al yang kasih tau gue semalem, gue mau nyamperin lo tapi udah tidur.” jawab Rehan serius.

Naya menghela nafas, “Duh, malah dibilangin lagi!”

“Kenapa Nay?” Bunda bertanya khawatir, “Kamu diganggu gimana?”

Naya menepuk jidatnya, “Udah ih gausah dibahas.”

“Jangan gitu loh, Nay. Itu bahaya.” sambung Ayah.

Naya pasrah, kali ini tiga lawan satu, mau tidak mau dirinya harus menceritakan kejadian semalam, yang jika diingat kembali membuat dirinya emosi dan kesal.

Perlahan-lahan ia menceritakannya hingga bagaimana Al bisa menolongnya, mereka menceritakan itu sambil menikmati sarapan pagi di meja makan. Sambil sesekali Rehan merutuk karena kesal.

“Wah, kurang ajar!” ucap Rehan emosi.

“Nah loh, makanya Abang kalo kemana-mana tuh adeknya temenin, Jangan dibiarin keluar sendirian apalagi malem-malem.” Bunda menasehati Rehan sebagai seorang kakak.

“Loh kok Aku sih Bun, Naya lah kenapa semalem ga minta anter.” Rehan membela dirinya.

“Naya kalo mau kemana-mana hati-hati.” ucap Ayah.

“Iya Ayah, tapi jangan lebay gitu ih kan cuma ke minimarket doang, deket.”

“Lu sih! Gue jadinya ikut dimarahin kan.” Rehan ikut kesal.

“Lah?”

Akhirnya keempat anggota keluarga itu kembali melanjutkan sarapannya hingga selesai, namun waktu masih menunjukkan pukul tujuh kurang lima belas menit, waktu masuk sekolah masih empat puluh lima menit lagi. Naya akhirnya meminta Abangnya untuk menunggu di depan rumah, ia berniat untuk membuat sandwich terlebih dahulu.

“Sandwich buat siapa dah? Lo mau bawa bekel? Udah makan juga.” Rehan bertanya heran.

“Bukan, ini buat Kak Al.” jawabnya.

“Dih! Bucin banget najis.” ejek Rehan.

“Iri bilang bos.”

Naya kemudian pergi ke dapur dan memasak nasi goreng, ia tidak minta dibuatkan oleh Bunda karena ini special dari dirinya untuk Al, sebagai ucapan terimakasih semalam. Setelah selesai membuat sandwich, Naya kemudian memasukkannya ke dalam tupperware dan membawanya keluar untuk dimasukkan ke dalam tas.

“Ayo berangkat!” ajak Naya.

Rehan yang sedang memainkan handphone kemudian menoleh, “Oke.” jawabnya singkat, ia memasukkan handphone-nya ke dalam saku celana.

Di perjalanan, Naya teringat dengan ucapan Rehan bahwa Al yang memberitahu dia tentang kejadian Naya semalam.

“Abang, Kak Al bilang apa semalem sama lo emang?” tanya Naya penasaran.

“Kepo.”

“Dih! Serius ih!”

“Ya bilang kalo lo diganggu preman.”

“Ya maksudnya gimana bilangnya, jelasin secara rinci dong.” tuntut Naya.

“Et dah.” Rehan mendecak, “Dia bilang gini, “Sorry tadi gue anterin cewe lo balik, dia diganggu preman” gitu.” jelasnya.

“Diihh! Sebel banget, masa cewek lo sih.” Naya cemberut, tidak puas dengan penjelasan Rehan.

“Ya jangan salahin gue lah. Dia yang ngomong gitu!”

“Ya tetep aja itu salah lo karena kemaren ngaku-ngaku pacar gue!”

Naya kesal, kemudian mencubit pinggang Rehan.

“Eh dodol diem, lagi dijalan ini lo mau kita jatoh.”

Naya tertawa pelan.

Sesampainya di sekolah, Naya menghentikan Rehan sebelum pergi ke kelasnya, “Bang, gue nitip ini dong!” pinta Naya.

“Nitip apa?”

“Ini, sandwich, tolong kasihin ke orangnya ya.” Naya kemudian mengeluarkan tupperware dari tasnya, “Please.”

“Gamau.” tolak Rehan.

“Ih, please ya, tolong dong!” Naya memohon.

“Kasih sendiri ke orangnya."

“Lo ya! Nyebelin banget, awas aja!” Naya kemudian mendecak sebal.

Rehan terkekeh, “Usaha sendiri ya adikku sayang.”

Naya kesal kemudian tangannya menuju pinggang Rehan untuk mencubitnya, seperti tahu apa yang akan dilakukan oleh adiknya, Rehan kemudian langsung berlari menghindar dan pergi ke kelasnya.

“Kurang ajar lo jadi Kakak!” teriak Naya, hal itu tentu saja menyita perhatian orang-orang yang lewat.

Mereka kemudian terkejut dan saling berbisik dengan teman-temannya, “Eh, dia tuh sebenernya adiknya Rehan?”

“Berarti yang kemaren dikira pacarnya tuh bukan?”

Orang-orang kemudian terkekeh, “Berarti kita salah dugaan hahaha, pantes aja gue liat kemaren mereka kaya berantem terus. “

“Keren banget ya, kakaknya cakep, adeknya juga.”

Di kelas, mau tidak mau Naya mengajak teman-temannya untuk pergi ke kelas Rehan. Sebelum itu dia juga menceritakan alasannya dan untuk apa.

“Kak Al? Cowo dingin cuek kaya gitu bantu lo? Wah mustahil Nay. Boong ya lo!” Nana tidak percaya.

“Dia baik kok.” jawab Naya meyakinkan.

“Lo suka ya sama dia?” tanya Via.

“Hah? Ngga kok.” Naya kemudian diam sejenak, “Ngga tau…”

“Cielah!” goda Mira dan Cindy.

“Ga kena mental lo suka sama cowo kaya dia?” tanya Nana kembali, “Ya gue tau sih, jujur aja Kak Al emang cakep banget, aduh tapi itu loh, lo yakin? Dia dideketin sama cewe-cewe aja ga pernah ngerespon.”

“Gapapa Na, santai aja kali.” ucap Naya meyakinkan.

“Tapi kalo lo pacaran sama dia, bakal heboh banget, lo pacaran sama anggota TBC!” Nana menjadi heboh.

“Hah? TBC apaan? Tuberculosis?”

Nana menepuk jidat, “Bukan astaga, TBC itu singkatan dari The Boys Cool. Abang lo, Kak Al, Kak Revan sama Kak Zevan itu anggota TBC.”

Naya tersedak, “LO GA SALAH? NAMANYA ALAY BANGET ANJIR.”

•••

Revisi ; 28 Februari 2022

MALVARMA [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang