Suasana begitu canggung. Pertanyaan muncul bertubi-tubi di benak ketiga orang tamu keluarga Sneijder tentang bagaimana letnan SS bisa berada di rumah itu. Tidak hanya sekedar bertamu, tetapi sepertinya dia juga tinggal di sana. Patris mereka-reka kalimat. Mencari cara halus bertanya untuk menyingkirkan rasa penasarannya.
"Letnan, disini anda tinggal di mana?" tanya Patris sambil memotong daging berlumur saus, memancing jawaban. Berharap bahwa dugaannya tak benar.
"Di sini," jawab Oliver singkat, sembari mengunyah makanannya dengan nikmat.
Beatrix menoleh tak percaya ke arah Oliver. Oliver membalas pandangan membelalak Beatrix. Alisnya terangkat seolah menanyakan apakah ada yang aneh.
"Ada apa?" tanya Oliver dengan mulut penuh.
"Tidak ...." Beatrix meluruskan pandangannya. Kosong ... gadis itu tak bisa berpikir.
Jemarinya bergetar menimbulkan denting sendok di atas piring. Sinyal kegelisahan merambat melalui udara dan dirasakan oleh Dewa. Lelaki itu memegang pergelangan lengan Beatrix meredam getaran kegalauan.
"Tenang, kamu aman bersama kami." Kepalanya mendekat ke daun telinga Beatrix. Mulutnya seperti membingkai senyuman, tetapi pita suaranya mengeluarkan desis kalimat yang menentramkan.
Bola mata Beatrix bergulir ke ekor matanya, melirik lelaki yang tersenyum manis di sebelahnya. Dewa tampak sungguh lain. Dengan tampilan yang rapi dan wangi membuat Beatrix terperangah melupakan kecemasan akan keberadaan salah satu perwira pasukan SS di sisinya yang lain.
Oliver pun tertarik dengan sosok di samping kanannya. Rambut coklat pendek memperlihatkan leher jenjang nan putih. Hidung mancung dengan mata besar biru berbulu mata lentik menghias wajah ovalnya. Yang menjadi perhatian Oliver adalah warna kulit yang sedap dipandang, tidak terlalu pucat dan tidak terlalu gelap. Segalanya pas melekat di fisik Beatrix yang dikenalnya sebagai Deo.
Tiba-tiba kunyahan Oliver berhenti. Bagaimana bisa dia memperhatikan lelaki di sampingnya?
Mein Gott, er ist ein Junge (Ya Tuhan, dia seorang laki-laki)! Rutuk Oliver dalam bahasa Jerman.
Oliver menaruh sendoknya telungkup di atas piring. Menyeka mulutnya yang berminyak.
"Oliver, aku memasakkan daging kesukaanmu," ujar Nyonya Sneijder, "kamu mau tambah?"
"Tidak, terima kasih. Sepertinya aku harus cepat beristirahat." Oliver mendorong kursi dan meminta ijin untuk meninggalkan ruang makan.
Sedikit angin segar bagi ketiga orang itu--Dewa, Patris dan Beatrix--ketika Oliver beranjak dari ruang makan. Patris yang berusaha mencari pembicaraan, akhirnya angkat suara.
"Letnan Lehmann salah satu pasukan SS?" tanya Patris dengan nada penasaran.
"Seperti yang kamu lihat, dia berseragam perwira SS." Patris meneguk air minum di depannya untuk meredakan kegugupannya. Tangannya ikut gemetar. Dia teringat cerita salah satu teman seperjalanan mereka, tentang pasukan SS bentukan salah satu partai negara Jerman.
Sinyal rasa cemas Patris tertangkap Dewa, dan beruntung Beatrix tidak menyadarinya. Dewa hanya diam, memperhatikan seksama percakapan dalam bahasa Belanda itu.
"Lantas kenapa dia ada di sini?" tanya Patris berusaha menelisik keadaan.
"Pasukan SS mempunyai barak untuk prajuritnya. Namun, para perwira tingginya tinggal di rumah penduduk yang dianggap mapan," ujar Tuan Sneijder sambil memotong daging di atas piringnya.
"Anak itu baik, tetapi perang jahat ini mengubahnya," imbuh pria tua itu lantas memasukkan sepotong daging kedalam mulut.
Patris manggut-manggut berusaha mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nederland (Completed)
Ficción históricaDewa Pamungkas, seorang gerilyawan yang terdampar di negeri Belanda. Terpisah dari kekasih yang akan dinikahi, membuat Dewa harus bertahan untuk memenuhi janji kembali di Indonesia. Beatrix Van Der Beek, gadis Belanda berdarah Yahudi yang menyembuny...