🇳🇱28. Achterhuis🇳🇱

591 126 12
                                    

part ini cuma secuil..

buat kalian yang terbiasa dengan berword2 di kei dan peony, emang sengaja part nederland di bikin dikit2..

Vote n komen jangan dilupakan ya...vomment kalean asupan semangat buatku..😘

NEDERLAND

Beatrix meneguk semua cairan kemerahan dari botol kaca itu. Hatinya yang perih berharap cairan merah itu segera diserap tubuhnya, sehingga otak dan hatinya tak lagi merasakan rasa nyeri.

Beatrix meletakkan botol dengan kasar hingga suara kaca yang beradu di permukaan kacapun menimbulkan dentingan keras. Dewa memeriksa is dalam botol apa benar - benar sudah habis. Dibaliknya botol itu dan dihentakkan di atas permukaan telapak tangannya. Sebentuk lingkaran cairan merah tergambar di telapak. Tidak ada tumpahan berlebih membuat Dewa yakin Beatrix benar-benar sudah memindahkan isi botol itu ke lambungnya.

Dewa menyusul bersandar di samping Beatrix. Sementara gadis itu memilih menyandarkan kepalanya yang pening di bahu Dewa yang kukuh. Mereka diam, membisu dalam permenungan dan rutukan dalam hati atas apa yang terjadi.

"Dewa ... Dewa Pamungkas. Aku bersyukur bertemu dengan lelaki itu sewaktu di kapal. Lelaki yang membuatku tenggelam dalam pesonanya." Entah apa yang merasuki Beatrix. Gadis itu meracau tiada henti, menguras uneg-uneg yang melilit batinnya. Membuatnya sesak menahan perasaan tak terbalas.

Wajah Dewa memanas. Hanya dengan kicauan Beatrix yang sedang dikuasai oleh alcohol membuat reaksi tubuh dan hatinya tidak seirama dengan nalar. Lelaki itu benar-benar dihadapkan oleh dua pilihan : kesetiaan pada hubungannya dengan seorang perempuan bernama Himeka Keinan dan perasaan seorang gadis yang mendambanya.

"Deo, kamu mabuk!" sergah Dewa.

"Oya? Aku mabuk? Secepat itu?" Beatrix menepuk pipinya berulang. Air matanya meleleh dari kelopak yang menyembunyikan manik mata berwarna biru. "Oya, Dewa ... Aku Beatrix! B ... E ... A ... T ... R ...I ... X! Putri Jenderal William Van der Beek, seorang jenderal berdarah Belanda Yahudi yang membuatku tersekap di ruang bawah tanah ini!"

Isakan halus mulai terdengar. Badan Beatrix kini semakin bergetar karena emosinya yang meletup tak dapat dikendalikan lagi. "Aku hanya ingin hidup damai! Seperti dulu, dimana ada Papa, Mama dan teman-teman di Hindia Belanda!"

Dewa mendecih. Ucapan Beatrix mengingatkannya bahwa gadis itu adalah turunan dari seorang penjajah yang menjajah negerinya. "Berhentilah meracau, Deo!"

"Beatrix! Tak bisakah kamu melihat aku seorang perempuan?" Beatrix menegakkan tubuh, menatap nyalang Dewa.

"Maaf. Mulutku sudah terbiasa memanggilmu seperti itu," ucap Dewa yang seperti mencekik tenggorokannya sendiri. Membuatnya susah untuk bernapas.

Ya Tuhan, kumohon kuatkan aku! Aku sudah berjanji pada Keinan untuk menjemputnya!

Beatrix terkekeh. "Beruntung sekali seorang Himeka Keinan yang mempunyai lelaki setia sepertimu, Dewa." Beatrix kembali menyandarkan tubuhnya di dinding dingin ruang bawah tanah itu. Kelembaban tembok itu merayap di punggungnya, berusaha membekukan perasaannya pada Dewa yang mustahil di ganggu gugat.

"Bagaimana jika kamu kembali dan Keinan sudah dengan lelaki yang lain?" Pertanyaan itu tiba-tiba keluar dari ketidaksadaran nalar Beatrix. Pertanyaan yang nalar yang tak pernah dipikirkan oleh Dewa karena masih mengharap bisa kembali ke tanah air.

Dewa hanya membisu tak menjawab, membuat Beatrix makin mencercanya dengan pernyataan lain. "Keinan pasti menganggapmu sudah mati. Dalam masa perang ini, siapa yang tahu nasib manusia. Walau tak ada kamu disampingnya, pasti dia harus melanjutkan hidup."

Nederland (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang