🇳🇱14. Sungai🇳🇱

662 125 37
                                    

Jalan2 ke pasar pagi..
jangan lupa beli ramen
Wahai reader yang baik hati..
Jangan lupa vote n komen..

♥️♥️♥️

Kembali kekehan menguar lebih keras dari bibir Oliver. Ia duduk lagi di kursinya. "Aku berdiri saja kamu sudah gemetaran. Bagaimana kalau kamu betul-betul ditangkap?"
Mata Beatrix menyipit dengan ekspresi geram merasa dipermainkan.

"Sudah ... sudah. Mereka adalah tamuku. Berada dalam perlindunganku," ujar Tuan Sneijder.

Oliver merasa curiga dengan ketiga tamu keluarga Sneijder sejak semalam. Wajah kedua tamunya tidak terlihat seperti orang Eropa pada umumnya. Yang lelaki bernama Dewa, dia lelaki kekar dengan kulit tembaga khas orang Melayu. Tetapi lekuk wajahnya terlihat seperti ras caucasoid. Dengan hidung mancung, dan cekung mata yang dalam.

Sedang lelaki kecil yang bernama Deo, dia memiliki kulit yang putih bak pualam, tetapi tak sepucat gadis Eropa. Garis wajahnya perpaduan dua ras. Rambutnya berwarna coklat muda dan bola matanya berwarna biru.

Bukan itu saja dia mulai curiga. Saat dalam perjalanan pulang menuju ke kediaman Sneijder, Oliver mendapati 3 bayangan orang membelah sungai. Oliver sempat berpikir dirinya berhalusinasi melihat sosok hitam di kegelapan sungai. Ia sempat mengamati pergerakan sosok gelap yang keluar dari air. Ketiga tamu keluarga Sneijder mirip dengan bayangan gelap yang sempat ditangkap penglihatannya sewaktu memasuki desa itu.

Oliver diam. Memperhatikan gerak gerik ketiganya, Oliver tidak bermaksud mengusik mereka. Sudah terlalu penuh rasa bersalah dan penyesalan yang menggebu dalam batin Oliver. Semua yang diimpikan ... kejayaan Jerman, tidak seperti yang dia pikirkan.

Menghabisi nyawa manusia tak bersalah membuat Oliver hampir gila. Selama dua bulan ditugaskan di kamp di Polandia membuat nalarnya tak beres. Disuguhi oleh teriak minta tolong dari manusia yang berjejal di kamar gas membuat Oliver dihantui perasaan tak tenang. Seolah arwah mereka datang hendak mencekik dan menyeret Oliver untuk membalas dendam dengan tindakan yang lebih keji.

Oliver pun mengalami anoreksia berat. Bau daging terbakar dari tungku kremasi membuatnya menguras isi lambungnya. Membuatnya tak bisa mencecap nikmatnya makanan. Menyiksanya bertubi saat bau masakan terendus di indera penciuman. Membuatnya teringat lubang pembakaran yang mengeluarkan bau tajam daging panggang.

Nalar Oliver tak lagi waras. Halusinasi membayanginya. Membuat Oliver melihat hal-hal yang tak nyata. Beruntung ayahnya yang merupakan petinggi pasukan menariknya ke Leiden. Berharap pikirannya tenang kembali.

***

Oliver memicingkan mata memandang Beatrix. Tatapan menantang Beatrix sungguh lucu. Dia mengacak rambut coklat itu, membuat Beatrix mendengus.

Nyonya Sneijder merasa harus menyudahi percakapan itu. Walau ekspresi Beatrix terlihat menantang, wanita itu melihat guratan panik dan cemas dari nada suara yang bergetar milik Beatrix. "Aku akan menyiapkan bekal untuk kalian bisa piknik."

"Ini, makanan kesukaanmu Oliver. Sandwich dengan beberapa buah." kata Nyonya Sneijder. Oliver tersenyum. Terharu dengan keluarga Sneijder yang mengetahui kelemahannya dan berusaha menyembuhkan dari anoreksia yang membelenggunya.

"Terima kasih, Nyonya," ucap Oliver, "anda tahu sekali apa yang bisa saya makan." Oliver bertahan dengan menjadi vegetarian. Tanpa ada daging merah yang menghiasi piringnya. Cukup dengan sandwich, buah dan sayur.

Oliver menyeka mulutnya dan bangkit. Dia bergegas ke luar setelah mengucapkan terima kasih atas sajian makanan yang disiapkan Nyonya rumah. Sedang Beatrix memilih membantu Myonya Sneijder menyiapkan bekal.

Nederland (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang