💓36. Melindungi Beatrix💓

627 118 28
                                    

Oliver mengunjungi kamp kerja paksa di mana Dewa dan Patris berada. Selain mengecek kondisi kamp, Oliver ingin mengetahui kabar kedua sahabatnya.

"Heh, kalian! Letnan Lehmann ingin bertemu denganmu!" seru seorang tentara penjaga.

Dewa dan Patris yang sedang mengusung butiran peluru yang sudah siap dikirim lantas saling melempar pandang.

"Letnan Lehmann?" Alis Patris mengernyit.

"Oliver ...." Dewa membenarkan pikiran Patris.

Setelah meletakkan satu kotak kayu besar berisi amunisi, Dewa dan Patris digiring menuju sebuah ruangan yang mereka tahu adalah ruangan komandan kamp.

Tentara yang berpangkat di bawah Oliver memberi hormat khas partai yang berkuasa, dan segera meninggalkan mereka bertiga di ruangan tertutup itu.

Oliver duduk di belakang meja. Sikunya menumpu di sandaran lengan kursi kerja dengan jemari saling bertaut.

Manik mata coklat itu menatap dua lelaki dengan pakaian piyama yang sudah lusuh. Bobot badan mereka terlihat menyusut dari saat Oliver melihat kedua sahabat itu.

"Ada perlu apa dengan tawanan hina seperti kami, Letnan Lehmann?" tanya Dewa datar, kesal dengan tatapan Oliver yang terkesan sombong.

"Kamu masih sombong saja, Dewa." Oliver menarik sudut bibirnya memperlihatkan seringai menyebalkan di mata Dewa.

Oliver bangkit, mendorong kursi hingga decit kaki kursi beradu pada permukaan lantai membuat ngilu pendengaran. Lelaki itu menghampiri dua sahabatnya. Kakinya yang panjang memerlukan 5 langkah saja untuk sampai di depan Dewa dan Patris.

Oliver kemudian merangkulkan tangannya, memeluk kedua sahabatnya di kanan dan kirinya.

Tindakan Oliver membuat Dewa dan Patris terkejut, dan mereka kesusahan bernapas karena rengkuhan Oliver di leher mereka.

"Aku senang kalian selamat!" ucap Oliver tulus. Matanya berbinar dengan senyum lebar yang membingkai wajah.

"Lepaskan kami, atau justru kami akan mati karena tak bisa bernapas!" Dewa berusaha mengurai tangan Oliver yang mengunci lehernya.

"Oh, maaf ...." Oliver melepas pelukannya, dan memundurkan sedikit badan. Lelaki itu menatap Patris dan Dewa dengan takjub bahwa usahanya agar Patris tidak dikirim ke kamp penjara dikabulkan.

Dewa meringis dengan mengusap lehernya. Bola matanya mengerling pada tentara SS yang terlihat ramah sejak mereja menjadi sahabat.

"Deo ... ehm , Beatrix ... bagaimana dengan gadis itu?" tanya Dewa tak ingin melewatkan kesempatan mencari tahu kabar Beatrix Van der Beek.

"Kamu khawatir, Dewa?" Oliver menaikkan satu alisnya ke atas, membuat Dewa semakin jengkel dengan ekspresinya.

"Jelaslah! Katakan cepat!" Dewa terdengar tak sabar.

"Beatrix, gadis itu ... dia baik-baik saja." Mendengar bahwa Beatrix baik-baik saja, hati Dewa sedikit lega. Oliver diam sejenak, lantas melanjutkan bicaranya, "Dewa, tenang. Ada aku yang akan melindungi Beatrix. Lagipula, dia sudah memutuskan akan menerimaku."

Mata Dewa membulat, sedang mulut Patris menganga lebar. Biarawan itu menggulirkan bola matanya bergantian dari Oliver ke Dewa dan kembali ke tentara SS itu.

"Kenapa reaksi kalian begitu?" Oliver mengerutkan dahi menatap dua lelaki dengan ekspresi yang aneh.

Lidah Dewa terasa kelu. Kata-kata Oliver membuat ada sesuatu di dalam hatinya terasa ngilu.

Beatrix memutuskan menerima Oliver?

Oliver menaikkan alisnya menunggu reaksi yang lebih menyenangkan dari Dewa dan Patris.

Nederland (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang