Oliver membuka pintu dengan wajah yang lelah. Perjalanannya menuju ke Rotterdam membuat badannya terasa sedikit lelah. Belum sempurna pintu terbuka, dari dalam Dewa menyambutnya dengan menyibak pintu kasar. Dewa wenarik tubuh kekar Oliver dan mendorongnya ke tembok.
"Oliver, apa yang terjadi dengan Deo! Kau tangkap dia dimana! Jawab aku?" Mata Dewa membelalak tak senang. Tangannya sudah mencengkeram kerah baju Oliver. Sementara Oliver yang begitu datang mendapat serangan pun lantas melawan Dewa.
"Apa yang kamu harapkan Dewa? Seorang Yahudi yang menyamar diri menjadi lelaki ingin aku selamatkan? Kamu pikir demi kalian aku harus mengkhianati bangsaku?" Oliver menatap lurus Dewa dengan pandangan mendominasi.
Mendengar kata-kata Oliver, mata Dewa melotot. Tak percaya yang didengarnya.
"Kamu mengetahui semua? Kamu menyelidiki tentang kami?" Dewa semakin tak kuasa menahan amarah. Menekan kuat Oliver ke arah tembok, menghimpit badan yang lebih kekar darinya. Oliver berontak.
Patris berusaha melerai, tetapi tenaga Dewa tak terkendali masih ingin menyerang Oliver.
"Kamu pikir aku ini teman yang baik, huh? Hanya karena kita tinggal bersama dan kalian mengharapkan aku melindungi Yahudi itu?" Mata Dewa menyalang menatap Oliver. Beruntung Patris dan Tuan Sneijder berhasil memisahkan mereka, tak ingin membuat keributan di rumah itu.
"Hentikan Dewa!" seru pemilik rumah.
"Tuan! Bagai—"
"Kalian tamuku! Dan hormati aku sebagai tuan rumah!" sergah Tuan Sneijder pada Dewa dan Oliver, menunjukkan siapa yang berkuasa atas rumah itu. Dewa dan Oliver saling melepas cengkeraman mereka. Namun, siratan mata mereka masih sama tajam dan ingin menerkam.
"Duduk sini, kita bicarakan baik-baik!" Tuan Sneijder masuk lebih dulu ke ruang tengah. Diikuti tiga pria muda yang masih mempunyai tenaga prima.
Tuan rumah menempatkan diri di sebuah sofa tunggal, dan tamu-tamunya duduk di sofa panjang. Lelaki tua itu menatap lebih dulu satu per satu para lelaki yang seumuran dengan anak lelaki angkatnya yang berangkat di medan perang, membuat Dewa, Oliver dan Patris seperti anak lelaki kecil yang bersalah karena terlibat perkelahian.
"Jadi Oliver, apakah kamu tahu dimana Beatrix?"
"Apakah Tuan tahu kalau dia seorang Yahudi dan seorang perempuan?" Patris, dan Dewa membelalak.
"Tutup mulutmu Oliver!" tandas Dewa.
Patris menarik lengan Dewa, menyelidik bola mata Dewa yang sehitam arang. "Dewa, kamu tahu kalau Deo adalah perempuan?"
"Hah? Pater tahu?" Kelopak matanya membelalak.
Oliver berdecah. "Jadi, selama ini kalian tidak tahu kenyataannya? Atau tahu, tapi saling menyembunyikan?" Suara tepuk tangan sinis bergemuruh di ruangan tengah. Dewa menggeram, tak tahan dengan nada suara Oliver yang terdengar tak ramah.
"Sejak kapan kamu tahu?" selidik Patris. "Darimana kamu tahu?" Pandangan Patris menuntut jawaban Dewa. Patris tak percaya, ternyata Dewa dan Oliver mengetahui kenyataannya. Terlebih Patris menjadi semakin cemas apalagi Dewa sekamar dengan Beatrix. Bagaimanapun Dewa tetaplah seorang laki-laki, dan sekamar dengan perempuan secantik Beatrix, bisa saja pertahanan Dewa lama kelamaan akan runtuh.
Belum sempat Dewa menjawab, Patris memberondong Dewa dengan pertanyaan lainnya, "Kamu tidak berbuat yang macam-macam kepada Deo, 'kan?"
Dewa membelalak. Tak menyangka pastor yang ada di depannya ini jusru mencurigainya berbuat tak senonoh.
"Pater! Bagaimana Pater bisa berpikir aku melakukan hal yang aneh-aneh kepada Deo? Aku sudah punya tunangan!" tandas Dewa.
"Tunanganmu ada di belahan dunia sana. Bagaimanapun kucing yang diberi umpan ikan di depannya, pasti akan di terkam juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nederland (Completed)
Ficción históricaDewa Pamungkas, seorang gerilyawan yang terdampar di negeri Belanda. Terpisah dari kekasih yang akan dinikahi, membuat Dewa harus bertahan untuk memenuhi janji kembali di Indonesia. Beatrix Van Der Beek, gadis Belanda berdarah Yahudi yang menyembuny...