CHAPTER 43 •Hari yang Membingungkan•

754 40 3
                                    

Aku tahu bagaimana cara kalian menghargai karya seseorang.























"Iya gue suka sama lo." ucap Iqbal lalu membalikan tubuhnya.

Eta kaget akan pengakuan Iqbal. Jadi yang ia rasa selama ini benar adanya. Bahwa hal hal aneh yang ia rasakan adalah perasaan Iqbal yang lebih terhadapnya.

Iqbal melangkah menghampiri Eta. Ia mencubit pipi Eta dengan gemas. Membuat Eta kaget akan perlakuan yang Iqbal lakukan.

"Apaan sih? Pertanyaan lo aneh banget. Ya kali gue suka sama cewek kaya lo." ucap Iqbal seraya mencubit pipi Eta.

"Ish! yaudah kalo gitu ga usah pake cubit cubit segala sakit tau!" ucap Eta seraya mendengus.

"Ah takut banteng marahh!" ucap Iqbal lalu diiringi dengan tawanya.

"Ih Iqbal!" Eta memukul Iqbal kuat kuat. Membuat cowok itu mengaduh kesakitan.

"Bal lo suka sama Sheila ya?" Tanya Eta tiba tiba.

"Eemm kalo iya kenapa?".

"Ouh gapapa sih. Kapan mau resmi?".

"Kapan kapan deh." ucap Iqbal santai.

"Bal cewek kalo dianggurin terus ntar diambil orang tau. Cepetan jadian sama Sheila ntar kasih pajak jadian buat gue."

"Alah lo juga belum kasih pajak jadian buat gue. Dah lah gue cabut dulu." ucap Iqbal lalu mengelus puncak kepala Eta.

Ia pergi melajukan motornya dan meninggalkan Eta yang masih berdiri di depan gerbang. Eta menghela nafas. Ia bersyukur karena dirinya dan Iqbal masih bisa bersahabat. Namun ada saja perasaan yang mengganjal, tapi Eta tak tahu itu apa.

Ia bingung pada perasaannya. Tapi ia menegaskan pada dirinya sendiri bahwa Iqbal adalah sahabatnya dan selamanya akan tetap seperti itu.









***
















Fahmi menghentikan motornya tepat di depan rumah Nadine.

"Thanks udah nemenin gue." ucap Nadine.

"Sama sama, selama gue masih bisa bantu lo gue pasti bakal lakuin." ucap Fahmi.

"Mau mampir dulu ke dalem ga?".

"Ga usah gue harus cabut." ucap Fahmi lalu menyalakan motornya.

"Yaudah hati hati kalo gitu."

Fahmi membalasnya dengan mengangguk. Lalu ia melajukkan motornya. Ada perasaan yang tak enak namun Fahmi tak tahu apa. Semoga semua nya baik baik saja.

Akhirnya ia sampai di rumahnya. Ia membuka pagar rumahnya dan lanjut memarkirkan motornya di halaman rumah.

Perasaannya semakin tak enak. Saat membuka pintu, Fahmi mendengar suara tangis di kamar papahnya. Ia mendapati Vita sedang menangis dan melihat papahnya sedang pingsan di lantai dengan wajahnya yang pucat pasi.

GREATHA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang