Sembilan Belas (Re-Publish)

10K 555 32
                                    

Harap bersabar, ini ujian

Tarik nafas...
Buang nafas...

Kuy ah lanjut lagi ya

☀☀☀

Abel pov

Hancur.

Marah. Tak tahu lagi apa yang ku rasakan. Aku berharap semua ini adalah mimpi. Suara suara itu. Suara putraku dan wanita itu semakin kian terdengar ditelingaku.

Aku berusaha menutup kedua telingan ku agar tak mendengarnya tapi tak bisa. Aku ingin pergi dari sana tapi kakiku beku. Aku hanya bisa terpaku di ruang tamu sambil mendengarkan suara suara menjijikan itu.

Sebagai seorang ibu aku telah gagal. Aku gagal mendidik putraku sendiri sehingga ia berani berani bersetubuh dengan yang bukan mukhrimnya.

Ya Allah lebih baik kau cabut nyawaku ini daripada aku harus melihat ini semua.

***

Rafka terlihat jauh lebih baik setelah berkali kali membuang spermanya di rahim sang kekasih. Marinka tampak terkulai lemas dalam dekapan hangatnya.

Rafka memeluk tubuh Marinka dari belakang sembari mengelus elus lembut perut Marinka. Ia berharap agar Rafka junior segera hadir disana.

"Capek sayang." Marinka mengangguk lemas. Rafka tersenyum dan makin mempererat pelukannya. Bahkan si junior makin melesak kedalam intinya. Marinka mencubit tangan Rafka. "Aw sakit bunda." ringis Rafka.

"Jangan di dorong terus Abi. Linu rasanya." ucap Marinka menahan rasa tak nyaman akibat junior Rafka yang mengganjal.

"Linu tapi bunda doyan kan di sodokin si Junior." goda Rafka sambil mencubit putingnya yang memerah. Marinka mengaduh nikmat. Gairahnya kembali bangkit.

"Abi... Lepas bi. Capek lengket."

"Mandi bareng ya." ucap Rafka. "Ngga mau. Abi aja duluan yang mandi. Bunda terakhir. Bisa bisa ngga kelar kelar mandinya kalo barengan."

"Ngga boleh nolak sayang." Marinka memekik saat Rafka membalikkan tubuhnya menghadap kearahnya lalu menusukkan junior sangat dalam.
Rafka menggendong Marinka berjalan menuju ke kamar mandi dan kembali mengulang kenikmatan surga dunia.

"Abi sayang bunda. Cepatlah hamil sayang." bisik Rafka sambil menyemburkan lahar panasnya. Keduanya keluar dari kamar setelah sesi panas nan nikmat itu selesai. Rafka sampai harus memapah Marinka karena kakinya sangat lemas.

Bau harum sabun mandi dan shampo tercium dari tubuh mereka. Rafka memapah kekasihnya yang terus menerus mengomel karena Rafka tak membiarkannya beristirahat sejenak. Tawa dan canda keduanya sangat bertolak belakang dengan ekspresi kekecewaan mendalam seorang ibu.

Tubuh Rafka menegang saat melihat seseorang yang sangat disayanginya menatap keduanya dengan tatapan penuh amarah dan kecewa yang berat. Wajah tuanya sudah basah dengan air mata bahkan bola matanya memerah.

"Bunda!!" pekik Rafka panik. Marinka langsung menatap kearah pandangan Rafka dan ia pun terkejut melihat bunda Rafka yang tengah menatap mereka jijik.

Rafka Buru Buru duduk bersimpuh di bawah kaki bundanya. Ia menatap bundanya yang tengah menyalang.

Plaakk...

Satu tamparan keras di wajah tampan Rafka mengawali rasa sakit hati seorang ibu. Marinka menutup mulutnya dengan kedua tangan melihat kekasihnya ditampar dengan sangat kuat oleh ibunya.

"Dengan susah payah aku mengandung mu. Penuh perjuangan saat melahirkan mu. Membimbing mu dengan baik agar suatu hari nanti kamu bisa membawa kedua orang tua mu ke surganya Allah tapi tak disangka kamu membuat hati kami hancur berkeping-keping." ucap Abel menahan gemuruh didadanya.

"Bunda..."

"Jangan panggil aku bunda. Putraku tidak akan melakukan hal menjijikan seperti ini. Kamu bukan putraku!!" ucap Abel berlalu meninggalkan rumah Marinka.

Rafka berlari mengejar bundanya yang sudah lebih dulu masuk ke mobil. Ia menggedor kaca mobil bundanya tapi tak dihiraukan. Abel segera mengemudikan mobilnya dengan cepat meninggalkan putranya yang terus meneriaki namanya sambil berlari.

***

Abel mengemudikan mobilnya ke rumah sakit dimana sang suami bekerja. Dadanya terasa semakin sakit. Nafasnya terasa sesak. Ia butuh suaminya. Butuh pelukan hangat suaminya. Ia tak sanggup menanggung rasa malu ini.

"Permisi dok. Istri anda ada di IGD." ucap seorang perawat saat Dito tengah memeriksa berkas di kantornya.

"Apa?! Bagaimana bisa istriku di IGD suster?" tanya Dito sambil berlarian menuju IGD.

"Saya kurang tahu pastinya. Tapi saya dapat info kalau istri dokter nyaris pingsan saat menyetir dan tiba di IGD dengan keluhan sesak nafas berat."

"Astagfirullahaladzim." ucap Dito cemas. Tak lama ia pun tiba di IGD dan langsung melihat kondisi istrinya yang tengah ditangani oleh beberapa dokter jaga.

"Astagfirullahaladzim sayaang." pekik Dito melihat kondisi istrinya yang mengkhawatirkan. Selang oksigen terpasang. Selang infus ditangan kanan dan beberapa kabel yang menempel di dada istrinya membuat Dito bertanya-tanya ada apakah gerangan.

***

TBC

Hehehe sory dikit lagi dines siang.
Nanti disambung lagi yak

TO BE WITH YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang