"Saya terima nikah dan kawinnya Marinka Salsabila binti Ahmad Fauji dengan mas kawin tersebut. Tunai." ucap Rafka lantang dihadapan ayah Marinka.
Penghulu bertanya kepada para saksi dan kata sah pun terucap. Rafka terlihat lega. Kini statusnya berubah menjadi seorang suami. Sebuah tanggung jawab yang besar sang mertua kini berpindah kepadanya.
Sesuai janjinya Rafka menemui kedua orang tua Marinka untuk meminta restu menikahi Putri mereka. Rafka juga menjelaskan bahwa ia dan putrinya sudah melakukan kesalahan besar dengan berhubungan intim sebelum menikah. Betapa kecewanya hati kedua orang tua Marinka tapi keduanya merestui untuk segera dilakukan pernikahan dan pernikahan itu pun terjadi.
Dari pihak Rafka, hanya Renata dan sang suami yang turut hadir menyaksikan pernikahan itu. Rafly menemani sang bunda dirumah karena Dito sedang dinas luar kota. Rafka berterima kasih kepada kakak dan kakak iparnya karena sudah bersedia menyaksikan pernikahannya meski sejujurnya ia ingin papa dan bundanya turut hadir dan mendoakan pernikahannya.
Rafka menanti dengan gugup istrinya untuk hadir disana. Betapa terpananya Rafka saat melihat Marinka berbalut kebaya pengantin dengan untaian bunga Melati dikepalanya. Marinka berjalan perlahan menghampiri Rafka yang kini telah sah menjadi suaminya. Angga terlihat senang dengan bersatunya ayah dan bundanya. Wajah bocah imut itu begitu berbinar.
Rafka mencium dahi istrinya lalu memasangkan cincin nikah dijari manis sang istri. Acara pun berlanjut ke acara ramah tamah. Tak ada resepsi megah yang ada hanyalah acara makan makan sederhana antar keluarga.
"Yayaah..." celoteh Angga saat Rafka menggendongnya. Rafka menciumi wajah tampan putranya itu hingga si kecil tertawa karena geli.
"Yayaah..."
"Iya sayang. Ini ayah nak. Anakku yang tampan. Ayah sayang kamu nak. Mmuuach."
Marinka terharu melihat kedua pria yang ia cintai. Renata memeluk tubuhnya. "Tolong jaga Kakang ya. Hormati dan cintai dia. Kini dia suamimu. Ayah dari anak anakmu." pesan Renata.
Marinka membalas pelukan kakak iparnya. "Insya allah Kak. Semoga pernikahan ini menjadi yang terakhir bagi kami berdua. Doakan kami ya kak."
"Tentu Rin. Kakak akan selalu mendoakan kalian. Maaf kalau papa dan bunda tidak bisa ikut hadir disini."
"Ngga papa kak. Tapi apa papa dan bunda tahu kalau hari ini kami menikah?"
"Kakak sudah memberitahu mereka dari kemarin kemarin. Bahkan sebelum kesini kakak ngasih tau lagi. Tapi memang tak ada respon apa apa."
"Kami bersalah kak. Wajar papa dan bunda marah. Apa yang harus kami lakukan agar mereka bisa menerima kami lagi?"
"Berbahagialah. Kakak yakin papa dab bunda mendoakan kalian didalam hatinya." "iya kak. Makasih."
"Eh btw udah ngisi belum?" tanya Renata penasaran. Ia mengelus perut Marinka dengan lembut. Marinka menundukkan kepalanya malu.
"Belum kak." cicitnya malu. "Hmm... Masa sih? Kakak ngga yakin Rafka junior belum hadir didalam sini. Kakak yakin suami mu dulu rutin nabung kan."
"Ih kakak... Aku malu." Marinka menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Renata tertawa. "Loh emang iya kan. Bunda cerita Rafka ituin kamu lama banget. Rafka ganas ya diranjang." goda Renata lagi. Ia makin senang menggoda adik iparnya ini.
Marinka menganggukkan kepala malu malu. Renata tertawa. "Jangan bilang semalem dia kabur kesini buat minta jatah biar hari ini ngga grogi." tebak Renata.
Marinka mendongakkan kepalanya seakan tak percaya. "Kok kakak tahu kalo mas Rafka semalem kesini?"
"Taulah. Orang pas dia mengendap-endap keluar rumah aku lagi gituan didepan jendela kamar sama suami. Dasar ya itu anak tahan sehari aja ngga bisa ck. Kamu apain dia sih ampe segitunya."
"Maaf kak. Ririn ngga tahu kalo semalem mas datang. Ngga tahu juga gimana caranya mas nyelinap masuk ke kamar. Yang pasti semalam Ririn dibuat letoy sama mas." Wajahnya merona mengingat percintaan panas yang beberapa jam lalu mereka lakukan.
"Yaudah siap siap letoy aja. Rafka sama ganasnya kayak kakak iparnya. Aku juga gitu. Udah capek kerja, dirumah harus ngurus cantik di kamar ngurus suami juga. Mana ngga ada libur sebel."
"Iya kah kak. Mas juga udah ngewangi wanti ngga ada libur untuk urusan sex. Duh ngga kebayang deh. Sewaktu masih pacaran aja bisa seharian dikerem dikamar. Apalagi Angga sering dibawa kakek neneknya nginep. Makin deh ngga bisa turun dari ranjang." keluh Marinka.
"Yaudah gpp. Nikmati aja. Itulah resiko punya suami yang gairahnya tinggi. Harus siap mental kitanya." Marinka tersenyum mengangguk.
Rafka dan suami Renata menghampiri istri mereka masing-masing. Rafka mencium lembut bibir istrinya dan langsung mendapat cibiran dari sang kakak. "Duh mentang mentang udah sah berani nyipok depan umum." sindir Renata. "Hush sayang. Ngomongnya ah."
"Sukurin tuh. Julid sih ama gue. Gitu tuh kak istrinya suka julitin gue."
"Dih ngadu kayak anak bocah." Renata memeluk suaminya erat. Sang suami tersenyum melihat tingkah kakak beradik yang saling mengusili tapi sebenernya care.
"Udah udah. Eh Kang abis ini kalian kemana?"
"Bikin dedeklah buat Angga. Ngapain lagi." celetuk Rafka sambil menciumi pipi gembul Angga. Marinka menundukkan kepalanya karena jawaban spontan sang suami. Renata menatap Rafka horor.
Tanpa ba bi bu ia menggeplak kepala adiknya cukup keras hingga Rafka mengaduh kesakitan. "Sialan loe kak.!duh sakit kepala gue."
"Ya ampun Rafka, kakak juga tau abis nikah bikin anak, tapi maksud kakak kalian tinggal dimana?"
"Yang jelas donk tanyanya. Gue kan ngga salah jawab tadi."
"Iya iya. Jadi kalian tinggal dimana?"
"Belum tau kak. Aku ke pengennya balik kerumah bunda. Tapi kayaknya ngga mungkin. Paling aku bawa istri dan anakku ke rumah kami. Aku udah siapin rumah buat tempat tinggal kami sewaktu kami pacaran dulu."
"Yaudah kalo kayak gitu. Oiya ini kado pernikahan dari kami." Rafka menerima amplop dari kakak iparnya.
"Duh makasih Kak,Kakak ipar buat kado bulan madunya." ucap Rafka memeluk satu persatu kakak kakaknya. Begitu juga dengan Marinka. "Jaga Ririn dan jangan sakiti dia ya." pesan Renata.
"Pasti kak. Insya allah Ririn satu satunya wanita di hidup Kakang. Pertama dan yang terakhir hingga akhir hayat. Amiin."
Mereka pun mengamini doa kakang. "Yaudah kami pulang dulu. Kasihan Cantik kelaperan. Dah buruan siap siap buat bulan madu di hotel." ucap kakak iparnya sambil mengedipkan sebelah matanya kepada Rafka.
"Ah itu mah alesan elu aja kak. Padahal yang laper papanya bukan anaknya." goda Rafka.
"Papanya sih pasti selalu laper. Doain ya moga Cantik dapet adik juga."
"Ih sayang. Jangan dulu donk. Cantik masih kecil. Baru berumur sepuluh bulan. Masa udah mau dapet dedek lagi." protes Renata.
"Gak usah protes yank. Syukuri aja kalo hamil lagi. Berkah tau." Renata memberengut kesal. Keduanya pamit pulang dan membiarkan pasangan muda itu menikmati bulan madu di hotel Bintang lima selama 4 hari 3 malam.
***
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
TO BE WITH YOU
Romance#1 CeritaRomantis Misterius, dingin, tertutup, tak banyak bicara tapi sebenarnya sangat hangat. Itulah ciri khas si Sulung Rafka Putra Wiguna. Salah satu anak dari pasangan Andito Wiguna dan Maribel Adriana. Rafka yang bekerja sebagai seorang arsit...